Lahan Dakwah Baru, Bersiaplah!
Oleh: Ust. Burhan Shodiq
Saat kita datang di sebuah wilayah baru, dibutuhkan semangat yang kuat untuk mengenal wilayah. Seperti sebuah peta, semua harus dikenali dan diketahui. Apa potensinya, apa kelemahannya, apa karakternya dan apa saja yang menjadi penghalang dakwahnya.
Seringkali sebagai dai kita dihadapkan pada sebuah kondisi sulit. Kita sendirian dan masih dalam jumlah sedikit. Sementara medan dakwah sangat luas dan relatif baru. Tentu saja tidak boleh bagi ktia serampangan dalam menentukan pendekatan dakwah apa yang paling tepat. Salah menentukan pendekatan, bisa jadi akan salah mendapatkan hasil yang diinginkan.
Laksana sebuah proses marketing produk, survey pasar tentu sangat dibutuhkan. Adakalanya produk kita tidak diterima, bukan karena jelek, tetapi karena kita salah menawarkan kepada orang yang tidak butuh dengna produk kita. Maka mengenali calon konsumen dalam sebuah bisnis sangatlah penting.
Demikian pula dengan dakwah. Ketika dakwah tidak diterima, bukan karena Islam yang kita bawa ini buruk, tetapi kita tidak menawarkan pada orang yang tepat. Orang yang tidak butuh dakwah, tetapi kita tawarkan dakwah. Tapi pertanyaanya, apakah ada orang yang tidak butuh dakwah. Tentu semua butuh dakwah, hanya saja mungkin belum prioritas bagi kita untuk mendatanginya.
Lakukan Pemetaan
Salah satu unsur yang menentukan keberhasilan dakwah Rasulullah adalah beliau mampu memahami objek dakwahnya. Beliau memahami sifat dan karakter orang yang akan beliau dakwahi. Maka di luar anggota keluarga, yang pertama beliau dakwahi adalah Abu Bakar As-Shiddiq rahidhiyallahu’anhu, ini bisa kita maklumi karena Abu Bakar As-Shiddiq merupakan sahabat terdekat beliau. Beliau mengenal betul sosok yang didakwahinya, dan yakin akan mudah menerima apa yang dibawanya.
“Tidaklah engkau mengataka sebuah perkataan kepada suatu kaum yang akal mereka belum mamahami perkataan tersebut, melainkan sebagai mereka akan tertimpa fitnah.” (HR. Muslim)
Perlu kita cermati kondisi lapangan dakwah kita. Siapa yang mendukung dakwah. Berapa jumlahnya, bisakah kita dekati mereka pelan-pelan. Kalau bisa, apa kira-kira metode pendekatan terbaiknya. Lalu bagaimana cara kita untuk selalu bisa menyambung tali sillaturrahmi dengannya. Alat apa yang bisa kita gunakan. Kerjasama apa yang bisa kita jalin.
Terus kita kembangkan proses analisis itu. Sehingga menjadi mudah bagi kita untuk memetakan pendukung dakwah. Sebab kita butuh pendukung dalam dakwah. Jangan sampai kita berjalan sendirian tanpa kawan yang mendampingi. Nanti kita bisa kalah dan jatuh jika memang kita tidak punya cukup pendukung.
Dengan mengetahui siapa yang akan menjadi penolong dakwah kita, maka akan lebih menambah semangat. Bahwa dakwah ini disambut, didukung dan dibersamai. Fitrah manusia psati suka akan kebaikan. Suka terhadap hal yang makruf. Hanya saja mungkin kita belum terlalu pandai untuk mengajak orang kepada kebaikan itu.
Bagaimana kita bisa mengubah dari seseorang yang sebelumnya menjadi pendukung pasif, berubah mnejadi pendukung aktif. Seseorang yang selama ini diam menjadi orang yang aktif melakukan dukungan dakwah. Ini satu hal yang menurut saya penting untuk dilakukan.
Akan menjadi lebih mudah bagi seorang dai untuk melangkah lebih lanjut jika dia mengetahui siapa pendukung dakwahnya. Ia tidak akan gamang dalam bersikap dan mengambil keputusan. Karena banyak orang yang dilibatkan dalam dakwahnya. Jika mereka bisa mendapatkan posisi posisi kunci yang akan memudahkan jalan dakwah, maka dakwah akan berjalan lebih cepat. Tidak akan tersendat dan mengalami hambatan hambatan berat.
Mulailah Dari Tokoh
Jenis masyarakat itu banyak. Ada masyarakat awam, ada yang awam tapi berpotensi, ada yang tokoh tapi tidak berpotensi, ada pula tokoh dan sangat berpotensi. Empat kelompok masyarakat ini mampu dan sangat berpeluang untuk menjadi pendukung dakwah. Semuanya bisa disinergikan menjadi pendukung dakwah terbaik. Jangan sampai ditinggalkan, semuanya sebaiknya dilibatkan.
Kalangan awam bisa dari jamaah pengajian yang kita bina. Maka di awal dakwah usahakan memiliki jamaah pengajian. Meski hanya berjumlah sedikit tetapi ini adalah basis kekuatan. Jika pelan pelan dibina dan dibimbing. Maka secara bertahap jamaah ini akan menjadi sarting poin untuk melangkah lebih cepat.
Rawat dan kuatkanlah basis masa ini menjadi sebuah kekuatan dakwah. Jalin dan persaudarakan para jamaah yang ada. Minimalkan masalah dan perseteruan, gapailah kesepakatan dan juga kesamaan.
Prioritasnya bukan mencari musuh, tetapi prioritasnya adalah menjadi kawan sebanyak banyaknya. Perbedaan ada untuk dipertemukan bukan untuk dipertentangkan. Jika jamaah pengajian ini sudah solid maka akan lebih mudah bicara dengan tokoh setempat. Karena setiap tokoh akan melihat siapa dan seberapa pengaruh anda terhadap masyarakat. Jika anda sudah memiliki basis kajian maka lebih mudah bagi anda untuk mendekati tokoh untuk diajak membersamai dakwah ini.
(sumber: majalah ar risalah: 200)