Rahasia Keberhasilan Dakwah Sahabat

Rahasia Keberhasilan Dakwah Sahabat

Menakjubkan. Hanya dalam belasan tahun Rasulullah dan para sahabatnya berhasil mendirikan negara lslam Madinah. Sebagai sebuah institusi yang mengawal pelaksanaan syariat Islam, dan menjadi alat untuk membantu seorang muslim lebih baik dan sholeh.”

Akan bertambah mengagumkan lagi, jika mengkaji sejarah permulaan Islam. Awalnya, dimulai oleh Rasulullah  seorang diri. Beliau menantang kemapanan sistem, ideologi, tradisi dan budaya masyarakat Arab Jahiliyah kala itu. Dulu, Islam dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan masyarakat jahiliyah Arab. Karena memporak-poranda-kan system, ideologi dan tradisi yang sudah dihormati, dan diagungkan oleh mereka.

Berbagai tekanan, intimidasi dan siksaan dialami oleh para pemeluk Islam. Terutama kalangan masyarakat berstrata rendah-miskin. Seperti, kalangan budak dan mantan budak. Jumlah pemeluk Islam dari kalangan ini terbilang mayoritas. Ini juga yang menjadikan Islam dicitrakan buruk: bahwa Islam adalah ideologi kalangan bawah nan jelata.

Rintangan dan hambatan pun sangat besar dan beragam. Mulai dari cara yang hard (keras) hingga cara yang soft (lembut), intimidasi dan tawaran dunia sudah tak terhitung. Sudah berbagai macam cara yang digunakan oleh musyrikin untuk menghadang laju dakwah.

Diantara caranya, dengan membunuh karakter Nabi Muhammad. Seperti menuduh beliau dengan pendusta, penyihir, perusak tradisi, bahkan diisukan gila, sering kerasukan setan.

Salah satunya, kisah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, suatu waktu seorang tokoh Arab dan pakar ruqyah berkunjung ke Makkah. Dhimadh, namanya. Saat itu, isu yang dibicarakan oleh orang-orang adalah tentang Nabi Muhammad. Tokoh Musyrikin selalu mendatangi orang-orang yang berkunjung ke Makkah, untuk menghalau mereka dari Islam.

“Wahai Dhimad, sesungguhnya di Makkah ini ada seorang bernama Muhammad. la gila, kera- sukan setan. Jangan sampai ia memperdayaimu.” Kata mereka. Justru Dhamad tertantang.

“Andaikan aku berjumpa laki-Iaki yang disebutkan ini, niscaya akan aku ruqyah (untuk menggusir jin yang merasukinya),” ujar Dhimad.

Allah pun mempertemukannya dengan Nabi Muhammad. “Wahai Muhammad, saya dengar dari penduduk Makkah bahwa kamu gila, sering kerasukan setan. Sungguh, aku bisa meruqyah. Maukah saya ruqyah?” tanya Dhimad. Mendengar pertanyaan itu, Nabi Muhammad tersenyum. Tidak ada sedikitpun raut muka marah dan tersinggung atas fitnah tersebut.

Beliau pun & bersabda:

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ ، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أما بعد:

Mendengar hal itu, Dhimad mengatakan, “Tolong ulangi lagi ucapanmu.” Nabi Muhammad, pun mengulangi hingga tiga kali. Setelah itu, ia berkata, “Sungguh, aku pernah mendengar mantera sihir, jampi-jampi dukun, dan syair para penyair. Namun ucapanmu tidak seperti mereka. Wahai Muhammad, ulurkan tanganmu, aku akan berbaiat untuk masuk lslam.” la pun masuk Islam.

 

Bagaimana Islam Tersebar?

Setidaknya ada dua karakter dasar yang dimiliki oleh sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Kedua karakter inilah yang banyak mempengaruhi perkembangan dakwah dan tersebarnya Islam ke berbagai pelosok bumi.

Pertama: Semua sahabat merasakan dan meyakini Islam sebagai anugerah yang sangat istimewa. Sehingga mereka sangat bangga dan membanggakan Islam. Mentalitas merekapun akan naik seketika saat menyatakan Keislamannya. Lihatlah sayyidina Umar bin Khattab. Sesaat setelah mengucapkan syahadat dihadapan Rasulullah. di rumah AI-Arqom bin Abi Arqom. Tempat kaderisasi rahasia Rasulullah. Umar berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran dan mereka di atas kebathilan?

Rasulullah menjawab, ”Iya, betul. Kita di atas ke bebenaran. Dan mereka di atas kebathilan.”

Umar melanjutkan Bukankah Allah akan menolong kita?” Beliau menjawab,, “Iya. Allah akan menolong kita.” “Jika demikian, wahai Rasulullah  kenapa harus kita sembunyi? Mari kita keluar.” Ajakan Umar ini disambut cepat oleh singa padang pasir, pamanda Rasulullah, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib. Rasulullah pun menyetujui hal itu. Akhirnya mereka keluar untuk melaksanakan thawaf secara terang-terangan.

Umar merasa lslam anugerah paling istimewa. Maka harus ditampilkan, dan disuarakan di tengah masyarakat. Perasaan yang sama dialami oleh sahabat Ammar bin Yasir. Setelah mengikrarkan syahadatain di rumah al-Arqom bin Abil Arqam bersama Suhaib. Ammar merasa keistimewaan agama ini. Maka ia ingin berbagi dengan orang-orang yang dicintainya. Yaitu lbunya Summayyah dan bapaknya, yasir. Ia pun mendakwahi keduanya. Dan keduanya pun masuk lslam.Perasaan ini harus dirasakan oleh semua umat Islam. Sebab, perasaan ini akan melahirkan keyakinan yang mendalam, percaya diri, inisiatif dan kreatifitas dalam berdakwah. Mereka pun tidak minder dalam mendakwahkan Islam.

Dalam Al-Quran, Allah  telah menjelaskan

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orangorang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imron: 139)

Dalam ayat lain Allah & berfirman:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‘rui dan mencegah dariyang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 10)

Jika perasaan ini ada pada setiap muslim maka tidak diragukan lagi Islam akan cepat berkembang masyarakat menerima Islam dengan baik dan Islam menjadi sesuatu yang sangat dibangga-banggakan sebab Islam memang layak untuk dibanggakan keistimewaan kesempurnaan kelogisan dan ketinggian Islam tidak dimiliki oleh ideologi agama maupun isme-isme lainnya.

Kedua: Semua sahabat Rasulullah merasa bertanggung jawab terhadap dakwah dan perjuangan Islam. Mereka tidak menyerahkan tugas dakwah dan jihad kepada Rasulullah maupun sahabat-sahabat senior.

Tetapi, semua sahabat, laki-perempuan, tua-muda, bangsawan-kalangan jelata, memiliki komitmen dan keyakinan bahwa memperjuangkan serta menyebarkan Islam adalah tugas mereka juga. Kelak mereka akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat tentang dakwah ini.

Kesadaran inilah yang membuat seluruh sahabat Rasulullah, senantiasa berpikir dan mengusahakan kontribusi yang maksimal untuk Islam. Sehingga jika membaca sejarah mereka kita akan mendapati seluruh sahabat Nabi Muhammad memiliki peran dalam menyebarkan Islam.

Tentang peran dan kontribusi sahabat-sahabat senior seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Utsman, Abu Ubaidah, dan istri-istri Rasulullah & tidak diragukan lagi. Cukuplah nama mereka senantiasa disanjung, kisah mereka senantiasa ditutur oleh generasi setelahnya, kehidupan mereka menjadi inspsirasi kehidupan bagi orang selain mereka. Cukuplah ini semua sebagai bukti kontribusi nyata mereka. Sebab, sejarah hanya mengabadikan orang-orang agung.

 

Janda Teladan

Tersebut Ummu Sulaim, itulah nama kunyah beliau. Laqobnya Rumaisoh. Janda muda di Madinah. Nama aslinya Malikah binti Milhan. Ia janda, karena pilihannya untuk masuk Islam, sehingga sang suami, Malik bin Nadhr yang bersikukuh dengan kesyirikan meninggalkan dirinya dengan anak semata wayang yang bernama Anas.

Kecintaannya terhadap Islam sangat besar. Dibuktikan dengan pengorbanannya di awal keislaman. la banting tulang berkerja mencari penghidupan untuk dirinya dan  anaknya Anas bin Malik. Kesadaran berislamnya sangat tinggi. Ia selalu memikirkan bagaimana bisa maksimal berkhidmah (melayani)  Islam. Ia pun menemukan ide.

Syahdan, ia menemui Rasulullah “Wahai Rasulullah,  aku seorang janda, yang serba terbatas. Tapi, ingin sekali berkhidmah untuk Islam. sungguh, yang paling berharga bagi saya saat ini adalah putera saya, Anas bin Malik. Wahai Rasulullah, saya hendak memberikannya kepadamu sebagai pembantumu. la bisa melayani kebutuhanmu. Agar engkau ti~dak direpotkan oleh urusan-urusan kecil. Bisa maksimal melayani umat.”

Begitulah kalimat-kalimat indah keluar dari lisan sang shahabiyah muda ini. Rasulullah pun menerima tawarannya. Anas pun menjadi pelayan Rasulullah. Sementara Ummu Sulaim, dinikahi oleh sahabat Abu Thalhah. Mahar yang beliau minta adalah keislaman Abu Thalhah. Dan keduanya menjadi sahabat Rasulullah. Ialah wanita pertama yang menjadikan keislaman calon suami sebagai mahar.

 

Kontribusi Nyata Seorang Nenek

Seorang nenek yang berumur lanjut, berkulit hitam. Menjadi sangat istimewa ketika ia bisa berkontribusi maksimal untuk Islam. Ummu Mahjan, begitu orang-orang di Madinah memanggil beliau. Dengan keterbatasannya sebagai wanita yang berumur lanjut, ia selalu berusaha berkontribusi nyata untuk Islam.

Kelihaiannya dalam sapu-menyapu, dan membersihkan-merapikan, digunakan untuk melayani Islam. Setiap hari, beliau selalu menyapu masjid, menata dan mempersiapkannya untuk shalat dan pengajian. Hingga suatu saat beliau meninggal. Rasulullah merasa kehilangan atas wafatnya itu.

Inilah dua karakter dasar yang dimiliki oleh Para sahabat Rasulullah. Dengan kedua karakter inilah, Islam tersebar dengan massif. Jika keduanya dimiliki oleh umat Islam dewasa ini, sungguh Islam akan tersebar ke seluruh pelosok bumi.* [Mas’ud Izzul Mujahid]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *