Terbelahnya Rembulan

Kita kembali kepada tanda kiamat kecil yang telah lampau. Tanda ini benar-benar telah terjadi, yakni terbelahnya rembulan. Pemberitaannya tidak hanya dalam hadits tapi ayat al-Qur’an secara langsung memberitakannya.

Allah berfirman;

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ (1) وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِر (2

“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelahnya bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata:(ini adalah) sihir yang terus menerus”. (QS. Al-Qomar: 1-2)

Para ahli tafsir mengatakan bahwa terbelahnya rembulan telah terjadi pada masa Nabi saw. Selain menjadi tanda hari kiamat, terbelahnya rembulan juga merupakan salah satu mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Imam Ibnu Katsier menyebutkan dalam tafsir ayat ini bahwa mukjizat ini telah menjadi kesepakatan umat mengenai kebenarannya karena diriwayatkannya dari jalur yang shahih dan dari banyak jalur lainnya. ( Kitab Tafsirul Qur’an al Azhim, Qs.al-Qamar: 1-2)

“Dari Abdullah bin Masud berkata, “Bulan terbelah pada zaman Nabi Muhammad saw menjadi dua bagian. Lalu Rasulullah bersabda,Saksikanlah. (HR. Bukhari)

“Dari Anas bin Malik ra, penduduk Makkah meminta Rasulullah saw agar memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah. Lalu Rasulullah saw memperlihatkan bulan yang terbelah menjadi dua sampai-sampai mereka bisa melihat celah diantara dua belahan itu. (HR.  Bukhari)

Dalam riwayat Imam ath-Thayalisi, diriwayatkan dari Abu Daud yang artinya, “Bulan terbelah pada masa Rasulullah saw dan orang-orang kafir berkata,”Ini sihirnya Ibnu Abi Kabsyah,” lalu orang-orang berkata “Tunggulah sampai para musafir lewat karena Muhammad tidak akan bisa menyihir semua orang. Lalu saat musafir lewat, para musafir mengatakan bahwa mereka mengatakan bahwa mereka melihat bulan terbelah. (Musnad ath Thayalisi I/304).

Dr. Zaghlul, dalam bukunya Al-I’jaz Al-ilmi fi As-Sunnah An- Nabawiyah jilid 1, menceritakan tentang pengakuan seseorang muallaf bernama David M.Pidcock. Pengakuaan  ini terjadi beberapa tahun lalu dalam sebuah ceramah Dr. Zaghlul di salah satu fakultas kedokteran Universitas Cardiff di Wales, Inggris Barat. Pidcock mengatakan bahwa ayat pertama dari surat Al-Qamar inilah yang menyebabkan ia masuk islam di akhir dekade 70-an. Ceritanya, saat itu ia sedang melakukan kajian terhadap agama-agama dunia. Salah satu teman Muslimnya menghadiahinya al-Qur’an dan terjemahannya. Saat pertama kali ia membacanya, ia langsung terkejut dengan surat al-Qamar. Karena tidak percaya bahwa bulan pernah terbelah dan kemudian menempel kembali, maka ia tutup Al-Qur’an tersebut dan meninggalkannya begitu saja. Beberapa hari kemudian, tanpa dia sengaja ia melihat acara di BBC tentang perjalanan luar angkasa. Acara yang disiarkan pada tahun 1978 itu dipandu oleh penyiar inggris terkenal bernama James Burke dengan menghadirkan tiga ilmuan antariksa Amerika. Dalam wawancara tersebut, dibahas perjalanan luar angkasa yang menemukan satu fakta penting bagi mereka. Fakta tersebut adalah sesungguhnya bulan dahulu pernah terbelah kemudian melekat kembali, dan bekas-bekas yang membuktikan cerita ini masih terlihat di permukaan bulan dan membentang hingga ke dalamnya. Begitu mendengar penuturan ini, pidcock lalu tersentak kaget dan teringat dengan surat Al-Qamar yang ia pernah baca. Kemudian pun ia masuk Islam.

Sayyid Muhammad Syukri al- Alusi, dalam bukunya Ma Dalla ‘Alaihi Al-Qur’an, mengutip dari buku Tarikh al-Yamini bahwa dalam sebuah penaklukan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud bin Sabaktakin al-Ghaznawi terhadap sebuah kerajaan yang masih menganut paganism (musyrik) di India ia menemukan prasasti batu di dalam istana taklukan tersebut tertulis, “Istana ini dibangun pada malam terbelahnya bulan, dan peristiwa itu mengandung pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran.”

Meskipun, tentang kabar ini banyak yang menyatakan, sebaiknya diperiksa terlebih dahulu agar kita tidak jadi bahan tertawaan orang-orang barat karena hanya bisa mengklaim sesuatu yang mereka temukan. Merekalah yang ke bulan, lalu umat Islam, karena iri, mengklaim hal yang tidak-tidak.

Pendapat ini ada benarnya, maksudnya anjuran untuk mengonfirmasi kebenaran berita tersebut layak dilakukan. Hanya saja, soal orang-orang barat yang menertawakan, itu memang kebiasaan mereka menertawakan keyakinan kita. Dan apapun yang mereka katakan, kita tetap yakin bahwa bulan memang pernah terbelah. Adapun benar tidaknya bukti bahwa di bulan ada bekasnya, Allah Maha Tahu. Jika benar, berarti hal itu memang merupakan bukti, jika tidak, keyakinan kita tidak memerlukan bukti dari mereka.

Saat bicara soal mukjizat, kita memang akan dihadapkan pada berbagai polemik dan perdebatan. Namun, kalaupun argumentasi kita kalah, keyakinan kita tentang adanya mukjizat tidak boleh runtuh. Karena sekali lagi, ini soal keyakinan dan iman. Sedangkan untuk beriman, kita tidak harus melihat buku yang tampak mata.

Terbelahnya rembulan menjadi ujian bagi keimanan dan peringatan bagi kita. Ujian karena berita-berita mukjizat membutuhkan keyakinan kuat terhadap kebenaran nubuwah beliau. Dan peringatan agar kita lebih waspada. Kehidupan akhir zaman bukanlah kehidupan yang ramah terhadap keimanan dan keyakinan. Ada banyak keburukan dan godaan yang semakin hari semakin banyak dan semakin berbahaya. Semoga kita lebih waspada. Wallahu a’lam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *