Reportase Program Dakwah Muslim Pedalaman Seko-SULSEL

Himayah Foundation – Selasa, 6 September 2022, Ust. Faris Ghozi (Da’i Himayah Foundation) bersama dua orang tim dakwah beliau memulai perjalanan dalam program dakwah muslim pedalaman ke Kampung Muallaf di Dusun Kalamio, Desa Marante, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Hari Pertama

Perjalanan ini penuh suka duka. Dakwah di Seko memang penuh rintangan dan tantangan. Bagaimana tidak, mulai perjalanan ke Rongkong kami sudah dihadang oleh longsor yang menutupi jalan, sehingga kami harus menunggu berjam-jam untuk dapat melewatinya dan kami melanjutkan perjalanan hingga sampai di desa Comba. Dikarenakan hari sudah mulai sore, kami menginap di salah satu rumah warga semalam. Di Comba kami sempat mengadakan pengajian ba’da shalat magrib dan ba’da shalat subuh, sedangkan ba’da shalat isya kami mengadakan pengobatan bekam gratis kepada jama’ah masjid di desa Comba tersebut, serta pembagian al-Qur’an yang diwakili oleh ibu guru mengaji di desa Comba tersebut.

Hari Kedua

Pagi harinya Sekitar pukul 08.00 WITA kami berangkat lagi menuju tempat target dakwah kami yaitu kecamatan Seko. Mulailah kami berjalan dengan tiga kendaraan yang kami pakai, namun di tengah perjalanan satu kendaraan kami tidak mampu naik ke atas hingga kami titipkan di rumah warga. Disinilah ujian mulai berlaku, jalan yang licin dan melewati tebing-tebing yang curam serta aliran sungai yang kami tembus untuk sampai ke wilayah seko memang luar biasa beresiko tinggi, bahkan salah pijakan sedikit kita lengah bisa terlempar ke jurang. Kendaraan beberapa kali tertanam di lumpur, yang mengakibatkan kami beberapa kali terjatuh dari kendaraan. Jatuh bangun kami lalui dan alhamdulillah sampailah kami pukul 4 sore di dusun pertama kec Seko. Dusun Lambire adalah dusun pertama yang kami lalu, mamun dusun ini belum tujuan kami, masih ada lagi berkisar 2 jam lagi baru sampai di dusun Kalamio.

Hari Ketiga

Keesokan harinya kami kembali melanjutkan perjalanan. Melawati jalanan yang curam dan harus melewati gunung-gunung dan padang safana membuat kami ketat ketir. Bagaimana tidak, kampas rem depan kendaraan kami yang kami andalkan untuk keselamatan di jalan sudah aus dan tidak mampu menahan lajunya kendaraan. Sedangkan rem kendaraan kami hanya dimodifikasi memakai rem depan saja, padahal kami harus mendaki dan menuruni jalan yang sangat curam. Disinilah terjadi musibah ketika pas di tebing penurunan kami tidak mampu mengendalikan laju kendaraan kami hingga kami berinsiatif menabrakan kendaraan kami ke tebing dari pada kami harus terjun ke jurang yang curam. Alhamdulillah kami hanya luka ringan namun kendaraan kami harus opname, as depan bengkong, stang melenyot, laker hancur, untungnya kendaraan masih bisa bunyi mesin, akhirnya kami tuntun dengan pelan-pelan melewati jurang tersebut dan dalam kondisi hujan.

Sampailah kami di desa kedua Desa Eno, Kec. Seko, kami servis motor dan selesai kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Kalamio, Sampainya kami di dusun kalamio dengan kondisi kecapean dan sudah gelap, kami harus mencari tempat tinggal sementara dan alhamdulillah kami bertemu dengan tokoh agama di dusun Kalamio. Bapak muslimin, seorang tokoh agama dusun Kalamio mempersilahkan kami untuk menginap di rumah beliau. Setelah bersih-bersih kami berkenalan dengan bapak Muslimin dan menyampaikan program-program dakwah kami kepada beliau, sambuatan yang luar biasa diberikan beliau kepada kami karena mendengar program dakwah kami.

Pak Muslimin ini muslim sejak lahir, namun istrinya seorang mualaf, dan anak pertamanya murtad. Ketika beliau bercerita tentang keluarganya kami sangat terharu mendengarkan kisah-kisah perjuangan keislaman di kampungnya. Akhirnya kami beberapa hari di dusun Kalamio dengan program kajian ba’da shalat magrib dan subuh. Masjid yang kami tempati adalah masjid sederhana yang dulu kantor desa, mereka membelinya dan kemudian mereka rubah menjadi masjid. Mereka beri nama masjid itu dengan Masjid Mualaf. Karna memang masyarakat muslim di situ kalau bukan suaminya yang mualaf ya istrinya yang mualaf. Secara ekonomi masyarakat disini memiliki penghasilan dengan bercocok tanam dan memelihara tawon madu. Selain dakwah kami juga memberikan pengobatan gratis berupa bekam kepada jama’ah.

Genap empat hari kami di Dusun Kalamio. Akhirnya kami memohon pamit untuk turun ke Lambire dan Comba untuk melaksanakan program dakwah selanjutnya.

Kami hanya fokus di tiga dusun karena dari satu dusun ke dusun lainya membutuhkan waktu berjam-jam bahkan ada yang sampai setengah hari. Sehingga kemungkinan program dakwah tidak berjalan maksimal. Dokumentasi berhenti di hari ke 4 karena di Seko, mereka menggunakan listrik dengan sederhana bukan PLN mereka menggunakan kincir manual hingga ketika hujan dan banjir aliran listrik tidak berfungsi dan kami kehabisan batre HP.

(Reporter: Faris Ghozy)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *