Lock Down Di Alam Barzakh

Lock Down Hakiki Adalah Saat Di Barzakh Nanti

Oleh: Ust. Abu Umar Abdillah

Apa yang terjadi andai hari ini diumumkan, “Mulai besok diberlakukan lock down total”, tak boleh ada yang keluar rumah, tak boleh menerima tamu, tak boleh bertemu dengan sanak saudara, tetangga maupun teman-temannya. Mulai besok, tak ada lagi toko dan pasar yang buka hingga waktu yang belum diketahui?

Tentu hari ini ini masing-masing diri akan heboh menyiapkan bekal agar bisa bertahan selama masa lock down. Dan masing-masing fokus dengan apa yang bisa dinikmati di rumahnya selama masa yang belum diketahui itu.

Kita lupa, bahwa nantinya masing-masing kita bakal benar-benar terkunci dalam sendiri. Jauh lebih dahsyat dari lock down karena adanya wabah corona. Tak bisa lagi terhubung dengan teman, tetangga, sanak saudara bahkan dengan keluarga. Tak bisa pergi dari tempat yang super sempit, dan tidak pula bisa pergi mencari sesuatu yang bisa dinikmati selama masa lock down hakiki yang ia tidak tahu kapan berakhirnya nanti. Lock down hakiki itu adalah saat manusia berada di barzakh nanti.

Bahkan seseorang sudah akan merasakan kesendirian saat menghadapi kematian. Seperti yang diutarakan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan tatkala sakit menjelang kematiannya ditanya, “Apa yang Anda rasakan wahai Amirul Mukminin?” Beliau menjawab, “Aku mendapatkan diriku sebagaimana yang Allah firmankan:

وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ

“Dan Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu.” (QS. Al-An’âm: 94)

Baca juga: Agar Tak Sepi Sendiri Di Barzakh Nanti

Dan ketika seseorang menemui ajalnya, maka keluarga, teman dan sebagian hartanya hanya menyertai hingga ke tempat di mana ia akan dikuburkan. Keluarga yang disayanginya tak satupun sudi menyertainya. Mereka juga tak ingin jenazah itu tetap tinggal bersama di dalam rumah mereka. Ia harus diisolasi dengan mereka yang sudah senasib dengannya. Harta yang dahulu dikumpulkannya pun akan ditinggalkan untuk ahli warisnya. Sebagaimana ia dilahirkan tidak membawa apa-apa, seperti itu pula kelak ia dimasukkan ke lahatnya. Jabatan yang diembannya akan diganti orang lain. Tak ada yang tersisa untuknya selain tanggung jawab yang akan dilaporkan kelak di akhirat. Setinggi apapun  kedudukan, tatkala mati akan sendirian, tak ada lagi karyawan atau bawahan. Firman Allah,

“Dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu.” (QS. al-An’am: 94)

Sejenak kita mengandai, posisi kita sebagai orang yang di barzakh itu. Karena toh, kita juga akan mengalaminya. Apa kiranya yang bisa kita nikmati? Tak ada lagi bisa dihubungi, tak ada usaha yang bisa dilakukan, tak ada lagi siasat yang bisa ditempuh, selain menikmati apa yang sudah disiapkan sebelum matinya untuk menghadapi masa kematiannya. Seperti ungkapan para pendahulu yang shalih, “laa daara lil mar’i ba’da mautihi illa daarun alladzi yabniiha qabla mautih”, tiada rumah ataupun fasilitas yang bisa dinikmati manusia sebelum matinya, kecuali apa yang telah disiapkan olehnya sebelum matinya.”

Hatim bin al-Asham, memiliki resep jitu untuk menghadapi masa lock down yang hakiki, agar bisa melewatinya dengan kesenangan dan tidak pula merasa kesepian. Beliau mengatakan, “Aku perhatikan perilaku manusia, aku dapatkan masing-masing memiliki kekasih di dunia. Namun tatkala ia masuk ke dalam kubur, sang kekasih tak turut serta. Maka aku jadikan amal shalih sebagai kekasihku, agar ia bisa menemaniku saat masuk ke dalam kubur.”

Alangkah cerdas sikap beliau. Beliau yakin akan kabar dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ،فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ،يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ،فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ،وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara amalnya akan tetap menemaninya”. (HR Bukhari dan Muslim)

Hanya amal kebaikan yang bisa memakmurkan hidupnya di alam penantian. Makin banyak amal kebaikan dilakukan di dunia, makin banyak teman dan hiburan di dalam kubur. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa setelah seorang mukmin bisa menjawab pertanyaan malaikat penjaga kubur, maka ia didatangi oleh teman yang berwajah tampan, wangi aromanya, bagus bajunya seraya menyapa, “Berbahagialah dengan karunia dari Allah dan kenikmatan yang kekal.” Lalu di mayit menjawab, “Dan Anda, semoga Allah membahagiakan Anda dengan kebaikan, siapakah Anda?” Tamu itu menjawab,

أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ، كُنْتَ وَاللهِ سَرِيعًا فِى طَاعَةِ اللهِ، بَطِيئًا عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ، فَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا

“Aku adalah amalmu yang shalih, demi Allah, Anda adalah orang yang bersegera dalam mentaati Allah, lamban untuk bermaksiat kepada-Nya, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.” (HR Ahmad)

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *