Mengejar Ketertinggalan
Allah Ta’ala berfirman:
وَهُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ خِلۡفَةٗ لِّمَنۡ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوۡ أَرَادَ شُكُورٗا
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.”
(QS. Al-Furqan: 62)
Salah satu hikmah Allah menjadikan silih bergantinya siang & malam adalah agar hamba beriman mengejar ketertinggalannya dalam amal ibadah.
Demikian lah yang dijelaskan oleh salah seorang ulama ketika menjelaskan hikmah pergantian siang & malam:
مَنْ فَاتَهُ عَمَلٌ بِالنَّهَارِ أَدْرَكَهُ بِاللَيْلِ وَمَنْ فَاتَهُ عَمَلٌ بِاللَيْلِ أَدْرَكَهُ بِالنَّهَارِ
“Barangsiapa tertinggal amalnya di siang hari hendaknya mengganti di malam hari, barangsiapa tertinggal amalnya di malam hari hendaknya mengganti di siang hari.”
Sehingga tidak ada alasan bagi hamba beriman ketika ibadahnya tidak optimal di siang hari untuk mengerjarnya di malam hari, pun sebaliknya.
Bahkan pada setiap jenis amal ibadah Allah menyiapkan solusi dalam mengejar ketertinggalan amal. Allah menjadikan sujud sahwi untuk orang yang lupa dalam gerakan shalat. Juga menjadikan qadha dan fidyah bagi yang tidak mampu berpuasa di bulan Ramadhan, dan masih banyak yang lain.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam jalan ketaatan kepada-Nya. Wallahu a’lam. (Ust. Zaid Royani – Ketua Himayah)