Semarang, (5/2/2023).Sholat adalah kewajiban seorang muslim. Setiap hari dilakukan minimal 5 kali. Bukan hanya gerakan-gerakan sholat saja yang dilakukan, tetapi juga memperhatikan bacaannya dan memahami artinya. Karena dengan memahami arti bacaan sholat, maka seorang muslim akan lebih menjiwai apa yang dibaca dalam sholatnya. Dengan demikian, ikhtiar untuk meningkatkan kualitas sholat akan semakin tercapai.
Pada, Ahad, (5/2/2023) kemarin, Himayah Foundation Perwakilan Semarang mensupport kegiatan berupa Workshop Metode Sholati. Metode ini berupa pelatihan belajar/mengajar memahami arti bacaan sholat, dimana tagline Sholati ini yaitu : benar sholatnya, hafal bacaannya dan faham artinya.
Bertindak selaku pemateri workshop, yaitu Ust. Fuad Rosyidi, S.Pd.I, yang juga sebagai penyusun metode Sholati.
Workshop ini dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama berupa penyampaian konsep Metode Sholati dan sesi ke-2 berupa pembelajaran Metode Sholati. Pada sesi pertama, beliau menyampaikan tentang kondisi masyarakat yang melaksanakan sholat tetapi tidak memahami artinya. Bahkan, termasuk anak-anak pesantren yang setiap harinya belajar bahasa Arab dan menghafal kosakata (mufrodat) bahasa Arab, tetapi malah luput dari memahami arti bacaan sholat. Ada dis orientasi dalam pembelajaran di sekolah-sekolah Islam. Beliau katakan, “Belajar bahasa Arab itu seharusnya untuk memahami Al Qur’an dan Assunnah, bukan untuk menjadi TKI atau TKW”, jelasnya. Oleh karena itu, lanjutnya, “Kita terlalu jauh belajar ilmu agama, tetapi hal-hal yang menjadi kebutuhan ibadah harian kita, kita malah luput, seperti doa alfatihah saja tidak hafal, apalagi artinya”, jelas Ust. Fuad.
![](https://himayahfoundation.com/wp-content/uploads/2023/02/WhatsApp-Image-2023-02-09-at-07.56.31-1024x576.jpg)
Pada sesi kedua, Ust. Fuad menjelaskan tentang metodologi pembelajaran menggunakan Metode Sholati. Dimana metode ini mengajarkan agar seorang muslim bisa faham arti bacaan sholat yang dibacanya. Ada 5 pendekatan pokok metode Sholati ; Pertama, Talaqqi artinya menuntun, yaitu guru membacakan lafadz Arab dan terjemahnya lalu siswa menirukan. Kedua, Tikror artinya mengulang-ulang. Ketiga, Tamrinat artinya berltih. Keempat, Murojaah artinya mengulang kembali, dan kelima, Setoran, yaitu siswa menyetorkan hafalannya kepada guru.
Workshop ini diikuti oleh 60 peserta, dari kalangan ibu rumah tangga, pensiunan, guru TPQ, karyawan BUMN, karyawan swasta, maupun kalangan umum.
Tampak peserta yang hadir sangat antusias menyimak, mengikuti dan mempraktikkan apa yang disampaikan dan diarahkan oleh Ust. Fuad.
Setelah workshop selesai, akan diadakan pelatihan lanjutan berupa pelatihan sertifikasi mudarris, yaitu pelatihan untuk pengajar Metode Sholati, dimana nantinya metode ini akan disebarluaskan ke masyarakat luas melalui mudarris-mudarris yang telah bersertifikat mengajar yang dikeluarkan oleh GPS (Gerakan Paham Sholat).
(Rep – Abie Zaidan)