Materi Khutbah Jum’at
JANGAN MEMBENCI HUJAN
Oleh :Fajar Jaganegara
KHUTBAH PERTAMA
الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالسَّلَامُ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْوَاحِدُ الْأَحَدُ اَلْفَرْدُ الصَّمَدُ اَلَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا أَحَدْ.
أَحْمَدُهُ تَعَالَى وَأَسْتَهْدِيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ وَأَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيّاً مُرْشِدًا، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَعَظِيْمِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا، أَحْمَدُ مَنْ بَعَثَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ هَادِيًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ سِرَاجًا وَهَّاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا، فَهَدَى اللهُ بِهِ الأُمَةَ وَكَشَفَ بِهِ عَنْهَا اَلْغُمَّةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ الْأُمَةَ فَجَزَاهُ اللهُ عَنَّا خَيْرَ مَا جَزَى بِهِ نَبِيَّا مِنْ أَنْبَيَائِهِ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى كُلِّ رَسُوْلِ أَرْسَلَهُ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ العَظِيْمِ، فَاتَّقُوْهُ إِنَّهُ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah
Allah Ta’ala memutar waktu silih berganti untuk manusia yang hidup di dunia, Allah jadikan musim beragam dari kemarau yang kering hingga penghujan yang basah, untuk sebagian negeri Allah menjadikannya lebih banyak lagi; dari musim semi hingga gugur, dari panas hingga bersalju. Seluruh kejadian ini terjadi dengan kekuasaan-Nya dan dengan hikmah-Nya.
Sebagaimana yang sedang kita hadapi hari ini, cuaca yang datang kian tidak menentu, hujan deras disertai angin kencang menyapu hampir di seluruh negeri ini. Hari-hari pun selalu ditemani dengan hujan dengan itensitas yang tinggi, kalau pun mereda, hanya sekedar rintik tidak berhenti.
Sebagian kita merespon cuaca yang terjadi dengan padangan yang kurang baik. Sebagian kita menganggap hujan jadi sebab yang menghalangi berbagai acara dan agenda, mereka melihat hujan dengan cara yang sangat negatif, menilai hujan bukan sebagai rahmat tapi justru sebagai laknat yang mendatangkan bahaya dan bencana.
Pandangan seperti ini tentu keliru, Allah menjadikan hujan yang turun dari langit sebagai rahmat dan membawa keberkahan, Allah Ta’ala berfirman:
وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا بَيۡنَ يَدَيۡ رَحۡمَتِهِۦۚ وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً طَهُورا
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,” (QS. Al-Furqan: 48)
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah semata yang mampu mengatur siklus cuaca sedemikian rupa sebagai rahmat atas hamba-hamba-Nya, dan Allah mempergilirkan rizki di antara manusia dengan menggerakkan angin yang membawa air hujan yang bersih bagi manusia dan membawa keberkahan bagi manusia, hewan dan tumbuhan. (Tafsir as-Sa’di, Beirut: Mu’assasah Risalah, 1420 H, hlm.584)
Dalam ayat yang lain, Allah juga menegaskan bahwa air hujan membawa keberkahan, dengannya Allah menghidupkan bumi dengan pohon dan tumbuhan. Allah berfirman:
وَنَزَّلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً مُّبَٰرَكا فَأَنۢبَتۡنَا بِهِۦ جَنَّٰتٍ وَحَبَّ ٱلۡحَصِيدِ
“Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen.” (QS. Qaf: 9)
Ayat-ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa air hujan yang turun kepada manusia membawa keberkahan dan kebaikan; ia menjadi unsur utama penghidupan manusia, karena tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya air, bahkan seluruh makhluk di atas muka bumi ini membutuhkan air, dan Allah Ta’ala yang telah menjadikannya rizki dan penghidupan bagi makhluk-Nya.
Beginilah seharusnya seorang muslim memandang tentang hujan. Meyakininya sebagai keberkahan bukan justru ancaman, sebagai rahmat bukan laknat, sebagai karunia bukan bencana.
Adapun yang terjadi setelah turunya hujan, seperti banjir, tanah longsor, dan semisal dengannya, itu semua terjadi karena ulah tangan manusia sendiri yang tidak amanah dalam menjaga bumi. Kerakusan manusia yang merusak alam menjadi penyebab bencana itu menimpa kita. Allah Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Rum:41)
Kaum muslimin sidang Shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah teladan yang harus menjadi pedoman dalam berislam. Beliau mengajarkan beberapa hal penting yang terkait tentang hujan dan apa saja yang harus dilakukan seorang muslim dalam menghadapinya.
Pertama, berdo’a memohon manfaat dari turunnya hujan.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam mengajarkan kepada umatnya untuk mensyukuri atas hujan yang Allah turunkan dan meminta kemanfaatan darinya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh ibunda ‘Asiyah radhiyallahu ‘anha:
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ: اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” )Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat(” (HR. Al-Bukhari, no.1032)
Imam Ibnu Bathal rahimahullah menjelaskan bahwa dalam doa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam ini mengandung permintaan untuk bertambahnya kebaikan, keberkahan dan manfaat dari hujan yang turun. (Ibnu Bathal, Syarhu Shahih al-Bukhari li Ibni Bathal, maktabah Rusyd: 1423 H, 3/22)
Kedua, memperbanyak doa saat hujan turun.
Saat hujan turun merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Hal ini disebutkan oleh Imam asy-Syafi’i rahimahullah dalam kitabnya al-Umm, dari riwayat Makhul rahimahullahu secara mursal, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
“Carilah doa mustajab pada tiga keadaan; ketika bertemunya dua pasukan (perang), ketika shalat akan didirikan, dan ketika turunnya hujan.” (lihat: Imam asy-Syafi’i, al-Umm, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1/289)
Maka jadikanlah musim hujan menjadi momentum untuk kita memperbanyak memanjatkan munajat kepada Allah, bermesraan dalam puji-puja kepada-Nya, bersimpuh dan mengadu kepada-Nya, berserah untuk segala urusan dan masalah.
Ketiga, mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan-Nya.
Salah satu kebiasaan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam yang dihafal oleh ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah saat akan terjadi hujan adalah tampaknya akan kecemasan dari wajah beliau. Beliau bersabda ketika melihat gumpalan awan yang gelap:
مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ)
”Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum ’Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), ”Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka.” (QS. Al Ahqaf [46] : 24)” (HR. Al-Bukhari, hadist no. 3206)
Dalam riwayat lain, masih dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Jika kami melihat gumpalan awan pekat di langit, beliau shalallahu ‘alaihi wa salam segera meninggalkan pekerjaannya, lalu menghadap kiblat dan berdoa, ‘Allahumma inni a’udzubika min Syarri maa fiihi (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang dibawa olehnya (awan) ).” (Imam asy-Syafi’i, al-‘Umm, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1410 H, 1/289
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani menjelaskan, hadits ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi cemas jika ia mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa lalu dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya.” (Ibnu Hajar Al ’Asqolani, Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari, Beirut :Darul Ma’rifah,1379 H, 6/301
Sikap Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam menunjukkan bagaimana seorang hamba senantiasa menyerahkan segala urusannya kepada Allah Ta’ala, senantiasa memohon kebaikan dari-Nya dan berlindung kepada Allah dari segala keburukan yang pernah terjadi dahulu untuk terjadi kembali.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Jangan jadikan lisan-lisan kita mencela hujan yang Allah telah turunkan, akan tetapi mintalah kepada Allah agar dicurahkan limpahan rahmat dan barakah-Nya, dan mintalah ampunan dan perlindungan dari bahaya-Nya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
Galeri Khutbah Jum’at Ustad Fajar Jaganegara :
Sebab Terjadinya Perbedaan Pendapat Ulama & Cara Menyikapinya
Mempersiapkan 3 Hal Sebelum Kematian
4 Amalan Surga Ala Abu Bakar Ash-Sidiq
Download PDF Materi Khutbah Jum’atnya di sini :
Link Unduh File di atas bisa langsung di baca, di print, maupun di download.
Jangan lupa klik tombol share di bawah, Semoga Bermanfaat!
Terimakasih, Jazakumullah Khairan, Barakallahu Fiikum.