Pertanyaan
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ustadz, saya mau bertanya:
- Bagaimana cara kita mengamalkan asmaul husna, apakah boleh berdzikir semalaman sampai ribuan kali dengan asmaul husna?
- Apakah dzikir menggunakan asmaul husna ada dasarnya dari hadits shahih atau ijma yang kuat?
Demikian, terimakasih atas jawabannya
Marsum-Magelang Selatan
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jawaban
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Mengamalakan asmaul husna tentu setelah kita meyakininya dengan menetapkan sebagaimana Allah dan Rasul-Nya tetapkan, tanpa ada takyif (Bertanya bagaimana), ta’thil (penolakan), tahrif (penyelewengan) dan tanpa tasybih (penyerupaan). Nabi bersabda,
Allah memiliki sembilanpuluh sembilan nama, seratus kurang satu, barangsiapa menjaganya maka akan masuk jannah.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam memahami arti ahsha di dalam hadits ini, tidak bisa dipahami hanya dengan menyebutkan atau lelafadzkannya saja. Tapi memiliki tiga arti sebagaimana pendapat Al Khithabi: pertama, berdo’a dengan menggunakan semua nama Allah, tidak membatasi pada sebagian nama-Nya, sehingga mendapat semua pahala yang dijanjikan. Kedua, mengamalkan hak dan tuntutan dari asmaul husna. Bila ia mengatakan arrazzaaq (Maha pemberi rezeki), maka ia akan menggantungkan semua rizkinya pada Allah. Dan ketiga, mengetahui semua makna dari asmaul husna.
Jadi, arti hadits di atas adalah mengetahui lalu diamalkan dalam ibadah. Sebagaimana Al-Qur`an tidak akan bermanfaat hafal lafadznya bila tidak mau mengamalkannya. Bahkan mereka yang keluar dari dien ini, di antaranya karena mereka membaca Al-Qur`an hanaya sampai tenggorokannya saja tidak dibuktikan dalam perbuatannya.
Asmaul husna juga boleh digunakan untuk bertawassul kepada Allah. Allah berfirman, “Allah memiliki nama-nama yang baik, maka panggillah Allah dengan nama-nama tersebut.” (QS. Al A’raaf: 180)
Adapun berdzikir semalam sampai ribuan kali jelas tidak ada tuntunannya dari Nabi. Pelakunya telah terjebak dalam lingkaran bid’ah, ia pun merasa telah ibadah sepenuh hati. Ia tidak tahu pengamalan asmaul husna tidak hanya sebatas dilafadzkan, tapi juga diamalkan dalam kesehariaan kita, bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Tahu atas segala perbuatan hamba-Nya. Wallahu a’lam.
(Lihat: Ma’arijul Qabul: 1/125, Al-Qawaid Al-Mutsala Fie Sifatillah Wa’asmaul Husna: 18)
Sumber: majalah arrisalah edisi 68