Materi Khutbah Jum’at
Tiga Perintah Dan Larangan
Oleh: Abu Athif, Lc. –غفر الله له ولواديه-
Khutbah pertama:
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الَّذِيْ أَنْزَلَ الْقُرْآنَ اْلعَظِيْمَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَشِفَاءً لِمَا فِي صُدُوْرِ النَّاسِ أَجْمَعِيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَهْلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ غُرِّ الْمَيَامِيْنَ وَعَلَى كُلٍّ مَنِ اتَّبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
عِبَادَ اللهِ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ ﷻ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيْلِ:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ ﷺ، وَإِنَّ شَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kaum muslimin yang semoga senantiasa mendapatkan limpahan taufiq dan hidayah dari Allah ﷻ.
Harus kita fahami bersama bahwa tujuan hidup kita hanyalah untuk beribadah kepada Allah ﷻ. Maknanya adalah semua aktivitas haruslah berada dalam koridor ibadah. Dari semangat ibadah inilah akan melahirkan pribadi yang bertaqwa. Allah berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ -البقرة: ٢۱-
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. [QS. Al Baqarah: ayat 21]
Ketaqwaan adalah puncak prestasi ibadah seorang hamba. Jika kita amati bersama dalam rangkaian tata cara ibadah yang dimulai dari thoharoh, sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya maka akan kita dapati tujuannya adalah membina manusia menjadi makhluq bertaqwa. Lalu pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana kita bisa mengetahui kualitas ibadah yang bisa menghantarkan kepada taqwa?
Jawabannya terdapat dalam definisi taqwa. Para ulama menjelaskan arti taqwa adalah upaya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Maknanya adalah kebaikan dan kualitas ibadah seorang hamba ditandai dengan lahirnya sikap ketundukan dan kepatuhan terhadap semua perintah Allah dan kesiapan meninggalkan serta menjauhkan diri dari segala larangan-Nya.
Pertanyaan selanjutnya adalah; apa saja yang menjadi perintah Allah ﷻ? dan apa saja yang dilarang oleh Allah ﷻ? Jika kita menelaah syariat Islam yang mulia ini akan kita dapati terdiri dari perintah dan larangan. Seluruh perintah dan larangan dalam syariat Islam terangkum dalam QS. An Nahl: ayat 90. Allah ﷻ berfirman:
﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾ -النحل: ٩٠-
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. [QS. An Nahl: ayat 90]
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil perkataan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud –رضي الله عنه-, beliau berkata: “Sesungguhnya ayat yang paling merangkum dalam Al Quran ada dalam surat An Nahl yaitu ayat ini (ayat 90)”. Karena di dalamnya terdapat pokok-pokok kebaikan dan keburukan.
Perintah pertama; berlaku adil. Jika kita amati seluruh syariat Islam, sejatinya setiap perintah mengarahkan manusia untuk berlaku adil. Diturunkannya Kitab-Kitab Allah dan diutusnya para rasul bertujuan agar hidup manusia berkeadilan. Sebagaimana yang ditegaskan dalam salah satu firman Allah ﷻ:
﴿لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ﴾
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”. [QS. Al Hadid : ayat 25]
Hakikat keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Lawan kata dari keadilan adalah kedzoliman. Dari sini, kita sebagai kaum muslimin haruslah memiliki sikap cinta terhadap keadilan dan menolak segala bentuk kedzoliman serta tidak berkompromi dengannya.
Puncak dari keadilan adalah menegakkan kalimat tauhid لَا إِلَهَ إِلَّا الله. Dan puncak dari kedzoliman adalah syirik (menyekutukan Allah ﷻ dengan sesuatu yang lain). Sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat: ﴿إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ﴾ “Sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah kedzoliman yang besar”. [QS. Luqman: ayat 13].
Dari sini, kita harus memahami bahwa hidup berkeadilan tidak akan terwujud kecuali dengan ditegakkannya syariat Allah ﷻ di atas muka bumi ini.
Perintah kedua; berbuat ihsan. Makna ihsan adalah seperti apa yang diartikan oleh baginda Rasulullah Muhammad ﷺ dalam hadits yang shahih:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَّمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau bisa melihat-Nya, maka jika engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu”. [HR. Muslim]
Dengan ungkapan lain, makna ihsan berarti menghadirkan rasa pengawasan dari Allah dalam diri hamba. Berawal dari rasa inilah muncul sikap kehati-hatian dalam setiap perkataan dan perbuatan. Bahkan lebih dari itu, saat diri seorang hamba jauh dari pandangan mata manusia, amalannya senantiasa lebih baik dari pada amalan yang dilihat dan tampak dalam pandangan manusia.
Berlaku ihsan juga diwujudkan dengan memberikan persembahan terbaik untuk Allah. Dalam berinfaq dan bersedekah maka harta yang dikeluarkan adalah harta yang terbaik. Dalam pengorbanan waktu umur, maka yang dikeluarkan untuk Islam adalah waktu umur terbaik. Dalam masalah tenaga, maka yang dikeluarkan di jalan Allah adalah tenaga yang terbaik. Dalam masalah pikiran, maka yang disumbangsihkan untuk Islam adalah yang terbaik. Orang berlaku Ihsan kepada Allah tidak akan pernah mempersembahkan kepada-Nya yang sisa-sisa apalagi yang terburuk.
Perintah ketiga; suka memberi kepada kaum kerabat. Maknanya adalah perintah untuk menjaga dan menyambung tali silaturahmi. Di antara kebudayaan jahiliyah adalah memutus tali hubungan silaturahmi hanya karena kepentingan duniawi. Oleh sebab itulah, syariat Islam hadir guna meluruskan sikap yang menyimpang berupa memutus tali silaturahmi.
Sungguh amalan silaturahmi merupakan amalan agung yang bernilai tinggi di hadapan Allah ﷻ. Dengan silaturahmi seorang hamba bisa mendapatkan banyak keutamaan dalam kehidupan dunia. Di antara keutamaan itu disebutkan dalam hadits shohih:
مَن سَرَّهُ أنْ يُبْسَطَ له في رِزْقِهِ، أوْ يُنْسَأَ له في أثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. (رواه البخاري)
Artinya: “Barang siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia menyambung tali silaturahmi”. [HR. Bukhari]
Adapun memutus tali silaturahmi merupakan amalan terlarang dan mengundang murka Allah ﷻ. Allah berfirman:
﴿فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ﴾
Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”. [QS. Muhammad: ayat 22-23]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ باِلْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ وَمُوْبِقَةٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
Khutbah kedua:
الْحَمْدُ لله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلَّا الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾
Jama’ah kaum muslimin yang semoga senantiasa diberkahi dan dirahmati oleh Allah.
Adapun tiga larangan yang menjadi pangkal seluruh keburukan adalah الفحشاء (=perbuatan keji), المنكر (perbuatan mungkar) dan البغي (melampaui batas dan permusuhan).
Disebutkan dalam tafsir al Qurthubi, terkait dengan makna الفَحْشَاءُ para ulama mendefinisikannya dengan segala bentuk keburukan dari perkataan dan perbuatan. Secara khusus Abdullah bin ‘Abbas menjelaskannya dengan artian zina. Dengan ungkapan lain kata الفَحْشَاءُ adalah representasi dari semua bentuk kekejian dan keburukan yang sejatinya ditolak dan tidak disukai oleh siapa saja.
Sementara makna المُنْكَرُ adalah segala sesuatu yang diingkari oleh syariat Islam. kata المُنْكَرُ mencakup semua bentuk kemaksiatan dan sifat tercela lagi hina.
Adapun larangan yang ketiga adalah البَغْيُ yang memiliki beberapa makna di antaranya: perilaku sombong, dzolim, dengki dan permusuhan. Namun hakikatnya adalah segala bentuk perbuatan dan perkataan yang melampaui batas. Sejatinya makna البَغْيُ juga termasuk dalam penjelasan kata المُنْكَرُ, disebutkan secara khusus karena besarnya bahaya yang ditimbulkan.
Inilah tiga larangan yang harus dijauhkan dari kehidupan kita sebagai kaum muslimin. Terkait dengan rambu larangan ini, seorang muslim haruslah menjauhkan diri darinya dan tidak ada lagi kata kompromi dalam perkara haram. Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk dalam bagian hamba-hamba-Nya yang bertaqwa.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم
﴿وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ﴾
اِعْلَمُوْا عِبَادَ الله… أَنَّ اللهَ أَمَرَ أَمْرًا بَدَأَ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ، وَثَلَّثَ بِاْلمُؤْمِنِيْنَ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى:﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارَكَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللَّهُمَّ ياَ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُبَلِّغُنَا بِهِ حُبَّكَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهِ مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ.
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَّتِكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهَا جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ