Mempersiapkan diri Menyambut Bulan Suci

Mempersiapkan diri Menyambut Bulan Suci

 

Pendahuluan

Bulan Ramadhan merupakan tamu istimewa setiap Muslim seluruh dunia. Tamu istimewa tersebut mengingatkan kita kepada kisah nabi mulia yang namanya dijadikan salah satu nama surat dalam Al-Qur’an, yaitu Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Imam Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya, “Bustān al-Wā’idīn wa Riyād al-Sāmi’īn”, h. 230, menerangkan bahwa bulan Ramadhan di antara sebelas bulan lainya seperti Nabi Yusuf di antara sebelas saudaranya. Nabi Yusuf merupakan anak yang paling disayangi oleh ayahnya, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam, demikian pula dengan bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang paling Allah Ta’ala sayangi.

Selain itu, kasih sayang dan pemaafan Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya yang telah menzaliminya, sebagaimana dikekalkan dalam surat Yusuf ayat 92, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mungampunimu”, juga sebagaimana keutamaan bulan Ramadhan yang memaafkan dan menghapuskan dosa-dosa yang telah diperbuat seorang hamba. Rasulullah pernah bersabda riwayat Bukhari, no. 38 dan Muslim, no. 760:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Sesiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan bekal keimanan dan berharap hanya kepada Allah, maka Allah mengampuni dosa-dosa yang telah lalu

Tidak hanya itu, apa yang dilakukan Nabi Yusuf kepada saudara-saudarnya berupa pemenuhan kebutuhan mereka, pun sama dengan bulan Ramadhan yang akan memenuhi kekurangan dan kelalaian amal di bulan-bulan selainnya. Sehingga bulan Ramadhan menjadi bulan pelipat ganda dan rapelan pahala yang akan menjadi pelengkap ketidaksempurnaan seorang hamba dalam menjalankan ibadah di sebelas bulan lainnya.

Kiat Mempersiapkan Diri Menyambut Bulan Suci

Oleh karenanya, sangatlah rugi jika seseorang mendapati tamu istimewa nan agung ini, namun tamu ini pergi tanpa menyisakan ampunan, pahala dan kasih sayang kepadanya. Sehingga, untuk menyambut tamu istimewa ini setidaknya ada tiga hal yang perlu kita persiapkan.

Pertama: Mensucikan diri.

Tamu istimewa ini tidaklah menjadi istimewa dan penting bagi tuan rumah yang suka bermaksiat dan mengotori hatinya. Alih-alih menjadi istimewa, bagi mereka, tamu ini adalah malapetaka yang akan mengengkang mereka dari kesenangan dunia. Untuk itu, agar kita dapat menyambut tamu ini dengan sambutan hangat, penih harap dan suka cita, kita perlu untuk mensucikan diri.

Mensucikan diri dapat melalui berbagai amal, seperti bersedakah, berdzikir, membaca Al-Qur’an, shalat malam, berdoa, berpuasa dan lain sebagainya. Bahkan, terkait pentingnya mensucikan diri untuk menyambut tamu ini, Rasulullah mencintai untuk berpuasa di bulan Sya’ban, bulan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, pernah berkata riwayat Bukhari, no. 1969 dan Muslim, no. 1156:

فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Syaban.

Kedua: Membekali diri dengan ilmu.

Layaknya seorang tamu istimewa, setelah tuan rumah mensucikan diri untuk menyambut tamu tersebut, tuan rumah harus mengetahuai apa yang harus dilakukan dengan tamu ini? bagaimana cara menyajikan hidangan kepadanya? dan bagaimana berbincang-bincang dengannya?. Sehingga, sebelum tamu tersebut datang, tuan rumah harus mempersiapkan ilmu untuk menyambut dan memuliakannya.

Untuk itu, kita perlu mempersiapkan ilmu guna menyambut bulan penuh berkah ini. Di antara ilmu-ilmu tersebut adalah: ilmu tentang tata cara, kesempurnaan serta pembatan-pembatan puasa dan pahalanya, ilmu tentang shalat tarawih, ilmu tentang i’tikaf, zakat, shalat iedul fitri, dan ilmu-ilmu lainya tentang sunah-sunah nabi dalam bulan mulia ini. Semua ilmu ini tergolong “ilmu hāl” dalam istilah Imam al-Zarnuji.

Dalam kitabnya, “Ta’līm al-Muta’allim fī Tharīq al-Ta’allum” h. 32, Imam al-Zarnuji menerangkan bahwa, “ilmu yang paling utama adalah ilmu hāl”, yaitu ilmu tenang kewajian yang harus kita kerjakan saat mengerjakan hal itu. Sehingga, setiap orang yang hendak shalat ia harus tahu kewajiban dan tata cara shalat, pun demikian dengan masalah zakat, haji dan puasa yang merupakan tema pada artikel ini.

Ketiga: Senantiasa berdoa.

Tidak hanya mensucikan diri dan mempersiapan ilmu, agar benar-benar tamu tersebut datang dan kita sebagai tuan rumah dapat bertemu denganya, kita perlu senantiasa berdoa kepada Allah Ta’ala. Nyatanya, banyak sekali orang-orang yang telah menanti dengan persiapan yang begitu matang, namun ada saja halangan yang merintangi dan bahkan ajal yang menjempun duluan. Untuk itu, kita harus senantiasa berdoa kepada Allah untuk dipertemukan dengan bulan Ramadhan ini.

Di antara doa tersebut adalah sebagaimana riwayat Ahmad, no. 2346:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkahilah kami di dalam bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.

Penutup

            Dari seluruh paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bulan Ramadhan adalah tamu istimewa nan sangat agung. Ia ibarat kisah Nabi Yusuf yang memiliki sebelas saudara, paling disayangi oleh bapaknya, penuh kasih sayang dan sifat pemaaf serta dapat memenuhi kebutuhan saudara-saudaranya. Untuk itu, kita harus benar-benar mempersiapkan diri menyambut tamu istimewa ini, yaitu dengan mensucikan diri, berbekal ilmu, dan senantiasa berdoa kepada Sang Ilahi.

Amir Sahidin, M.Ag

Mahasiswa Doktoral Unida Gontor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 Himayah Foundation