Tiga Sebutan Istri Dalam Al Qur’an
Allah menyebutkan istri dalam Al Qur’an dengan tiga sebutan. Yaitu Imro`ah, Zaujah dan shohibah. Tentunya penyebutan yang berbeda ini memiliki makna dan tujuan tersendiri.
Pertama: Imro’ah adalah sebutan untuk istri yang memiliki hubungan pernikahan dengan seorang laki-laki namun tanpa adanya hubungan keselarasan fikiran dan rasa cinta.
Ketika Allah menyebutkan istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, maka menggunakan kata imro’ah. Allah berfirman:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا
“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat.” (QS. At Tahrim: 10)
Allah menyebutkan istri kedua-duanya dengan sebutan imro`ah, karena meksi ada hubungan pernikahan, namun antara mereka tidak ada hubungan baik dalam pemikiran yaitu keimanan dan rasa cinta.
Begitupula ketika menyebutkan isrtri Fir’aun, Allah berfirman:
َرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu.” (QS. At Tahrim: 11)
Karena istri Fir’an beriman kepada Allah,s edangkan fir’aun sangat ingkar kepada Allah dan bahkan menentangnya, ini menunjukkan bahwa tidak ada keserasian fikiran antara keduanya, begitupula dalam hal rasa cinta.
Kedua: Zaujah adalah sebutan untuk istri yang memiliki hubungan pernikahan dengan seorang laki-laki bersamaan itu pula terjalin keselarasan fikiran dan rasa cinta.
Allah berfirman:
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
Dan Kami berfirman: “Wahai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini.” (QS. Al Baqarah: 35)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ
“ًWahai Nabi, katakanlah kepada para istri-istrimu…” (QS. Al Ahzab: 28)
Allah menyebutkan istri Nabi Adam dan Nabi Muhammad karena antara mereka ada keselarasan dalam fikiran (keimanan), dan rasa cinta, tidak sekedar hubungan pernikahan.
Shohibah adalah sebutan untuk istri ketika terputusnya hubungan suami-istri secara fikiran maupun pernikahan.
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ.
“pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya.” (QS. Abasa: 34-36)
Pada saat terjadinya hari kiamat dalam kondisi yang mencekam, seorang suami tega meninggalkan anak-anak dan istrinya.
Maka Allah menyebut istri yang ditinggalkan oleh suaminya, sehingga terputusnya hubungan pernikahan dan fikirannya dengan shohibah.
Sebagai penegasan ketika Allah menyebutkan bahwa Ia (Allah) tidak memiliki anak dan istri. Dan menyebut istri dengan sebutkan shohibah. Allah berfirman:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al An’am: 101)
Semoga Allah menjadikan hubungan antara kita dengan istri dengan sebutan zaujah, yang berarti antara keduanya terdapat hubungan pernikahan, kesamanan hati dalam ketaatan kepada Allah, dan rasa cinta karena Allah.
Maka Allah ta’ala memerintahkan kita untuk bedoa:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاما
“Dan orang orang yang berkata: “Wahai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan: 74)
allahu a’lam. (zaid royani)