Tiga Sungai Pembersih Dosa
Oleh: Ust. Abu Umar Abdillah
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl: 32)
Syariat telah mengajarkan, bagaimana cara kita menghadap Allah di kala masih hidup, yakni ketika shalat kita diperintahkan untuk bersuci. Kesucian tidak terbatas pada kebersihan anggota badan saja, tetapi juga kebersihan hati. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Bersuci itu ada dua; membersihkan badan dan membersihkan hati.” Membersihkan badan agar bersih dengan air, membersihkan hati dari riya’, kesyirikan, dan dosa-dosa yang terkait dengan hati.
Maka bersuci disyaratkan pula kepada kaum muslimin saat ia menghadap kepada Allah ketika wafat. Disyariatkan untuk dimandikan terlebih dahulu, supaya jasadnya bersih dari najis, di samping ia juga diperintahkan membersihkan hatinya selama di dunia, hingga tatkala wafat keadaannya bersih secara lahir maupun batin.
Ketika seseorang diwafatkan dalam keadaan bersih, maka layak baginya masuk ke dalam jannah. Sebagaimana firman-Nya,
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl: 32)
Ayat ini juga mengindikasikan bahwa hanya orang bersih yang bisa masuk jannah, dan jannah terhalang dari jiwa-jiwa yang kotor penuh noda.
Ibnu Qayyim berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa siapa yang hatinya belum dibersihkan oleh Allah maka akan mendapatkan kehinaan di dunia dan adzab di akhirat setimpal dengan kadar najis dan kotoran di hatinya. Karena itulah Allah mengharamkan jannah bagi orang yang hatinya masih bernajis dan mengandung kotoran. Ia tidak akan masuk jannah hingga dibersihkan terlebih dahulu. Karena jannah adalah tempat yang bersih…”
Memang ini sesuatu yang menakutkan, karena manusia adalah makhluk yang banyak melakukan dosa, sebagaimana sabda Nabi, “Setiap bani Adam itu (pernah) melakukan kesalahan-kesalahan…” (HR. Tirmidzi)
Ya, setiap manusia melakukan kesalahan dan dosa. Hanya orang zalim yang mengklaim dirinya tidak memiliki dosa; baik dalam bentuk meninggalkan yang wajib atau melanggar yang haram. Bagaimana seseorang berani mengklaim telah menjalankan semua kewajiban, padahal berapa total kewajiban saja tidak mengetahui jumlah persisnya. Bagaimana pula dia bisa mengklaim telah meninggalkan semua dosa, padahal berapa cacah dosa saja tidak mampu menyebutkan jumlah persisnya.
Karena itulah, Allah hanya membagi manusia menjadi dua golongan; orang yang bertaubat dan orang yang zalim, dan tak ada golongan yang ketiga. Sebagaimana firman-Nya, “Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujuat: 11)
Maka, hendaknya kita menyadari bahwa kita ini belum bersih, dan tentu juga berhasrat untuk menambah dan menumpuk kotoran. Kita dalam keadaan kotor, namun berharap kepada Allah untuk bisa masuk ke dalam jannah yang bersih dan serba indah. Lantas apa jalan keluarnya?
Di antara anugrah Allah adalah Dia masih memberi kesempatan kepada manusia selagi masih di dunia. Supaya menghadap Allah dalam keadaan bersih, meskipun hari-hariya dia pernah melakukan dosa yang mengotori jiwanya. Allah memberikan peluang bagi manusia di dunia untuk mandi di tiga sungai supaya dai itu bersih dari dosa-dosa. Tetapi bukan sungai seperti yang biasa kita maksud, tetapi sungai pembersih dosa. Meringkas dari nash dan dalil-dalil, Ibnu Qayyim berkata,
“Bagi seseorang yang melakukan dosa-dosa di dunia, tersedia baginya tiga sungai untuk membersihkan diri mereka di dunia. Namun jika hal itu belum membuat mereka bersih, maka ia akan dibersihakan di surgai jahannam pada hari kiamat.”
TIGA SUNGAI PEMBESIH
Pertama, sungai taubat nasuha. Siapa yang bertaubat nasuha maka dosa-dosanya akan terhapus. Kadar dosa yang hilang itu tergantung kadar kesempurnaan taubatnya. Ada taubat yang tidak berpengaruh, karena taubatnya salah atau pura-pura. Ada yang sekedar mampu mengurangi dosa dan ada yang menghilangkan dosa-dosa. Ada yang lebih baik dari itu, karena kesempurnaan taubatnya, keburukan-keburukan yang telah dilakukan diganti oleh Allah dengan pahala kebaikan. Catatan amal keburukan akan berganti dengan catatan-catatan kebaikan. Sebagaimana firman Allah, “Yubaddilullahu sayyi-aatihim hasanaat, Allah akan menggantikan keburukan mereka dengan kebaikan.
Dipersyaratkan bagi orang yang bertaubat untuk berhenti dari dosa, menyesal, bertekad untuk tidak mengulangi kembali, beristigfar, dan jika berhubungan dengan manusia, hendaknya dia menyelesaikan ketika di dunia.
Adapun sungai kedua adalah sungai kebaikan, yang bisa menghilangkan dosa-dosa. Semakin banyak kebaikan yang kita lakukan akan bisa menutupi dosa-dosa kita. Sehingga kelak timbangan kebaikan lebih berat daripada timbangan keburukan.
Allah ta’ala berfirman, “Bahwa kebaikan –kebaikan itu bisa menghapuskan keburukan-keburukan.” (QS. Al-Furqan: 70)
Disamping itu, ada kebaikan yang oleh Nabi disebut sebagai penghapus dosa, seperti umrah, memperbanyak langkah ke masjid, wudhu, begitupun dengan shaum Arofah maupun Asyura.
Sungai ketiga adalah sungai musibah. Setiap manusia akan mengalami musibah; yang mukmin maupun yang kafir. Bagi seorang mukmin musibah akan menjadi penggugur dosa-dosa.
Inilah tiga sungai pembersih dosa. Maka jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, Allah akan memasukkan ia ke salah satu atau ketiga sungai tersebut. Maka siapa yang telah bersih kotoran dosanya dengan tiga sungai di dunia, tak perlu lagi ia dibersihkan di ‘sungai’ jahannam. Dan dipersilakan kepada mereka “salaamun ‘alaikum udkhulul jannata bimaa kuntum ta’maluun”, selamat atas kalian, masuklah kalian ke dalam jannah, dengan sebab apa yang kalian kerjakan. Semoga Allah wafatkan kita dalam keadaan bersih, aamin.
Sumber : majalah ar risalah edisi 172 hal. 50-51