Ubaid bin Umair berkata, “Ada seseorang yang memiliki tiga teman istimewa. Sebagian dianggap lebih istimewa dari yang lain. Suatu kali ia tertimpa suatu masalah.
Iapun mendatangi teman pertamanya yang paling istimewa lalu berkata, “Wahai fulan, saya sedang menghadapi masalah, aku ingin kamu bisa membantuku.” Teman pertama itu berkata, “Aku tidak bisa membantumu.”
Ia pun beranjak menuju temannya kedua yang dia istimewakan setelah teman pertama, lalu ia berkata, “Wahai fulan, aku sedang menghadapi masalah, aku ingin agar kamu sudi membantuku.” Teman keduanya menjawab, “Baiklah, aku akan mengantarmu ke tempat tujuan, tapi setelah itu aku akan pulang meninggalkanmu.”
Orang itupun mendatangi temannya yang ketiga, lalu berkata, “Wahai fulan, aku sedang menghadapi masalah, aku berharap kamu bisa membantuku.” Teman ketiganya menjawab, “Baik, aku akan menemanimu kemanapun engkau pergi, dan akan ikut masuk kemanapun kamu masuk.”
Kemudian Ubaid berkata, “Teman pertama adalah perumpamaan bagi harta yang dimiliki seseorang, yang sama sekali tidak mengikutinya saat ia mati. Teman kedua adalah keluarga dan kerabatnya, yang hanya mengantar sampai kuburnya, lalu pulang meninggalkannya. Sedangkan teman ketiga adalah amalnya, yang akan selalu menyertainya kemanapun ia pergi dan kemanapun ia masuk.”
(Hilyatul Auliya’, Abu Nu’aim al-Ashbahani: 2/16)
sumber: ar risalah