Safinatu An-Naja: Panduan Fiqih Masyarakat Awam Nusantara | Serial Kajian Kitab Safinatu An Naja 1
Oleh: Ust. Risdhi ar-Rasyid
Safinatu an-Naja adalah kitab yang tidak asing dan sangat populer dikalangan intelektual muslim Indonesia. Terlebih lagi bagi para kiyai, habib, ustadz dan santri pengikut madzhab Syafi’i di negeri ini. Kitab fiqih madzhab syafi’i ini merupakan kitab dasar fiqih yang banyak diajarkan dan dipelajari, baik dipesantren, madrasah, majlis ta’lim, bahkan pengajian-pengajian rutin mushala yang ada di kampung-kampung.
Kitab yang berisi matan fiqih ini dikarang oleh seorang ulama bernama Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa’ad bin Abdullah bin Sumair al-Hadhrami as-Syafi’i. Ia merupakan seorang ulama kenamaan yang lahir di Hadhramaut, Yaman. Beliau tumbuh dan menimba ilmu di negerinya kepada para ulama Yaman, di antaranya adalah ayahnya; Syaikh Abdullah bin Sa’ad bin Sumair, hingga beliau menjadi salah satu ulama besar Hadhramaut.
Selain pakar ilmu agama, beliau juga berkecimpung di dunia politik dan militer. Ia pernah diutus oleh Daulah Katsiriyah Hadhramaut ke negeri India guna mencari pakar meriam. Ia juga pernah mendapat mandat dari daulah tersebut untuk melakukan transaksi jual beli persenjataan di negeri Singapura, kemudian mengirimnya ke Yaman. Adapun prestasinya yang paling gemilang dalam bidang ini adalah perannya dalam mendamaikan perseteruan antara Daulah Yafi’iyah dan Daulah Katsiryah. (Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani, Kasyifatu As-Saja Syarh Safinatin Naja, hlm: 6)
Beliau berhijrah meninggalkan Yaman menuju Jawa ketika sultan baru bernama Sultan Abdullah bin Muhsin mulai bersikap otoriter dalam pemerintahannya. Lalu beliau menetap dan berdakwah di Jawa sampai wafat pada tahun 1855 M/1271 H di Betawi. (Muhammad bin Ali bin Muhammad Ba Athiyah ad-Du’ani, Ghayah al-Muna fi Syrhi Safinati an-Naja, hlm: 11)
Adapun Safinatu an-Naja atau judul lengapnya safinatu an-naja fima Yajibu ‘ala al-Abdi li Mualahu adalah kitab matan fiqih yang sangat ringkas namun padat sebagaimana kitab matan pada umumnya. Hal ini juga sesuai dengan objek dakwah beliau kala itu, yaitu masyarakat awam Jawa dan Nusantara.
Dikarenakan ringkas dan simplenya, kitab ini sangat cocok untuk dipelajari para pemula, masyarakat awan bahkan anak-anak sekalipun. Bahkan sangat danjurkan sebelum mempelajari kitab lainnya dalam madzhab Syafi’i seperti; at-Taqrib, Kasyfatu as-Saja, Fathu al-Mu’in, dan al-Minhaj milik Imam Nawawi.
Adapun muatan kitab ini berfokus kepada tema ibadah mahdhah yang berkenaan dengan setiap muslim; Thaharah, Shalat, Zakat, dan Shaum. Hal-hal yang berkenaan dengan haji tidak dibahas dalam matan ini, karena pada saat itu sedikit sekali masyarakat Indonesia yang telah mampu menunaikan haji ke kota Makkah, disamping kebijakan penjajah Belanda yang menghalang-halangi ibadah haji.
Matan Safinatu an-Naja diawali dengan penyebutan rukun Islam, rukun Iman, dan makna kalimat syahadat. Bab thaharah dimulai dengan pembahasan tanda-tanda baligh, yang menjadikan seorang muslim dan muslimah terkena kewajiban syariat. Lalu disusul dengan pembahasan wudhu, mandi, tayamum, najis, haidh dan nifas.
Bab shalat membahas syarat-syarat shalat, rukun-rukun shalat, pembatal-pembatal shalat, shalat jama’ah, shalat jama’ dan shalat qashar, shalat Jum’at, dan diakhiri dengan pengurusan jenazah.
Bab zakat adalah pembahasan paling singkat. Tak lebih dari dua baris, matannya menjelaskan harta-harta yang terkena kewajiban zakat.
Bab terakhir adalah shaum. Bab ini membahas syarat-syarat shaum Ramadhan, rukun-rukunnya, pembatal-pembatalnya, dan jenis-jenis kaffarah shaum.
Beberapa hal yang mungkin menjadi poin minus dari kitab ini adalah tidak dibahasnya beberapa pembahasan penting seperti adzan, iqamah, shalat rawatib, shalat Ied dll. Meski demikian, tentu saja hal ini tidak mengurangi besarnya faidah dan manfaat dari disusunnya kitab ini oleh Syaikh Salim bin Sumair al-Hadrami.
Banyak dari para ulama yang men-syarh kitab matan ini, diantaranya adalah Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani (wafat tahun 1316 H / 1898 M), mufti madzhab Syafi’I di Makkah, beliau men-syarh matan Safinatun Naja dalam sebuah kitab berjudul Kasyifatu As-Saja Syarh Safinatin Naja. Kitab ini juga sangat poluler dikalangan para kiyai dan santri, dan termasuk kitab yang dipelajari dipesantren-pesantren salafiyah.
Ada juga kitab syarh lain seperti Nailu ar-Raja bisyarhi Safinati al-Naja, karya as-Sayid Ahmad bin Umar as-Syathiri, atau Ghayah al-Muna fi Syrhi Safinati an-Naja, karya Muhammad bin Ali bin Muhammad Ba Athiyah ad-Du’ani.