Pentingnya Mempelajari Adab
Oleh: Ust. Zaid Royani, S.Pd.I
Banyak orang yang beranggapan bahwa adab tidak ada kaitanya dengan proses belajar dan mengajarkan ilmu. Sehingga yang terjadi orang berilmu namun tidak beradab. Sebagaimana yang banyak terjadi hari ini, kaya dengan berbagai pengetahuan namun miskin adab.
Maka dalam proses belajar mengajar guru dan murid harus memperhatikan adab-adabnya. Sebelum mempelajari apa saja adab-adab yang harus diperhatikan oleh guru dan murid maka kita harus mengetahui seberapa pentingkah perkara mempelajari adab ini? Berikut faidahnya:
Sebagai Pendidikan Pertama
Sebelum mengajarkan berbagai disiplin ilmu, mempelajari adab merupakan pelajaran pertama yang harus diajarkan oleh orang tua, guru terhadap anak atau muridnya.
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallaha dari Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
حَقُّ الوَلَدِ عَلَى وَالِدِهِ أَنْ يُحْسِنَ اِسْمَهُ، وَيُحْسِنَ مُرْضِعَهُ، وَيُحْسِنَ أَدَبَهُ
“Hak anak kepada orang tuanya adalah memberinya nama yang baik, mengasuhnya dengan baik dan mengajarinya adab.” (HR. Al Baihaqi, hadits ini dhaif)
Bahkan para ulama sepakat mengatakan bahwa Al Adabu Qablal ‘Ilmi (Adab itu sebelum ilmu).
Adab Bagian Dari Ilmu
Ibnu Sirin rahimahullah berkata: “Para sahabat dan Tabi’in belajar petunjuk (etika) sebagaimana mereka belajar ilmu pengetahuan.”
Ibnu Mubarak rahimahullah berkata:
كَادَ الأَدَبُ يَكُوْنُ ثُلُثَيِ العِلْمَ
“Hampir saja adab menjadi bagian sepertiga ilmu.” (Shiffatus Shafwah: 4/145)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu dan adab adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan. Sebagaimana dua sayap burung, jika salah satunya tidak berfungsi maka menyebabkan kecacatan.
Adab Bagian Sifat Mulia Rasulullah
Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallahu’alaihiwasallam adalah tolak ukur (parameter) paling agung. Segala sesuatu seharusnya didasarkan pada akhlak, perjalanan hidup (sirah) dan petunjuk beliau. Adapun yang selaras dengannya, berarti perkara itu benar; dan apapun yang bertentangan dengannya, berarti perkara itu bathil (salah).”
Beradab mulia berarti mengikuti petunjuk Rasulullah dalam hal akhlak. Sedangkan berakhlak buruk bagian dari menjauhi pentunjuk beliau.
Adab Adalah Hiasan Ilmu
Penyempurna dan penghias ilmu adalah adab. Ilmu yang banyak dan melimpah tidak akan memberi manfaat banyak tanpa dibumbui dengan adab. Para ulama tidak terlalu suka banyaknya ilmu namun minim dengan hiasan adab. Bahkan komposisi adab haruslah lebih banyak daripada ilmu.
Hubaib bin Asy-Syahid radhiyallahu’anhu berpesan kepada puteranya: “Pergaulilalh para ahli fikih dan pelajarilah adab mereka; karena yang demikian itu lebih aku sukai daripada engkau mempelajari banyak hadits.”
Ruwaim berkata: “Wahai anakku! Jadikanlah ilmumu sebagai garam dan jadikanlah adabmu sebagai tepungnya.
Ibnu Mubarak rahimahullah berkata: “Kami lebih membutuhkan terhadap sedikit adab daripada ilmu yang banyak.”
Adab Adalah Cerminan Iman
Sebagian ulama berkata: “Ketauhidan mengharuskan keimanan, maka barangsiapa tidak mempunyai keimanan, berarti tidak mempunyai ketauhidan. Keimanan mengharuskan syari`at, barangsiapa tidak (melaksanakan) syari`at, berarti tidak mempunyai keimanan dan ketauhidan. Syari’at mengharuskan adab, maka barangsiapa tidak mempunyai adab, berarti tidak mempunyai syariat, keimanan maupun ketauhidan.
Maka dengan itu semakin tinggi keimanan seseorang semakin mulia pula adabnya, namun semakin rendah keimanan seseorang, maka semakin rendah pula adabnya.
Begitupula adab yang buruk akan merusak ilmu dan amal. Dan adab yang baik akan memperbaiki ilmu dan amal.