وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ كَمَا فُعِلَ بِأَشْيَاعِهِمْ مِنْ قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا فِي شَكٍّ مُرِيبٍ
“Dan dihalangi antara mereka apa yang mereka ingini sebagai mana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. Sesungguhnya mereka dehulu (didunia) dalam keraguan yang mendalam.” (QS. Saba’: 54)
Suatu kali, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu minum air yang dingin dan segar. Tiba-tiba beliau menangis. Beliau di Tanya, “Apakah gerangan yang membuat anda menangis?” beliau menjawab, “ Aku teringat akan firman Allah, “Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini…” (QS,Saba’: 54)
Saya tahu, bahwasanya penduduk neraka tidaklah menginginkan sesuatu melebihi keinginan mereka untuk mendapatkan air yang dingin.”
Keinginan Penghuni Neraka
Benar apa yang dikatakan Ibnu Umar ra, betapa bernafsunya mereka ingin mendapatkan air. Hingga mereka mengemis kepada penduduk jannah agar sudi memberikan air kepada mereka, Allah mengisahkan dalam firmannya.
“Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, “limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allak kepadamu.” Mereka (penghuni surga) menjawab: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya diatas orang-orang kafir.” (QS. al-A’raf: 50)
Tidak saja kandas apa yang mereka minta, yang terjadi bahkan sebaliknya. Saat mereka mendambakan minuman yang segar, justeru yang didapatkan adalah “hamim”, air yang panasnya mencapai puncaknya. Allah berfirman, “Mereka tidak merasa kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,” (QS.an-Naba’: 24-25)
Begitupun mereka menginginkan makanan lezat untuk mengusir rasa lapar dan memenuhi hasrat lidahnya, justeru yang mereka dapati adalah duri, yang justeru merusak jasad dan membuat hasrat minum makin kuat.
Apa yang dialami oleh penghuni neraka itu sebagai balasan sepadan atas apa yang mereka lakukan di dunia. Dulu mereka mengumbar syahwatnya, mengambil setiap apa yang diinginkan dan berbuat sesuai dengan kehendak hawa nafsunya, meskipun dalam hal yang jelas-jelas Allah melarangnya. Maka sebagai balasannya, merekapun terhalang untuk memenuhi setiap keinginannya di akhirat.
Qatadah radhiyAllahu ‘anhu juga menjelaskan tentang firman Allah, “Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan.” Maksudnya adalah, “Tatkala mereka menyaksikan adzab dihadapan mereka, mereka pun ingin dikembalikan lagi ke dunia, agar ia bisa taat kepada Allah Azza wa jalla dan menyudahi hidupnya dengan apa-apa yang diperintahkan Allah. Namun Allah menghalangi keinginan mereka untuk itu, karena masa didunia telah berlalu.”
Makna ini tidak bertentangan dengan makna yang pertama. Mereka terhalangmendapatkan kenikmatan di akhirat, mereka juga terhalang dari keinginan ingin kembali kedunia. Betapa banyak al-Qur’an mengisahkan perihal angan-angan mati yang ingin dikembalikan ke dunia lagi, untuk memulai hidup baru, tidak sebagaimana cara hidup yang pernah dijalaninya dahulu. Sebagaimana firmannya,
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggakan. Sekali-kali tidak.” (QS.Al-Mukminun: 99-100)
Dan masih ada lagi keinginan mereka yang lain. Tatkala penghuni neraka berputus asa untuk terbebas dari siksa, apalagi untuk mendapatkan kenikmatan dan kelezatan, maka merekapun ingin sekiranya mereka dimatiakan saja. Agar siksa taka da lagi mereka rasakan. Namun, lagi-lagi keinginan mereka tersebut tidak dikabulkan.
“Mereka berseru : “Hai Malik (penjaga neraka-pen), biarlah Rabbmu membunuh kami saja”,. Dia menjawab; “kamu akan tetap tinggal (dineraka ini).” (QS.az-Zukhruf: 77)
Begitulah, taka ada keinginan sekecil apapun yang mereka inginkan lalu dikabulkan. Apalagi keinginan yang besar. Maka siksa mana yang lebih dahsyat dari kenyataan yang berkebalikan dengan keinginan? Apalagi, keinginan yang remeh di akhirat, akan diganti dengan sesuatu yang paling dibenci dan dihindari, berupa siksa tak terperi.
Agar Tercapai Segala Hasrat Di Akhirat
Merenungkan ayat ini, semoga meningkatkan kesabaran kita untuk menahan keinginan syahwat dari yang haram. Meskipun begitu kuat desakan nafsu merajuk dan betapa setan gigih merayu. Jika kita berharap keinginan kita tidak terhalang di akhirat, maka keharusan bagi kita untuk menghalangi nafsu kita dari yang haram.
Ayat ini pula yang diajarkan oleh Syaqiiq al-Balkhi, sebagai jawaban dari hembusan setan yang menggiring kita kepada syahwat. Beliau berkata, “Tiada suatu pagi pun melainkan setan mengincarku dari empat penjuru. Dari depan dan belakangku, serta dari arah kanan dan kiriku. Setan membujuku, “Janganlah takut (berbuat dosa), karena sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” Maka akupun menjawab dengan firman Allah, “Dan sesungguhnya aku (Allah) Maha pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shalih, kemudian tetap berada dijalan yang benar.” (QS. Thaha: 82)
Adapun dari arah belakang, Ia menakut-nakutiku akan terlantarnya keluarga yang kelak aku tinggalkan. Maka aku pun membaca, “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya.” (QS.Hud: 6) lalu dari arah kananku ia mendatangiku dari sisi wanita, maka akupun membaca, “dan kesudahan yang baiklah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raf’ :128). Sedangkan dari arah kiri, ia mendatangiku dengan memamerkan aneka syahwat dan keinginan haram, maka aku pun membaca, “Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan.”(QS. Saba: 54)
Allahumma ati anfusana zakkaaha wa anta khairu man zakkaaha.aamiin.
Sumber: arrisalah edisi 126