Tanamlah Benih Kebaikan
Oleh: Ust. Burhan Sodiq
Ada baiknya mulai sekarang segera berpikir, ingin meninggalkan apa untuk kehidupan kita kelak. Ilmu tak seberapa, amal biasa biasa saja, lalu apa kira kira yang bisa kita lakukan agar hidup ini sangat bermakna.
Karena ternyata usia manusia tidak lama. Selalu ada maut yang mengincar kapan saja. Datangnya tidak diketahui, makanya persiapannya harus jauh jauh hari. “Saya kan masih muda. Meninggalnya masih lama.” Seloroh kawan terdengar di telinga. Seolah ia tahu kapan ajal akan menghampirinya.
Potensi Anda Apa?
Usia kita tak lagi muda. Maka mencari tahu apa potensi kita sangatlah bijaksana. Tidak mungkin orang lahir tanpa potensi. Pasti Allah telah menyediakan potensi terbaik untuknya. Hanya saja tidak banyak orang yang sudah menemukan potensinya.
Kebanyakan hanya mengeluh tentang kekurangannya. Tidak mau belajar mengembangkan kelebihan kelebihannya. Malahan merasa cukup dengan apa yang ada pada dirinya. Kenapa tidak mencoba sesuatu yang baru agar hidupnya lebih berwarna. Padahal kalau sudah mencoba sesuatu yang baru, maka akan ada semangat baru yang semakin menyala.
Padahal kalau kita terlalu mengutuk kelemahan, maka bisa jadi akan berujung pada penyakit depresi. Merasa tidak ada gunanya, merasa jadi beban, dan merasa doing nothing. Menurut World Health Organization (WHO) depresi menduduki peringkat ke-4 sebagai penyakit yang ada di dunia. Terdapat sekitar 20% wanita dan 12% pria pada suatu waktu malam dalam kehidupannya pernah mengalami depresi.
Tengok Kanan Kiri, Butuh Apa dari Kita
Coba tengok lingkungan tempat kita tinggal. Adakah hal yang bisa kita lakukan untuk mereka. Mungkin di lingkungan itu banyak anak anak belum bisa membaca Al Qur’an. Buka saja pintu lebar lebar untuk mereka. Buat kelas Al Qur’an dengan ilmu yang ada pada diri kita.
Pelan pelan satu dua anak bergabung. Nanti lama lama mereka semakin banyak. Cari bantuan buku dan majalah anak buat mereka. Semakin mereka nyaman semakin gede magnet kebaikan buat semua. Akhirnya ibu ibunya juga pengen belajar Al Qur’an. Ajak mereka semakin dekat dengan majelis ilmu.
Rumah jadi sumber kebaikan amal. Dengan begitu semakin membuat kita semangat untuk berjuang lebih banyak lagi. Perlahan lahan semakin bagus. Lalu bisa dikembangkan menjadi sebuah perpustakaan. Bisa meminjamkan buku buku kepada orang yang membutuhkan.
Untaian amal shalih ini akan mengalir terus. Nafas kita akan menjadi nafas kebaikan untuk semua orang. Tidak ada rasa pelit berbagi. Semua dilakukan demi melanjutkan kebaikan yang semakin panjang.
“Oh saya tidak bakat mengajar. Saya bisa bantu apa ya?” Kalau sekiranya kita tidak bakat mengajar, kita bisa berkreasi yang lainnya. Membuat tulisan tulisan kita tempel di mading yang tersedia. Orang orang membaca tulisan kita dan mereka menjadi semakin tercerahkan. Tidak habis masa kecuali masa itu kita gunakan untuk memproduksi kebaikan. Karena semakin banyak yang kita hasilkan, akan semakin banyak pula pahala jariyah yang akan kita dapatkan.
“Saya tidak bisa menulis, saya bisa bantu apa.” Bikin kepanitiaan, buat bakti sosial. Ajak kawan kawan dokter untuk berbagi kemanfaat dengan khitanan masal, atau pengobatan gratis. Hasung masyarakat untuk datang dan mendapatkan manfaatkan dari kegiatan itu. Semua layak untuk dilakukan dalam rangka terus menjaga nafas kebaikan itu.
Jadilah Seperti Petani
Umpamakan diri kita ini seorang petani yang punya banyak lahan. Lahan satu kita tanam biji bijian. Lahan lain juga seperti itu. Kelak suatu saat kita akan panen tanaman yang sangat banyak. Di sini panen jenis tanaman ini, di sana panen jenis ini lagi. Beda beda tapi banyak manfaatnya.
Amal shalih pun seperti itu. Di desa ini kita buat rumah tahfidz. Kita semai dan kita kembangkan. Di kota sana kita buat madrasah mahasiswa dengan pengenalan Islam yang kuat. Di lokasi lain kita buat poliklinik. Semua bermuara pada satu amal jariyah yang sama.
Hidup akan semakin berkah dan akan semakin semangat menebar kebaikan kebaikan. Sehingga waktu dan usia yang kita miliki akan semakin bermanfaat. Tidak terbuang percuma dan tidak berlalu sia sia. (Himayah Foundation)