Membuat Orang Kafir Putus Asa

Ending perjalanan dakwah dan jihad Nabi shallallahu ‘aliahi wasallam dipotret oleh Al-Quran dengan kalimat yang sangat jelas:

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku”…(QS. Al Maidah : 3)

Kaum kafir putus asa mengganggu Islam dan umat Islam. Membuat orang kafir putus asa merupakan visi terbesar umat Islam sekaligus sebagai hasil tertinggi perjuangan mereka dalam menghadapi kaum kafir, sebab secara taqdir tak mungkin kaum kafir punah secara jumlah. Maksimal yang bisa diraih adalah: meski jumlah masih ada tapi harus dalam kondisi putus asa dalam mengganggu Islam dan umat Islam.

Jalan yang Allah sediakan untuk mencapainya adalah sebagaimana dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallah yaitu dakwah dan jihad. Sementara jalan demokrasi tak kan pernah membuat kaum kafir putus asa, bahkan sebaliknya kian merajalela. Sayang mayoritas umat Islam belum tahu tentang visi besar ini.

Perjuangan seribu tahun sekalipun jika jalan yang digunakan adalah demokrasi, mustahil dapat meraih visi orang kafir putus asa. Selain jalan demokrasi bukanlah jalan yang Allah kehendaki dan ridhai, secara kalkulasi manusiawi jalan ini juga tanpa ujung yang jelas. Kita perlu mengingat visi dan prinsip ini dalam rangka meniru cara Nabi yang terbukti berhasil membuat kaum kafir putus asa, yang dengannya semua musibah dan kezaliman yang menimpa umat bisa diakhiri dengan izin Allah.

Betapa jauh umat dari jalan yang ditempuh Rasulullah -dakwah dan jihad-. Kata jihad sepertinya sangat ditakuti umat hari ini. Ketika tokoh jihad disebut sepertinya ingin lari dan menutup telinga rapat-rapat. Ini imbas dari kuatnya demokrasi meracuni alam pikiran umat. Umat Islam dibuat tabu membicarakan perang melawan musuh besarnya yaitu Amerika, tabu menyebut tokoh-tokoh jihad masa kini. Umat hanya boleh membicarakan dakwah, tokoh dakwah karena dipandang tidak membahayakan singgasana demokrasi.

Kita malu. Kita dibuat putus asa hanya untuk menghadapi seorang kafir, ya… satu orang kafir bukan kaum kafir. Ini semua gara-gara kita terpasung oleh paradigma demokrasi.

Padahal jalan Islam sangat simpel, hukuman untuk penghina al-Qur`an adalah eksekusi mati. Masalahnya hanya satu, cara itu melanggar ‘aqidah’ demokrasi yang karenanya tak ada yang menempuhnya. Lihatkah betapa kuat racun demokrasi merusak jalan kita sendiri, jalan sunnah.

Demokrasi telah memasung tangan dan kaki kita. Padahal visi kita adalah membuat kaum kafir putus ada. Hari ini masih terbalik.

Wallahu a’lam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *