Mencoba Transportasi Darat, Udara, Laut untuk sampai tujuan dakwah

Sebagaimana judul di atas, perjalanan dakwah kami menuju pulau Obi memiliki kisah tersendiri. Kisah tersebut mungkin berbeda dengan dai-dai Himayah lainnya, di mana perjalanan kami dibiayai oleh pengurus Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Halmahera Jaya Feronikel (HJF).

Sebagai gambaran umum, kami dibelikan tiket untuk keberangkatan dari Jakarta menuju Labuha, Bandara Internasional yang berada di Pulau Bacan. Kemudian berikut akan dilanjutkan dengan perjalanan laut menuju Pulau Obi bersama karyawan HJF lainnya. Selain kedua hal itu, kami juga diberi uang saku untuk perjalanan dari tempat tinggal menuju Jakarta dan untuk uang makan selama perjalanan. Dari gambar awal inilah kisah kami dimulai.

Pertama-tama kami membeli tiket kereta terlebih dahulu untuk menuju Jakarta menyesuaikan jam perjalanan pada tiket pesawat. Sesampainya di di stasiun Pasar Senin, Jakarta jam 01.00 dini hari kami segera menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan go-car untuk keberangkatan pesawat jam 04.00 menuju bandara Manado (transit). Sesampainya di Manado, jam 08.00, langsung berganti pesawat menuju Bandara Ternate (transit) dan Labuha pulau Bacan sebagai tujuan akhir pesawat,.

Semua berjalan sangat cepat karena waktu transit yang cukup pendek, kurang dari 1 jam. Hingga sampailah di bandara akhir, yaitu bandara Labuha. Tidak disangka ternyata mayoritas para penumbang pesawat yang turun di Labuha adalah karyawan HJF itu sendiri. Dari sini kami baru sadar bawa kami dibelikan tiket bersamaan dengan jadwal para karyawan yang hendak kembali ka HJF setelah liburan.

Kesadaran itu terbukti, jemputan pun sudah menunggu, yang tentunya akan membawa kami semua menuju pelabuhan. Bersamaan dengan itu, kapal juga telah menanti dan bersiap menuju Pulau Obi. Menggunakan kapal ini, kita berangkat bersama para karyawan menuju tempat tujuan yang sama, yaitu di Pulau Obi, tepatnya di perusahaan nikel, Halmahera Jaya Feronikel.

Waktu berjalan dengan cepat, hingga sampailah kami ke tempat tujuan, dan kami langsung diantar ke masjid tepat berdakwah. Jika dihitung dari bandara jakarta, maka waktu yang ditempuh adalah dari sebelum subuh (04.00 WIB) hingga sebelum magrib (17.00 WIT) untuk sampai tujuan, dengan perjalanan udara, laut dan darat.

Meskipun terlihat seperti perjalanan yang mudah, namun ada beberapa hikmah yang dapat diambil, di antaranya adalah: 1) perlunya keaktifan, kecermatan dan kecepatan dalam bertindak, sehingga jadwal yang ada berjalan sesuai rencana. 2) perlunya seorang dai untuk berbaik sangka dengan penanggung jawab, karena mereka sudah merencanakan perjalanan dengan sebaik-baiknya.

Sekian catatan perjalanan kami
Amir Sahidin
Dai Himayah, Pulau Obi Malulu Utara

Ami Sahidin
20 Maret 2023

Kami mengajak kaum muslimin, muhsinin wal muhsinat untuk bersama-sama mendukung program Ramadhan Penjuru Negeri 1445 H.
Salurkan donasi anda melalui:

💳 Muamalat 329 0027 532
💳 BSI 7158 759 777
a/n Yayasan Himayah Dakwah AlIslamiyah (sertakan kode tranfer 110 di tiga digit terakhir)
Konfirmasi donasi:
📲 https://wa.me/628111775411

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *