Ketika si Kaya Merasa Miskin
Oleh: Ust. Zaid Royani, S.Pd.I
Ketika kita ditanya siapakah orang maskin itu?, maka sebagian besar kita akan menjawab orang miskin adalah orang yang tidak berharta, orang yang tidak berpenghasilan cukup, dan lain sebagainya. Jawaban ini benar, namun tidak mutlak kebenarannya. Namun tahukah kita siapa sesungguhnya orang yang miskin itu?, sungguh pertanyaan ini telah disabdakan oleh Rasulullah saw melalui lisannya yang tidak pernah berkata kecuali yang benar, yaitu orang miskin adalah yang menjadikan dunia sebagai obsesi terbesarnya di dalam kehidupannya.
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda:
” مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ ” رواه ابن ماجه
“Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah memecah-mecah urusannya dan menjadikan kemiskinan di depan matanya. Dia juga takkan mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan atasnya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah menghimpun urusannya, menjadikan kecukupan ada di dalam hatinya, dan dunia pun menghampirinya sementara ia memandangnya sebagai sesuatu yang hina.” (HR. Ibnu Majah)
Hal ini akan memberi beberapa dampak buruk di antaranya ia tidak pernah puas terhadap rizki yang Allah berikan, ia akan mencari harta tanpa memperhatikan sumbernya. Ia akan hasad ketika melihat saudaranya mendapat rizki dan masih banyak lagi.
Ia tidak faham jika Allah telah lama menetapkan jatah rezki untuk dirinya. Meskipun ia telah berusaha sekuat apapun, tidaklah ia mendapatkan keculi apa yang menjadi jatahnya. Sehingga muncullah sifat ketamakan terhadap harta, Inilah sifat dasar manusia, dan Rasulullah pun telah menegaskan hal ini. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas rah bahwa Rasulullah saw bersabda:
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)
Sifat ketamakan berdampak bagi dirinya yaitu meskipun ia telah mendapatkan harta yang menurut pandangan manusia telah cukup menyandang status kekayaan, ataupun melebihi batas kekayaan namun bagi dirinya hal itu belum cukup. Ia seperti orang miskin yang selalu merasa kurang. Inilah hakikat kemiskinan. Luarnya terlihat berkecukupan namun di dalam ia merasa kekurangan.
Oleh karena itu, syukurilah apa yang Allah berikan kepadamu, dan jadikan ia sebagai wasilah ketaatan kepada Allah. Niscaya Allah akan memberikan kekayaan dan kecukupan dalam hatimu. Da inilah kakikat kekayaan. Wallahu a’lam.
–(Himayah Foundation)–