Keberanian Sebagai Modal Berdakwah

Himayah Foundation – Ketika jalan dakwah sudah dipilih, maka akan datang ancaman dan tantangan yang bisa membuat kecut nyali. Ancaman dan tantangan itu bisa dalam bentuk apa saja. Teror psikis berupa kalimat agitatif, bahkan sampai teror fisik.

Rasulullah juga mengalami hal tersebut. Dakwah beliau diteror dengan kalimat kalimat yang mengerikan. Beliau bahkan dikejar dan dijuluki dengan pangglan yang buruk.

Kini, kondisinya pun sama. Mereka yang berada di jalan dakwah pasti mendapatkan halangan yang serupa. Orang orang yang tidak suka dengan dakwah pasti akan melancarkan serangan serangan yang buruk kepada para pelaku dakwah.

Semakin besar skala dakwah yang diemban, semakin besar pula peluang datangnya ancaman ancaman ini. Maka setiap dai harus siap dengan segala resiko di depan mata.

Kondisi seperti ini perlu diwaspadai. Jangan sampai kondisi ini membuat para dai menjadi linglung dan pengecut. Dai harus tetap berada pada jalan dakwah yang penuh onak dan duri. Karena ciri khas dai adalah pada jiwa pemberani yang harus mereka miliki.

Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu menjadi orang yang tidak mempunyai sikap. Bila orang melakukan kebaikan maka aku pun melakukannya. Namun bila orang melakukan keburukan maka aku pun ikut melakukannya juga. Akan tetapi jadilah orang yang punya sikap dan keberanian. Jika orang melakukan kebaikan maka aku melakukannya. Namun jika orang melaukan keburukan maka aku tinggalkan sikap buruk mereka.” (HR. At-Tirmidzi dari Hudzaifah, Sunan At-Tirmidzi, IV/364, hadits no. 2007)

Seorang dai harus berani mengambil sikap tetap dalam kebenaran. Jangan sampai dai menjadi pribadi yang plin plan dan bingung dalam menghadapi masalah. Pegangan dia hanyalah Islam. Kekuatan dia adalah pada keteguhan imannya kepada Allah ta’ala.

Jangan sampai ia dibingungkan oleh hal hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Bayangan bayangan yang dia ciptakan sendiri dan tidak punya sikap jelas dan terang benderang terhadap sesuatu permasalahan.

Keberanian harus ada pada diri seorang dai. Karena Allah memberikan semangat kepada para dai untuk selalu punya mental yang kuat. Tidak boleh berkecil hati dan selalu harus berperan di depan. Selalu punya sikap pemberani membela kebenaran, tanpa merasa kecut dan ciut nyali. Allah berfirman, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)

Keberanian adalah syarat mendapatkan kemuliaan iman dan kejayaan Islam. Mereka yang memanggul amanah akan dimudahkan dalam perjalanan juangnya. Ketika mereka senantiasa memiliki sikap mental yang bagus. Tidak lemah dan bersedih hati dalam menghadapi tantangan dakwah. Harus senantiasa punya sikap berani dan sikap optimis dalam menghadapi masa depan.

Sebaliknya, para dai sebaiknya bukanlah sosok penakut dan pengecut. Karena sikap penakut dan pengecut akan mendatangkan kegagalan pemiliknya. Tidak berani menghadapi masalah, cenderung lari dari tanggungjawab. Iman kepada Allah mengajarkan menjadi orang orang yang berani menghadapi beragam resiko dalam hidup ini terlebih lagi, risiko dalam memperjuangkan dakwah ini.

Semangat para sahabat daulu selalu membuat ciut musuh. Mereka tahu bahwa berani berbuat adalah bagian dari sikap seorang mukmin. Maka pilihan mereka ketika menghadapi permusuhan adalah dengan terus melaju ke depan. Pilihan mereka adalah hidup mulia atau mati syahid.

Ujungnya, musuh Islam menjadi ciut nyali menghadapi para sahabat yang punya keberanian luar biasa. Mereka tidak bisa dipatahkan semangatnya dengan ancaman dan teror psikis. Bahkan teror berupa kekerasan pun tidak bisa membuat mereka mundur dari jalan dakwah.

Sikap inilah yang ditakuti musuh Islam. Maka mereka selalu mengkondisikan para dai untuk menjadi takut dan pengecut. Mereka tebar ketakutan dan ancaman ancaman aga dai dai mundur dari jalan juang dan jalan dakwahnya. Mereka ingin menjauhkan dai dari umatnya. Agar umat terus berada dalam kebodohan dan keterasingan hidayah.

APA AKIBATNYA JIKA DAI MENJADI PENAKUT?

Pertama,

Musuh Islam akan lebih mudah memadamkan cahaya dakwah. Dai adalah ujung tombak dakwah. Jika ujungnya tumpul, maka akan sangat mudah menghilangkan dakwah dari tubuh umat Islam.

Target inilah yang hendak mereka capai. Kalau cahaya dakwah sudah mulai redup, tak ada lagi pengajak kebaikan. Tak ada lagi penerang kebenaran Islam. Musuh Islam akan lebih leluasa mengajak manusia kepada keburukan keburukan.

Kedua,

Musuh musuh dakwah dengan leluasa melakukan makar makar terhadap Islam. Mereka bisa membuat isu atau langkah langkah strategis memfitnah para dai dan dakwah itu sendiri. Karena dengan hanya sedikit gertak, dai kalah dan tidak mau berjuang lagi.

Ini sangat merugikan laju gerak dakwah di tengah masyarakat. Mareka akan kehilangan kemampuan untuk melakukan kemungkaran. Kekalahan demi kekalahan akan terjadi dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjuangan kembali.

Oleh sebab itu, para dai harus menguatkan pondasi iman mereka. Meneguhkan keyakinan mereka kepada Allah, sehingga mereka menjadi pribadi yang kuat hati dan kuat nyali. Berani untuk mengambil sikap memperjuangkan dakwah apapun resiko yang akan dihadapi.

“Berimanlah kepada Allah dan kemudian beristiqomahlah (terhadap yang kau imani tersebut).” (HR. Muslim)

Rasulullah meminta para pelaku dakwah untuk tetap istiqomah. Dengan berbekal keberanian maka dakwah ini akan berkesinambungan di muka bumi ini.

Dengan dakwah  ini berjalan terus sekalipun harus melewati bukit terjal ataupun tembok besar. Berisiko berat atau ringan. Dengan keberanian para pejuang dakwah, ajaran Islam ini merambah ke berbagai pelosok dunia bahkan sampai pada diri kita saat ini.

Semoga Allah senantiasa menganugerahkan sikap pemberani dalam bersikap, sikap berani dalam mengambil langkah juang dan sikap berani dalam mengambil sebuah keputusan dalam dunia dakwah.

(Ust. Burhan Sodiq – Majalah ar risalah 228)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *