Muslimah Gapailah Shalihah !
Bukan yang cantik jelita. Bukan yang kaya raya berlimpah harta. Bukan yang keturunan orang-orang terpandang. Tapi yang sholihah, itulah predikat terhormat yang seharusnya disandang oleh semua wanita. Ya, wanita sholihah. Dialah melati kebahagiaan kaum lelaki. Dialah perhiasan terindah yang membuat kehidupan dunia ini merekah harum dalam dekapan syariah. Betapa indahnya dunia ini, bila kaum hawa yang menghuni di dalamnya benar-benar merunduk taat kepadan-Nya. Sungguh, dunia ini akan berubah panorama menyemburatkan kesemerawutan hidup dan kekacauan moral, jika kaum wanitanya lebih menyembah ‘setan’ dengan bergumul kemaksiatan, dari pada memasrahkan diri tunduk dan taat kepada Allah Rabbul izzati.
Sugguh benar sabda Rasul dalam haditsnya yang mulia :
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah.” (HR. Muslim, no. 1467)
Shalihah, Harga Mati !
Menjadi shalihah, itulah dambaan terindah seorang wanita yang merindukan kemuliaan di sisi-Nya. Menjadi shalihah, itulah impian mulia seorang istri yang menginginkan kehormatan dan kebahagiaan di sisi suaminya tercinta.
Rasulullah pernah bersabda, “Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan, yaitu tetangga yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban, dishahihkan albani di dalam silsilah al Ahadits Ash-Shahihah, no. 282)
Ketika Umar bin Khottob bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?” Beliau menjawab :
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَزَوْجَةً صَالِحَةً تُعِينُهُ عَلَى أَمْرِ الآخِرَةِ
“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu majah)
Rasulullah pun menegaskan pentingnya mengutamakan ‘shalihah’ dalam hal pemilihan jodoh. Dien yang baik sebagai tolok ukur keshalihan wanita, merupakan standar pokok untuk mendapatkan zaujah shalihah, istri yang shalihah. Beliau bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka, pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama, engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari no. 5090, dan Muslim no. 1466)
Empat hal tersebut merupakan faktor penyebab dipersuntingnya seorang wanita dan ini merupakan pemberitaan berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untuk mengumpulakn perkara-perkara tersebut, akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama.
Al-Hafizh Ibnu Hajar juga berkata, “Fazhfar bi dzatid din (pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama), maknanya adalah sepatutnya bagi seorang yang beragama dan memiliki muru’ah (adab) untuk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dalam segala sesuatu, terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama bersamanya (Pemilihan istri). Maka, Rasulallah memerintahkan untuk mendapatkan seorang wanita yang memiliki agama, di mana hal ini merupakan puncak keinginannya.” (fathul bari, 9/164)
Imam Nawawi menuturkan, “Di dalam hadits ini ada anjuran untuk berteman atau bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatunya, karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka, berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka.” (Syarah Shahih Muslim, 10/52)
Bagaimana Menggapai Shalihah ?
Saudariku muslimah, di dalam beberapa ayat Al-Quran dan Hadits Nabi telah dijelaskan beberapa karakteristik wanita shalihah. Untuk itu, jika anda ingin menggapai shalihah, upayakan secara sungguh- sungguh dan ikhlas, agar seperangkat karakter mar’ah shalihah ini melekat kuat dalam kepribadian Anda.
Allah telah berfirman, “Wanita (Istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisa’: 34)
Menaati Allah Ta’ala dan menaati suami dalam hal ma’ruf, serta memelihara kehormatan dirinya ketika suaminya tidak ada, merupakan karakter pokok seorang wanita shalihah. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menuturkan, “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya. Karena itulah Allah berfirman, ‘Wanita shalihah adalah yang taat,’ yakni taat kepada Allah, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.’ Yakni taat kepada suami mereka, bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang berpergian), dia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir Al-karimir Rahman, hal. 177)
Terkait dengan suguhan pelayanan istri shalihah kepada suaminya tercinta, Rasulullah pernah bersabda kepada Umar bin Khattab :
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْتَنِزُ المَرْءُ؟ المَرْأَةُ الصَّالِحَةُ؛ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah, yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi si istri akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Daud no. 1417 )
Wahai wanita muslimah, benamkan diri Anda dalam ketaatan kepada-Nya, suguhkan kepatuhan kepada suami anda dalam hal-hal yang baik, dan jagalah benar-benar kehormatan diri anda, inilah jalan pasti untuk menggapai shalihah. Dengan meniti jalan ini, anda akan menjadi wanita mulia sepanjang masa. Ya, hanya dengan meniti jalan ini. Bersegeralah !
(ar risalah: 107)