Himayah Foundation – Sebagian orang yang mengaku beragama Islam ternyata mengalami suul khatimah. Kondisi suul khatimah biasanya tampak pada sebagian orang yang sedang sakaratul maut.
Shiddiq hasan Khan pernah menceritakan tentang kondisi suul khatimah, “Suul khatimah memiliki sebab-sebab yang harus selalu diwaspadai oleh setiap mukmin.” (Yaqdzah Ulil I’tibar, 211)
Kemudian beliau mennyebutkan empat sebab suul khatimah yang beliau maksud sebagai berikut.
- Akidah yang Rusak
Tak ada artinya jika telah memiliki sifat zuhud, kualitas keshalihan yang tinggi, namun akidahnya rusak. Jika seseorang memiliki akidah yang rusak dan ia meyakininya, bahkan sama sekali tidak menyangka telah berada dalam kekeliruan akidah, maka semua itu akan tersingkap saat sakaratul maut.
Jika seseorang wafat dalam kondisi seperti ini sebelum ia kembali pada iman yang benar, maka ia akan mendapatkan suul khatimah dan wafat dalam kondisi tanpa iman.
Selain itu, ia juga akan termasuk dalam kategori golongan yang telah disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam firman-Nya,
وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ
“Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS. Az-Zumar: 47)
Dan ayat,
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالاً . الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah ‘Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan ini, padahal mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)
Oleh sebab itu, hendaknya setiap manusia selalu memberbaiki akidahnya. Akidah yang benar adalah akidah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam risalah dakwahnya di era awal kebangkitan Islam masa hidup beliau.
- Banyak Maksiat
Orang yang sering melakukan maksiat, maka kemaksiatan itu akan terus menumpuk dalam hatinya. Semua yang pernah dikumpulkan manusia sepanjang umur kehidupannya, maka memori itu akan muncul dan terulang saat ia mati.
Jika seseorang cenderung kepada ketaatan dan hal-hal yang baik, maka yang paling banyak hadir pada saat ia sakaratul maut adalah memori ketaatan.
Sebaliknya, jika kecenderungannya pada maksiat lebih dominan, maka yang paling banyak hadir saat sakaratul maut adalah memori maksiat.
Bahkan, bisa jadi pada saat maut menjelang dan ia belum taubat, syahwat dan maksiat menguasainya hingga hatinya terikat padanya. Dan akhirnya, dua hal itu menjadi penghalang antara dia dan Rabbnya, serta menjadi penyebab kesengsaraan di akhir hayat.
Adapun orang yang tidak melakukan dosa, atau melakukan dosa namun selalu segera diiringi dengan taubat, maka ia akan dijauhkan dari kondisi tersebut.
Imam adz-Dzahabi mengutip perkataan Mujahid dalam tulisannya, Tidaklah seseorang meninggal kecuali ditampilkan kepadanya orang-orang yang biasa bergaul dengannya. Seseorang yang suka main catur sekarat, lalu dikatakan kepadanya, “Ucapkan Laa Ilaha Illallah.” Ia menjawab, “Skak!” kemudian ia mati.
Jadi, yang mendominasi lidahnya adalah kebiasaan permainan dalam hidupnya. Sebagai ganti kalimat tauhid, ia mengatakan ‘Skak!’ Ini mirip dengan seseorang yang berkawan dengan para pemabuk. Saat sekarat, seseorang datang untuk mengajarkannya mengucap syahadat. Tetapi ia malah berkata, “Mari minum dan tuangkan untukku!” kemudia ia mati. Laa haula wa laa quwwata illa billah. (Al-Kaba-ir, Imam adz-Dzahabi, 91)
- Tidak Istiqamah
Orang yang semula istiqamah dalam kebaikan, lalu berubah dan menyimpang jauh menuju keburukan, ini bisa menjadi penyebab Suul khatimah.
Sebagaimana iblis yang pada mulanya adalah pemimpin malaikat plus malaikat yang paling giat beribadah, namun kemudian saat ia diperintah untuk sujud kepada Adam, ia membangkang dan menyombongkan diri. Sehingga ia tergolong makhluk yang kafir.
Juga sebagaimana Bal’am Ibnu Ba’ura yang telah sampai kepadanya ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla. Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkannya ke dunia. Ia menuruti hawa nafsunya dan termasuk orang-orang yang sesat.
Keluarnya seseorang dari jalan istiqamah dalam ketaatan harus segera disadarkan dan diluruskan. Agar ia tidak termasuk golongan orang yang mendapatkan Suul khatimah saat sakaratul maut.
- Iman Lemah
Iman yang lemah dapat melemahkan cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan terus menguatkan cinta kepada dunia dalam hatinya. Lemahnya iman dapat menjajah dan mendominasi dirinya sehingga tidak tersisa dalam hatinya tempat untuk cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla kecuali hanya sedikit bisikan jiwa.
Akibatnya, ia akan terperosok ke dalam lembah nafsu syahwat dan maksiat. Noda hitam yang ada di hatinya akan terus menumpuk dan akhirnya memadamkan cahaya iman yang sudah terlanjur lemah dalam hatinya.
Dalam kondisi seperti itu, jika sakaratul maut datang, ia akan selalu dibayangi rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah ‘Azza wa Jalla murka dan tidak cinta kepadanya. Cinta Allah ‘Azza wa Jalla yang sudah lemah itu berbalik menjadi benci. Akhirnya, bila ia mati dalam kondisi iman lemah, dia akan mendapatkan suul khatimah dan sengsara selamanya.
Sebab, yang melahirkan suul khatimah adalah cinta dan kecenderungan kepada dunia serta lemahnya iman. Semuanya akan berimbas pada lemahnya rasa cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (Disadur dari kitab Al-Qiyamah ash-Shughra, Syaikh Umar bin Khattab radhyallahu ‘anhu Sulaiman al-Asyqar) Wallahu a’lam [dakwah.id]