Membela Kalimat Tauhid
Salah seorang dari umatku dipanggil di hadapan seluruh makhluk pada hari Kiamat. Lalu dibentangkan baginya 99 lembar catatan (keburukan). Masing-masing catatan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan, “Apakah kamu mengingkari sebagiannya? Apakah penulis-penulis-Ku yang mencatat telah menzhalimi dirimu? Orang itu berkata, “Tidak wahai Rabbku.” Dikatakan kepadanya, “Apakah kamu memiliki alasan, atau suatu kebaikan?” Dengan takut ia menjawab, “Tidak.” Lalu dikatakan, “Akan tetapi, kamu mempunyai suatu kebaikan di sisi Kami, dan hari ini kamu tidak akan dizhalimi.’l Lalu dikeluarkanlah untuknya sebuah bithaqah (kartu kecil), di dalamnya terdapat kalimat “ Asyhadu an Iaa ilaha illallahu, wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah.” Lalu orang itu berkata, “Wahai Rabbku, apalah artinya satu kartu yang kecil ini dibanding catatan-catatan (keburukan) itu?” Dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya kamu tidak akan dizhalimi.” Lalu catatan-catatan itu diletakkan di daun timbangan, dan kartu itu diletakkan di daun timbangan yang lain, ternyata catatan-catatan itu lebih ringan dan kartu itu lebih berat.” (HR Tirmidzi)
Subhanallah, begitu agungnya kalimat tauhid, maka jangan sampai kita buang hanya demi kenikmatan dunia yang sedikit, tidak pula berfaedah di hari Kiamat.
Bisa jadi amalan buruk kita lebih banyak ketimbang amal baik, hampir-hampir Allah memasukkan kita ke dalam Neraka, Namun karena kita memiliki peran dalam mengagungkan kalimat tauhid, membela kesuciannya, menjalankan dengan maksimal konsekuensinya. Maka Allah beri kita sebuah kartu sakti yang berat timbangannya lebih berat daripada catatan amal buruk kita.
Selama masih ada kesempatan hidup milikilah kartu sakti itu dengan membela dan meninggikan kalimat tauhid, menjadikannya sebagai ruh kehidupan, dengannya kita hidup, denganya kita mati, dengannya pula kita akan dibangkitkan. (Zaid Royani)