Memenangkan Islam
Dengan sarana yang syar’I adalah tuntutan
Kemenangan Islam itu pasti, dinasti kekafiran serta kebathilan akan hancur itu juga merupakan kepastian, sebagaimana dulu Islam pernah jaya, maka Islam akan jaya kembali setelah keruntuhannya, yang demikian itu sebab Allah pergantikan diantara manusia hari-harinya, sebagai ujian dan pelajaran bagi orang-orang yang mukmin. Dulu Namrud berkuasa dengan angkuhnya, setelah itu jatuh tersungkur karena kesombongannya pada dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dulu Fir’aun pernah jaya dengan bala tentaranya, namun kemudian Allah hinakan serta merobek kekuasaannya dengan hadirnya Musa ‘alaihissalam. Sistem jahiliyah yang digembongi Abu Jahal serta pembesar-pembesar Quraisy lainnya juga pernah menghegemoni masyarakat Arab saat itu , tapi sekali lagi sejarah mencatat hegemoni jahiliyah tersebut runtuh dengan dakwah Nabi Mulia Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala yang mengetahui ghoib juga telah mengkhabarkan akan kemenangan Islam dengan firmannya :
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“..Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah : 3)
Akan tetapi setelah Islam melemah disebabkan umatnya yang menjauh dari ajarannya maka hari ini pun kekafiran begitu congkaknya merendahkan syari’at Islam, negara-negara demokrasi di bawah hegemoni Amerika mengebiri agama Allah ta’ala, hukum Allah mereka kangkangi, serta komunitas manusia mereka paksa mengikuti kehendak akal pikiran mereka. Tidak ada lagi hukum tuhan kata mereka, sebab suara tuhan harus sama dengan suara manusia, itulah inti dari ajaran demokrasi, agama hanya sebagai aksesoris, agama hanya sebagai label bahwa mereka adalah makhluk bertuhan, sedang menurut mereka tuhan tak punya hak membuat sistem hukum yang diberlakukan untuk manusia. Dan atas izin Allah bahwa hegemoni demokrasi akan runtuh pada waktunya. Sebagaimana kesombongan tirani-tirani kafir dahulu Allah jungkir balikkan disebabkan karena kedzoliman mereka.
Pertanyaannya, bagaimana cara umat Islam menggulingkan kebathilan ini, sehingga yang haq Nampak haq dan yang bathil Nampak bathil dan terkalahkan, sedang kekuatan mereka mengakar kuat dan ditopang dengan kekuatan sistem, media, serta militer?.
Ini bukan pertanyaan yang berlebihan, kekuatan demokrasi benar-benar menjadi alat Barat mengkontrol negeri-negeri Islam bahkan dunia, sebagaimana pernyataan Robinson : “Promosi demokrasi muncul sebagai strategi terorganisir AS pada awal tahun 1980. Ia menjadi ciri utama sikap AS di luar negeri. Demokrasi menjadi “alat yang paling layak untuk memastikan stabilitas dan kontrol sosial di Dunia Ketiga.” (Robinson, W., Promoting Polyarchy: Globalization, US Intervention and Hegemony, Cambridge University Press, 1996, hal. 15.)
Jelaslah bahwa sistem demokrasi adalah buatan dan sarana mereka yang dikembangkan (Barat dan ideologi kafir) sebagai alat monitor serta kontrol bagi kaum muslimin, tentu dengan tujuan agar tidak ada kekuatan lawan (salah satunya khilafah Islamiyah) yang dapat menghancurkan hegemoni barat (khususnya AS).
Lalu mungkinkah umat Islam akan memenangkan Islam lewat demokrasi yang pangkal dan akarnya adalah strategi musuh-musuh Islam dalam menghancurkan Islam?. Meski berulang kali beberapa kelompok Islam global gagal memperjuangkan Islam lewat demokrasi, namun faktanya hari-hari ini kegagalan itu masih diperjuangkan, seolah sudah pesimis dengan cara lain diluar jalur demokrasi. Masuk sistem, merubah dari dalam, dapat dukungan, selanjutnya menyuarakan Islam secara kafah, mungkinkah?. Mungkin saja tekanan musuh kepada kaum muslimin lebih ringan, ibadah lebih bisa leluasa, kaum muslimin bisa dengan leluasa mengais rizki, namun apakah hukum Allah bisa diterapkan secara total dinegeri yang diperjuangkan dengan demokrasi?. Jawabannya jelas, bahwa bapaknya demokrasi (AS) tidak akan membiarkan itu terjadi, sebab tahkimusy syari’ah bertolak belakang dengan asas demokrasi.
Hendaknya kaum muslimin kembali kepada landasan syar’I yang tak ternodai dengan kepentingan duniawi, cara yang ditempuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dalam memenangkan Islam adalah dengan kesabaran dan keyakinan, tanpa meninggalkan ikhtiyar serta syiasah syar’iah yang berdasar akan pengorbanan serta perjuangan yang totalitas. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda ;
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah, lebih suka berternak dan lebih ridho dengan pertanian sedangkan kalian meninggalkan jihad, Allah pasti timpakan kepada kalian kehinaan, yang kehinaan tadi tidak akan tercabut hingga kalian kembali kepada agama (sistem Islam) kalian” (HR. Abu Daud)
Seorang pejuang Islam akan berusaha menegakkan agama Allah dimuka bumi ini, dan jalan yang mereka tempuh adalah kesabaran serta keyakinan yang total kepada Allah. Ibnu Qoyyim Rahimahullah pernah mengatakan “Aku mendengar syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengatakan “Dengan kesabaran dan keyakinan kepemimpinan Islam akan kita dapatkan,” kemudian beliau membaca ayat ;
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةًۭ يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah : 24)
Dalam memperjuangkan Islam tidak boleh lepas dari kontrol ilmu syar’I, sejarah pejuang Islam tidak pernah bernegosiasi dalam perkara ushul (tsawabit) dan akan sangat lentur dengan perkara yang mutaghoyyirot, yang demikian itu karena mereka faham ilmu.
Dakwah, Amar ma’ruf nahi mungkar serta jihad, adalah jalan yang diutamakan sebab itulah jalan yang ditempuh para salaf, pendahulu kita dari generasi terbaik yang disebut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, Imam Malik mengatakan “ Tidak akan baik umat ini kecuali dengan menempuh jalan / methode yang telah ditempuh generasi awal Islam”.
Oleh karenanya, tatkala umat ini memahami jalan terjal jihad, kensekwensi iman, serta totalitas dalam ketundukannya terhadap syariat Islam, maka janji Allah dengan izin-Nya akan terealisasi, sebagaimana firman-Nya :
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًۭا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًۭٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur : 55)
Wallahu a’lam bishshawwab
(Ust. Muhammad Kusnan)