Oleh: Burhan Sodiq, S.S
Manusia adalah makhluk Allah yang mulia. Dia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lain. Sebagaimana firman Allah, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (al Israa’: 70)
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. “”. (al Baqarah: 30-32)
Manusia memilki potensi, berupa sarana yang ada pada setiap individu yang berfungsi untuk mengembangkan dan memperbaiki diri. Potensi itu adalah Jasad, Akal dan Qalbu. Setiap potensi yang terus diarahkan pada kebaikan akan menjadi sangat efektif daya gunanya apabila dimulai dari diri sendiri. Artinya perhatikan dan nilai diri sendiri dahulu sebelum memperhatikan dan menilai orang lain.
Khusus untuk muslimah, Islam mendukung penuh muslimah untuk maju dengan memberi posisi mulia yang sejajar dengan laki-laki, plus dukungan berbagai pembuktian, maka pada langkah selanjutnya tidak ada hambatan dan kendala yang memaksa muslimah untuk menyembunyikan potensinya dalam berkiprah dan berpartisipasi di berbagai sektor kehidupan.
Allah berfirman “Dan segala sesuatu, Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”(Adz Dzariyaat: 49) Diciptakannya manusia laki-laki dan perempuan adalah salah satu satu bukti ayat Allah di atas. Kedua-duanya memiliki hak dan kewajiban berbeda-beda tergantung porsinya masing-masing.
Khusus untuk mengembangkan potensi, laki dan perempuan memiliki kewajiban yang sama. Mereka harus mengenali potensi yang mereka miliki, kemudian harus berusaha seoptimal mungkin mengembangkannya ke arah yang lebih baik. Sehingga bermanfaat bagi kepentingan ummat.
Mengenali Potensi
Sebuah persoalan muncul ketika untuk mengenali potensi saja kita tidak bisa. Pertanyaan “Kita ini bisa apa sih? Potensi kita apa sih?” Tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan-pertanyaan itu. Semuanya buntu. Lalu bagaimana kita harus menjawabnya?
Padahal Ibnu Qayyim menyebutkan betapa banyak potensi yang dimiliki manusia. Ibnu Qayyim memaparkan, Allah Ta’ala mengaruniai manusia nikmat akal dan kemampuan untuk mencari ilmu. Dia juga menganugerahkan kemampuan berkomunikasi melalui dua alat penjelas, yaitu lisan dan tulisan, menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat bagus dan tubuh yang serasi. Kata beliau, “Maha Suci Zat yang telah memakaikan baju kemuliaan pada manusia, yaitu berupa akal, ilmu, alat komunikasi, lisan kemampuan untuk mencari ilmu, mengkaji dan memaknai sebuah realita, kemampuan berpikir dan kemampuan menghias diri dengan akhlak yang baik.”
Mengenali potensi dapat dilakukan dengan berbagai hal.
1. Eksplorasikan diri
Caranya mudah. Anda cukup mencoba segala hal yang baru yang kira-kira menbuahkan sebuah manfaat baru. Dengan modal AMBAK: Apa Manfaatnya Bagi Ku?” Anda bisa mulai mencari sesuatu yang baru. Sesuatu yang saya maksud bisa beraneka macam, bisa hobbi, profesi, pekerjaan atau sebuah kegiatan. Jangan terkejut dengan kesan awal, karena setelah Anda mencoba hal yang baru akan muncul perasaan canggung dan tidak percaya diri. Pokoknya eksplorasi terus!
2. Tekuni dan Akhirnya Mantapkan diri
Setelah Anda menentukan pilihan, maka tekunilah terus. Ketika Anda sudah merasa menikmatinya, maka berarti di situlah potensi Anda. Mudah bukan? Selanjutnya tinggal meneruskan ke arah yang lebih serius dan istiqamah. Jangan berhenti hanya karena ada hambatan dan halangan.
3. Ikutilah Training Kepribadian Yang Membangun
Bila ternyata Anda gagal di tahap kedua, Anda bisa mencoba untuk mengikuti setiap kesempatan pelatihan yang akan memacu dan memicu potensi Anda. Karena suatu saat pasti Anda menemukan potensi yang dimiliki.
Melejitkan Potensi
Setelah kita mengenal potensi, maka yang perlu kita lakukan adalah melakukan tarbiyah untuk membentuk, merawat, dan mengembangkan potensi sehingga ia menjadi manusia yang shalihah yang mampu berperan mengemban amanah dan tanggung jawab.
Potensi itu perlu ditarbiyah. Berarti setiap orang harus menjadi murabbi bagi dirinya sendiri. Ia harus mendidik potensinya dan mengamalkan potensinya kepada orang lain. Tujuannya untuk menjaga eksistensi potensi dalam dirinya sendiri. Kuncinya cuma dua, mengembangkan potensi diri dan mengamalkannya untuk orang lain.
Beberapa cara melejitkan potensi adalah sebagai berikut:
- Jangan malu bertanya
Menurut Ibnu Qayyim malu bertanya adalah salah satu penghalang seseorang mendapatkan ilmu. Kalau ia tidak mendapat ilmu, maka bagaimana mungkin ia akan dapat mengembangkan potensinya? Karena berkembangkan potensi itu ditentukan oleh seberapa besar ilmu baru yang ia miliki. Istilah kerennya Garbage In, Garbage Out. Kalau yang masuk ilmu sampah, maka yang keluar pun juga potensi sampah.
2. Jangan Berdiam Diri
Berdiam diri secara pasif dengan hanya menjadi penonton hanya akan menimbulkan sifat pemalas dan pengecut. Berbuatlah sesuatu meskipun itu ringan dan kecil. Tetapi lakukan secara kontinyu dan bertahap, jaga semangatnya dan buktikan dengan amal nyata. Istilah kerennya:
You tell me
I will forget
You show me
I will remember
Lets do it
I will not forget it forever
3. Ajarkan Pada Orang Lain
Melejitkan potensi juga bisa dilakukan dengan mengajarkan potensi kita kepada orang lain. Karena semakin kita mengajarkannya, maka potensi kita akan bertambah. Ibarat mata air, semakin deras airnya, maka akan semakin banyak anak mata airnya.
Referensi:
Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, Ibnu Qayyim al Jauziyah.
Salah Paham Terhadap Wanita, Syaikh Abdullah bin Ahmad al Jalaly