Konsep Zuhud
Oleh: Ust. Oemar Mita, Lc
Sesungguhnya, cara kita menyikapi dunia itu perlu usaha dan upaya yang luar biasa untuk menjadikan kita paham.
Paham bahwa dunia itu hanyalah kesenangan yang bersifat sementara. Yang dilarang oleh Allah bukan dunianya, tapi cara kita menyikapi dunia itu sendiri.
Konsep zuhud itu sederhana. Zuhud itu bukanlah ketika pakai jilbab bolong-bolong atau pakai kaos kaki yang bolong karena digigit tikus atau kecoa. Bukan itu !
Tetapi, konsep zuhud itu seperti yang disampaikan oleh Hasan Al-Bashri:
“Kamu meletakkan dunia di tanganmu dan tidak meletakkan dunia di dalam hatimu.”
Ya sudah, jika ada yang berkata soal dunia, kita berkata ringan saja.
Mobil ditabrak, ya sudah, itu dunia. Handphone tetiba jatuh sampai pecah, padahal model terbaru, ya sudah, itu dunia.
Cara meletakkan dunia di tangan itu bukanlah perkara mudah. Ngaji terus tanpa henti itu adalah salah satu usaha menjadikan dunia berada di tangan.
Itulah yang menjadikan kita paham bahwa Allah menasehati kit adalam surat At-Takatsur untuk mengingatkan kita:
“Cinta pada dunia itu pangkal dari semua kerusakan.”
Memiliki dunia itu tidak haram. Tetapi, mencintainya melebihi cintanya kepada akhirat itulah yang haram.
Jadi, ketika anak kita ingin menjadi kaya dan shalih, tidak boleh dilarang. Silahkan ia menjadi kaya, tetapi ingatkan bahwa kaya itu seringnya melalaikan daripada yang fakir tetapi sering mengingatkan.
Fakir itu lebih mengingatkan kita daripada kaya yang sering melalaikan, kecuali yang dirahmati Allah.
Banyak sekali orang yang pakai AC di kamarnya, tetapi malamnya malah tidak bisa bangun. Justru sebaliknya, yang kamarnya tidak ber-AC bisa bangun di tengah malamnya.
Uniknya bapak saya, di kamarnya dipasang AC, tetapi tidak pernah dihidupkan. Padahal kamarnya panas. Ternyata alasannya karena jika AC hidup, tidurnya selalunya bablas sampai shubuh.
Terkadang, kita dulu ketika belum diberi apa-apa oleh Allah, hidup itu terasa gampang. Semakin orang itu fakir, semakin sederhana hidupnya dan konsep bahagianya pun sangat mudah.
Orang yang fakir, konsep bahagia itu sederhana. Makan di warteg Jaya Bahari sudah senang sekali.
Namun, terkadang orang kaya ketika belum dirahmati oleh Allah, justru konsep bahagianya susah.
Kalau mau makan itu, berbagai nama restoran disebutkan. Malah membuat pusing.
Ingin liburan susah. Eropa sudah, Jepang sudah, mana lagi ya? Justru semakin susah. Padahall kalau seperti kita-kita ini, ke Ancol aja sudah senengnya bukan main.
Kenapa?
Karena semakin Allah sederhanakan hidup kita, semakin sederhana pula kita memandang bahagia. Itulah yang harus kita mengerti.
Karenanya, semoga kita termasuk orang yang tidak menjadikan dunia sebagai obsesi terbesar dalam kehidupan. Amin.
(sumber: Golden Ways to Jannah: 191)