Siapkan Amunisi Dakwah Anda

Siapkan Amunisi Dakwah Anda

Oleh: Ust. Burhan Shodiq

Apa yang akan anda lakukan jika akan terjun ke medan laga. Apakah anda akan bersantai saja. Ataukah anda akan memilih bersiap dengan segala bekal yang anda miliki. Tentu saja kita akan bersiap siap menghadapi resiko apa saja yang akan ada di depan mata. Tidak mungkin kita akan bersantai santai saja.

Ini pula yang akan anda lakukan ketika akan terjun di medan dakwah. Apa amunisi terbaik yang sudah anda siapkan. Jangan sampai anda tidak memiliki amunisi apa-apa. Karena medan juang dakwah anda bukan sebuah medan juang yang ringan. Tapi ini medan juang yang penuh dengan pengorbanan.

Jangan dibayangkan bahwa dakwah itu akan selalu enak dan penuh dengan santai-santai. Ketahuilah bahwa dakwah itu penuh dengan kesungguhan dan juga penuh dengan halangan dan rintangan. Sebab dakwah itu membutuhkan pola komunikasi yang baik. Salah memiiih kata saja bisa bermasalah, apalagi jika kita salah melakukan pendekatan pendekatan dalam dakwah.

Hendaklah di antara kalian ada satu kelompok yang mengajak umat manusia kepada kebaikan, memerintahkan perbuatan yang ma’ruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar. Mereka ltulah orangorang yang meraih keberuntungan. (QS. All Imran: 104)

Proses penyadaran Ini menjadi penting. Bahwa memilih berdakwah adalah sebuah pilihan yang dilakukan secara sadar. Bukan pilihan serampangan. Tetapi pilihan yang memang dilakukan dengan ilmu. Didasarkan  pada pemahaman yang baik dan benar. Bukan semata egoisme dan nafsu.

Bagaimana sih konsekwensi jika sebuah pilihan itu dilakukan dengan sadar. Maka ia akan bersiap dengan segala resiko yang siap menghadang. Tidak akan mundur meski banyak masalah di depan. Tetapi terus mencari tahu apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi itu.

Kalian adalah sebaik-baik umat yang dimunculkan (oleh Allah) kepada umat manusia, (karena) kalian memerintahkan perbuatan yang ma’ruf, mencegah dan perbuatan yang mungkar, dan bariman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110)

Amunisi Apa Yang Harus Dimiliki

Banyak bekal dakwah yang harus dimiliki seorang da’i. Tetapi sebagai pribadi yang harus memiliki manfaat yang maksimal, maka ada beberapa amunisi yang harus dimiliki. Kemampuan kemampuan ini dibutuhkan untuk melakukan banyak kebaikan di masyarakat. Agar apa yang dia lakukan Iebih berdaya guna dan memiliki efek domino yang lebih banyak.

Mendengarkan.

Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk. Maka Allah menciptakan bagi manusia dua telinga dan satu mulut, agar mereka mau lebih banyak mendengar. Bahkan janin dalam rahim pun dianjurkan untuk didengarkan ayat-ayat Allah. Dan sesuai teori memang seorang pendengar yang baik, pastilah ia juga seorang pembicara yang baik.

Maka sebelum kita berbicara sebaiknya kita banyak mendengarkan. Dengan banyak mendengar ilmu yang baik, maka pengetahuan kita akan bertambah. Apakah mendengar dan mendengarkan itu susah? Bisa jadi susah bagi beberapa orang yang memiliki penyakit tinggi hati. Mendengar saja tidak ada waktu. Apalagi mendengarkan dengan seksama. Penuh perhatian dan penuh ketelitian. Tidak semua orang bisa melakukan itu.

Menyampaikan.

Seperti orang bilang bahwa ilmu yang tak diamalkan bagai pohon tak berbuah, begitu pula bila tidak dibagikan. Karena buah tak akan ada bila bunga tak mau berbagi serbuk sari.

Selain memiliki kemampuan mendengarkan, seorang dai juga diharapkan memiliki kemampuan menyampaikan. Kemampuan seseorang penuntut ilmu dalam menyampaikan ilmunya menjadi salah satu kemampuan wajib yang dimiliki.

Karena dengan menyampaikan ilmunya, dia telah menjaganya bahkan bertambah yang ia punya.

Pelajarilah bagaimana menyampaikan dengan baik dan benar. Tidak terasa terlalu cepat tapi juga tidak terasa terlalu lambat. Diatur dengan segala ritmenya sehingga bisa dengan baik mendapatkan faedah dari menyampaikan ilmu ini. Seorang dai yang punya ilmu bagus tapi tidak bisa menyampaikan tentu saja kurang bisa bermanfaat di masyarakat.

Menulis.

Amunisi ketiga yang seharusnya dimiliki para dai adalah kemampuan menulis. Ada pepatah arab berbunyi :

“llmu layaknya hewan buruan, dan menulis adalah tali (kekang)nya, maka kekang (ikat)lah buruanmu dengan tali yang kuat”

Sama seperti manfaat dari menyampaikan ilmu secara lisan, yang mana bisa menjaga ilmu yang kita miliki. Tetapi tidak semua orang mampu dan mahir menyusun kata menjadi prosa sarat makna. Padahal sebagai penuntut ilmu kurang lengkap tanpa adanya karya. Sebagaimana para pendahulu yang mengisi hari-hari mereka dengan menulis, bahkan ketika dalam jeruji besi. Sehingga bisa kita manfaatkan tinta emas pengetahuan yang telah mereka torehkan pada milyaran lembar kertas. Jadi, karya itu bisa terus hidup dan bermanfaat untuk umat walau sang penulis telah wafat.

Seorang dai itu sama kecuali ada di antara mereka yang menulis. Tulisan ini yang akan membuat dia memiliki nilai lebih dibandingkan dengan dai lainnya. Demikianlah amunisi dakwah apa saja yang selayaknya dimiliki seorang dai. Semoga kita menjadi dai yang senantiasa bisa istiqamah dan lurus.

(majalah ar risalah: 206)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *