Lima Sifat Pecinta Dunia
Oleh: Ust. Oemar Mita, Lc
Allah ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ
“Bermegah megahan telah melalaikan kamu.” (QS. At Takatsur: 1)
Ayat ini mengisyaratkan celaan terhadap orang yang hanya menyibukkan dirinya dalam urusan dunia sehingga membuatkan lalai dari tujuan hidup di dunia yaitu ibadah. Adanya celaan terhadap hal ini bukan berarti tanpa sebab. Karena ada tiga kerusakan yang Allah berikan kepada orang cinta dunia.
Pertama, Allah akan membuatnya sibuk dengan urusan dunianya. Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata: “Cinta dunia adalah pangkal dari segala kerusakan ”
Bagaimana tidak, orang menjadi sekuler karena cinta dunia, orang enggan meninggalkan riba karena cinta dunia, dan masih banyak lagi kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan dari cinta dunia.
Kedua, Allah akan menjadikannya tidak pernah merasa cukup. Karena rasa cukup itu adalah pemberian dari Allah. Dan Allah beri hukuman dengan pandangan kefakiran dalam matanya.
Ketiga, Allah akan beri kelelahan yang tidak ada ujungnya.
Maka kita akan dapatkan kondisi mereka sangat menyedihkan. Menurut Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah ada 3 kondisi orang yang hubud dunya :
Pertama, dia akan merasa resah. Kedua, dia akan merasa lelah terus. Dan Alloh menghadirkan larinya kesenangan dunia lebih cepat daripada langkah manusia. Ketiga, dia akan mendapatkan kerugian yang tidak pernah selesai, lalu akan timbul penyesalan yang tidak ada hentinya.
Menurut Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu :
“Berapa banyak orang menghabiskan usianya untuk mencari harta, lalu sebelum dia bisa menikmati hartanya, Allah wafatkan dia. Akhirnya ahli warisnya lah yang menikmati hartanya. Tapi celakanya, dia lah yang dihisab Alloh atas hartanya itu.”
Sebab itu penting bagi kita mengetahui ciri-ciri orang yang cinta dunia,orang bisa disebut hamba dunia apabila ada lima sifat dalam hidupnya. Sifat-sifat ini bukanlah yang bersifat dzohir (yang terlihat), tapi yang ada dalam konsep hati, jiwa dan pemikirannya.
Pertama, amal akhirat untuk dunia.
Apabila semua urusan ibadah yang seharusnya bertujuan untuk akhirat, ridho Allah, tapi dia lakukan untuk dunia dan materinya.
Sebagai contoh adalah orang yang rajin sholat agar usahanya sukses, orang yang sedekah agar jualannya laku, orang yang menyantuni anak yatim agar bisnisnya untung.
Sedangkan para sahabat masa itu, sangat sedih atau takut apabila permohonan nya dikabulkan Allah didunia.
Seperti Abdurrahman bin auf yang menangis saat makan kurma saking nikmatnya. Jangan-jangan kurma besar ini balasan atas ibadahnya di dunia dan Allah tidak menyisakan balasan pahala untukku di akhirat nanti ‘.
Karena Alloh bisa mengabulkan semua keinginan manusia secara lunas dengan sholatnya, puasanya, sedekah nya hanya didunia, tapi Alloh tidak akan memberi apa-apa di akhirat nanti.
Dan Alloh membagi dunia dg takaran taqdir bukan dengan takaran ibadah. Karena ternyata orang kafir yang tidak pernah sholat, puasa, zakat pun akan mendapatkan bagian harta.
Tapi dalam Islam, kemuliaan seseorang bukanlah dilihat dar9 banyak hartanya, Karena Alloh sudah menetapkan rizki manusia 50 ribu tahun sebelum Allah cipatakan bumi.
Kedua, pandai terhadap urusan dunia, jahil terhadap urusan akhirat.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إن الله يبغض كل جَعظريٍّ جَوَّاظ، سَخَّاب بالأسواق، جيفة بالليل، حمار بالنهار، عالم بأمر الدنيا، جاهل بأمر الآخرة
“Allah sangat membenci orang ja’dzari (orang sombong), Jawwadz (rakus lagi pelit), suka teriak di pasar (bertengkar berebut hak), bangkai di malam hari (tidur sampai pagi), keledai di siang hari (karena yang dipikir hanya makan), pintar masalah dunia, namun bodoh masalah akhirat.” (HR. Ibnu Hibban)
Inilah ciri kedua pecinta dunia, yaitu pandai terhadap urusan dunia namun jahil terhadap urusan akhirat.
Karena orientasi utamanya adalah dunia mengakibatkan alur kehidupan yang begitu buruk. Dimana siang harinya digunakan berkerja dan malam harinya digunakan untuk tidur sehingga diibaratkan seperti bangkai.
Betapa buruknya permisalan yang Rasulullah gambarkan terhadap para pecinta dunia.
Ketiga, tidak memperhatikan halal-haram dalam mencari rezeki.
Akibat buruk dari rusaknya orientiasi mencari rezeki adalah tidak memperdulikan halal haram, syubhat atau tidak dalam pekerjaannya.
Nabi Adam dikeluarkan dari syurga bukan karena membunuh, mencuri dan lainnya tapi karena satu gigitan buah yang haram. Padahal Nabi Adam sudah diberikan tempat yang sebaik-baiknya yaitu syurga, pindah ke bumi yang Alloh tidak pernah puji.
Hasan Al Basri suatu hari pergi ke pasar di sana dia melihat ada seseorang pedagang yang menggunakan segala cara untuk membuat dagangan nya laku bahkan menyebut nama Allah di dalamnya.
Tapi setelah beberapa waktu Hasan Al Basri mendatangi pasar itu lagi dan melihat pedagang tersebut ternyata pedagang itu sudah berubah caranya dagangnya, dia lebih hati-hati dengan lisannya. Hasan Al Basri bertanya, “Apa yang membuatmu berubah sedangkan engkau dulu seperti itu?” Jawab si pedagang, “Waktu itu aku mempunyai seorang istri yang menyuruhku harus membawa uang setiap berdagang, apapun caranya. Lalu istriku meninggal dan aku menikah lagi . Istriku yangg sekarang,setiap aku pergi berdagang selalu berkata, ‘Aku bisa menahan (sabar) dari lapar, tapi aku tidak bisa tahan atas api neraka (karena harta yang haram).”
Rosululloh pernah memukul cucunya Hasan, karena saat itu Hasan yang masih kecil memakan kurma yang bukan hak nya. Beliau paksa Hasan untuk memuntahkan kurma itu.
Keempat: Meninggalkan kewajiban-kewajiban besar.
Rutinitas harian dalam mencari ma’isyah banyak menjadikan orang lupa terhadap kewajiban-kewajiban besar lainnya.
Sehingga ada orang yang bekerja dari hari Senin hingga Jumat, lalu hari sabtu dan ahadnya diisi untuk kesenangannya atau hoby nya.Hingga lupa bahwa sebagai muslim punya kewajiban menghadiri taklim guna mencari ilmu, mengajak anak sholat di masjid, bersilaturrahim dengan orangtua dan lainnya.
Hari ini masih banyak orang merasa pekerjaannya dikantor adalah satu-satunya tanggung jawab, sedangkan keluarga di rumah bukanlah tanggung jawabnya.
Kelima: Susah bersedekah.
Sudah menjadi hal pasti bagi para pencinta dunia akan memiliki sifat bakhil. Dikarenakan pekerjaan mereka adalah mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, setelah mendapatkanya malas untuk bershoadaqah.
Semoga kita terhindar dari kelima sifat para pecinta dunia dan budaknya. Wallohu alam bishowab