Keshalihan Berbuah Keajaiban

Keshalihan Berbuah Keajaiban

Di dalam buku fenomenalnya, Shifatush Shafwah, Ibnul Jauzi kembali menyuguhkan kisah-kisah ahli ibadah Baghdad yang tidak diketahui namanya, namun banyak keajaiban yang datang dengan kehadirannya.

Inilah salah satu kisah ajaib itu.

Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa kisah ini bersumber dari seseorang yang mendatangi majelis Ma’ruf Al-Karkhi Rahimahullah.

Ahmad bin Yahya berkata, “Aku pernah mendengar ayah bercerita, “Suatu hari aku berada di majelis Ma’ruf (Al-Karkhi). Tetiba ada seorang lelaki dan mengatakan, “Wahai Abu Mahfuzh, malam ini aku melihat hal ajaib.”

“Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu, apa yang kau lihat?” tanya Ma’ruf.

Lelaki itu menceritakan, “Pagi tadi keluargaku berkeinginan untuk makan ikan. Aku pun pergi ke pasar untuk membeli ikan, dan juga memperkerjakan seorang kuli -untuk membawanya. Kuli tersebut berjalan bersamaku.

Ketika tiba adzan Zhuhur, kuli tersebut bertanya, “Wahai Paman, apakah Anda memperkenankan kita untuk shalat?” Seolah-olah ia membangunkanku dari kelalaian.

“Ya.” Kataku.

Lalu ia meletakkan panci, sementara ikan yang aku beli diletakkan di atas panci tersebut. Ia pun masuk masjid. Aku membatin, “Lelaki ini sudah membawa panci dan ikan dengan baik.”

Lelaki itu tetap shalat hingga iqamat. Seusai shalat berjamaah, ia juga menunaikan shalat sunah. Ketika keluar dari masjid, kami dapati panci itu tetap pada tempatnya, sebagaimana semula.

Sesampainya aku di rumah, aku ceritakan kejadian itu kepada keluargaku. Mereka mengusulkan, “Ajak dia kemari untuk makan ikan bersama kita!”

Aku pun menghampirinya dan berkata, “Maukah Anda makan ikan bersama kami?”

“Saya sedang puasa.”

“Kalau begitu, berbukalah di rumah kami.”

“Ya. Tolong tunjukkan kepadaku jalan menuju masjid.” Tanyanya.

Aku pun menunjukkan jalan menuju masjid.

Ia pun pergi ke masjid, lalu masuk untuk shalat Maghrib.

Seusai shalat, aku menghampirinya dan mengatakan, “Semoga Allah merahmati Anda. Mari kita pulang.”

“Kita shalat Isya’ terlebih dahulu.”

Aku kembali membatin, “Ini kejadian (menakjubkan) yang kedua.” Maksudnya, pada diri lelaki tersebut ada kebaikan dan keshalihan.

Setelah selesai shalat Isya’, kami pulang ke rumah. Kebetulan di rumah kami ada tiga kamar; satu kamar untuk aku dan istriku, satu kamar lagi untuk putriku yang lumpuh yang berusia di atas 20 tahun, dan satu kamar lagi untuk tamuku.

Ketika aku sedang tidur bersama istriku, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku di penghujung malam. Aku bertanya, “Siapa?”

“Aku, fulanah -putrimu.”

“Fulanah itu lumpuh, ia tergolek di atas ranjangnya. Bagaimana mungkin dia bisa berjalan?”

“Ini benar-benar aku, Fulanah, -putrimu.” Kata si anak, “Tolong bukakan pintunya.”

Ketika kami buka pintu kamar, ternyata ia betul-betul putriku. Aku kemudian bertanya, “Bagaimana ceritanya kamu bisa berjalan seperti ini?”

“Aku mendengar Kalian menceritakan tamu kita ini dengan kebaikan, lalu terlintas di hatiku untuk bertawasul dengan dirinya untuk berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla, aku kemudian berdoa, “Ya Allah, dengan hak tamu kami dan kedudukannya di sisi-Mu, sembuhkanlah kelumpuhanku ini.” Tetiba aku bisa berdiri, dan sehat sebagaimana yang Anda lihat.” Jawab si anak.

Aku pun langsung lari mencari tamuku di kamarnya, tetapi kamar tersebut lengang, tidak ada seorang pun di sana. Aku juga bergegas menuju pintu rumahku, ternyata ia masih terkunci sebagaimana semula.”

Setelah mendengar cerita tersebut, Ma’ruf kemudian berkata, “Demikianlah. Wali-wali Allah memang ada yang masih kecil (remaja) dan ada yang sudah dewasa.”

Ah,… Jannah masih jauh. Di manakah posisi kita dari Lelaki kuli tersebut?

Teruslah berbuat kebaikkan, bersahabat dengan orang shalih, semoga Allah mendatangkan keajaiban-keajaiban dalam hidup kita yang tidak disangka-sangka. Allah hanya akan memberikan keajaiban-Nya kepada orang-orang shalih.

[ Sumber: Berkisah Bersama Ibnul Jauzi / Ibnu Abdil Bari ]

✨===========✨✨==========✨

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *