Bicara Seks Pada Anak : Gak Salah Tuh…

Idealnya orang tua (baik ayah maupun ibu) pasti ingin menjadi orang yang pertama dan utama memberikan informasi seputar seksualitas pada anaknya. Akan tetapi faktanya, dewasa ini anak-anak mencari informasi tentang seksualitasnya dari sumber-sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya seperti media sosial, teman sekolah, internet dan lain-lain.
Kalau boleh sedikit saja instrospeksi diri, salah satu yang mengakibatkan hal ini adalah karena adanya persepsi orang tua yang salah tentang seksualitas.

Seringkali orang tua pada umumnya menyamakan bicara seks dengan bicara tentang bagaimana berhubungan seks. Padahal cara berhubungan seks adalah instink, gak perlu diajarin, orang sudah tahu sendiri.
Tidak heran apabila kemudian banyak orang yang beranggapan bahwa bicara seks pada anak adalah tabu, porno, jorok, sehingga tidak perlu membahas permasalahan ini dengan anak.
Padahal disisi lain, anak-anak sangat membutuhkan orang yang dapat senantiasa mendukung hari-hari mereka. Kondisi saat ini baik anak-anak dan remaja dilingkupi oleh pornografi, kecanduan gadget, beban kurikulum sekolah yang berat, konten yang tanpa filter, tekanan teman sebaya, bullying dan pergeseran nilai. Kalau dulu untuk mengungkapkan rasa cinta cukup dengan sms : I miss you, I love you, tapi sekarang sms nya menjadi (maaf jika kurang berkenan) : ‘Yang, dah lama neech gak ML, bonyok lagi keluar, ke rumah donk, ML yuk’.
Kondisi ini kemudian diperparah dengan kurangnya waktu keluarga.
Seringkali kita sebagai orang tua kurang menyediakan waktu untuk anak-anak kita. Tidak menyediakan waktu tapi hanya sekedar menyisakan waktu, padahal anak adalah amanah yang harus dijaga, mereka adalah investasi dunia akhirat.

Kembali ke topik bicara seks, apabila topik seksualitas tidak dibicarakan dengan anak, maka karena rasa keingintahuan anak yang besar serta dengan paparan informasi porno yang dahsyat, anak pada akhirnya akan mencari sendiri sumber-sumbernya.
Kondisi diatas ini yang kemudian berkontribusi terhadap maraknya bermunculan kasus anak-anak yang ketagihan video porno, kasus anak yang menjadi korban pedofil, kasus aborsi pada remaja, MBA (Married By Accident), dan lain-lain.
Pelaku kejahatan seksual ini pun beragam dan kebanyakan adalah orang-orang yang dikenal anak. Oleh karenanya tidak terlalu tepat, kalau kita hanya mengajarkan pada anak untuk hanya waspada terhadap orang asing. Untuk itu perlu diajarkan pada anak bagaimana anak mengenali tanda perilaku-perilaku yang berbahaya bagi mereka.

Dengan kondisi diatas, maka sangat tepat apabila pendidikan seks diberikan dengan pendekatan Islam. Karena dalam Islam, pendidikan seks adalah bagian yang tidak terpisahkan dari syari’at Islam, bukan pada perilaku aman (tidak ada unsur paksaan atau dilakukan atas dasar suka sama suka) dan sehat (terbebas dari penyakit) saja.

3 aspek pendidikan Seks dalam Islam :
1. Aspek aqidah : harus dipahami bersama bahwa tujuan asal manusia melakukan kegiatan seksual adalah dalam rangka pengabdian kepada Alloh SWT.
2. Aspek Ibadah : pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari tuntunan syari’at Islam
3. Pendidikan Akhlaq : yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadits.

Terlepasnya pendidikan seks dari ketiga unsur tersebut akan menyebabkan :
– Ketidakjelasan arah dari pendidikan seks
– Menimbulkan kesesatan
– Penyimpangan dari tujuan asal manusia melakukan kegiatan seks dalam rangka mengabdi pada Alloh.

Jadi pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari tuntunan syari’at Islam. (Bersambung)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *