Liberalisme Hanya Topeng
Dakwah nabi Syu’aib ditolak oleh masyarakat Madyan. Ajakan untuk mentauhidkan Allah mereka tentang, dengan alasan melarang tuhan-tuhan selain Allah itu pemaksaan dan pembatasan yang melanggar prinsip Liberalisme.
Demikian pula kritik Syu’aib terhadap praktek kecurangan dan kezaliman ekonomi, ditolak oleh mereka. Bagi mereka, praktek ekonomi itu Liberal. Sepanjang tak ada komplain dari pihak lain, orang bebas melakukan aktifitas ekonomi.
Akhirnya Syu’aib as mencoba memanfaatkan prinsip Liberalisme yang disakralkan masyarakat Madyan. Sambil menguji, apakah mereka konsisten dengan prinsip Liberal ataukah hanya dalih menolak kebenaran ?
Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:
وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا فَاصْبِرُوا حَتَّىٰ يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا ۚ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ
(Syu’aib berkata): “Jika ada sebagian di antara kamu yang beriman kepada (ajaran) yang aku diutus menyampaikannya, dan ada (pula) sebagian yang tidak beriman, maka bersabarlah sampai Allah menetapkan keputusan di antara kita. Dialah Hakim yang terbaik”. (QS. Al-A’raf: 87)
Pernyataan Syu’aib as ini semacam tantangan. Jika kalian konsisten dengan prinsip Liberal kalian, maka biarkan saya berdakwah, dan biarkan orang bebas menentukan, mau ikut saya atau ikut kalian. Biar waktu berbicara.
Tapi jawaban kaumnya mengejutkan :
قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا ۚ قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ
Tokoh-tokoh masyarakat Madyan yang arogan itu menjawab, “Wahai Syu’aib! Kami sungguh akan usir engkau bersama orang-orang yang beriman dari negeri kami, atau engkau kembali kepada ideologi kami.” Syu’aib berkata, “Apakah (kalian akan mengusir kami), meski kami menolak? (QS. Al-A’raf: 88)
Jawaban ini membuktikan, mereka tidak konsisten dengan prinsip Liberal. Tawaran Syu’aib untuk adu dakwah secara fair dan terbuka tanpa ada intimidaai, mereka tolak. Gantinya, mereka memberi dua opsi saja kepada Syu’aib; kembali kepada ideologi syirik, atau diusir dari Madyan.
Syu’aib masih mencoba mengingatkan tentang prinsip Liberal: jika kalian mengusirku padahal aku menolak, itu namanya pemaksaan, melanggar prinsip Liberal, apakah kalian akan tetap mengusirku?
Maka paham Liberal itu sejatinya hanya topeng. Wajah aslinya tetap hukum rimba: kami punya kekuatan untuk mengusirmu, loe mau apa?
Demokrasi itu turunan Liberal, tapi dalam bidang politik. Ketika umat Islam benar-benar memakai Demokrasi sebagai alat bertarung yang fairplay, ketika menang, tetap saja diberangus dengan senjata. Mursi di Mesir, dan FIS di Aljazair bisa dijadikan contoh. Sejarah Madyan terulang pada zaman modern. Beda istilah doang.
والله أعلم بالصواب
@elhakimi – 28062019
Gabung channel telegram.me/islamulia