Ghibah Dunia Nyata Sih Engga, Tapi Dunia Maya Aman Ga?
Oleh: Ust. Burhan Sodiq
Seperti kita tahu bahwa banyak sudah muslimah menghindari ghibah di dunia nyata. Alasannya karena memang ingin menjauhi dosa dari perbuatan ghibah. Kaum muslimah sangat paham betapa besar dosa orang yang ghibah.
Mereka bisa sangat menghindari membicarakan orang di saat berkumpul dengan kawan dan kerabat. Jika ada tanda tanda ingin membicarakan orang lain, pembicaraaan langsung disetop. Indah sekali.
Apalagi saat pandemi seperti ini. Orang orang menghindari kumpul kumpul karena tidak ingin tertular covid. Akhirnya pada suka di rumah saja. Tanpa banyak keluar, dan tanpa banyak ketemu orang lain. Ketemu hanya sekedarnya, tidak melakukan kerumunan dan tidak melakukan obrolan yang lama.
Aman, tidak ada ghibah. Karena peluang peluang ke arah sana sudah mulai tertutup. Tapi apakah tidak ada peluang lainnya?
Terbuka Pintu Online
Ternyata dugaan kita keliru. Masih ada satu ruang yang justru malah terbuka menganga. Orang tidak lagi ghibah di dunia nyata, tapi mereka berpindah ke dunia maya.
Medianya saja yang berubah, sedangkan kebiasaanya tidak berubah. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) periode 2019-kuartal II/2020 mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 23,5 juta atau 8,9% dibandingkan pada 2018 lalu.
Semakin canggihnya gawai yang dipakai nampaknya juga menambah besar peluang untuk berghibah ria. Orang tidak lagi berghibah dengan secara tatap muka, tetapi bisa dengan melakukan rekaman video, lalu mengunggahnya di story medsosnya.
Dia bisa cerita apa saja tanpa sensor. Bisa sebut nama, bisa juga tanpa sebut nama. Jangkauan lebih luas. Tidak hanya satu RT bisa jadi terakses seluruh provinsi dan Negara. Kecanggihan teknologi membuat peluang ghibah menjadi lebih besar.
Bayangkan saja ketika seseorang tidak suka sama kawannya. Lalu dia sebut tindakan kawannya itu dalam sebuah tulisan atau dalam sebuah unggahan video. Kemudian para netizen bisa dengan mudah mengunduh dan menyaksikan. Tidak cukup di situ, netizen juga bisa menviralkan ulang. Betapa ghibah online ini bisa melebar kemana mana.
Kebiasaan Screeshoot
Juga tidak jarang kita jumpai akhlak yang tidak baik, yakni suka screenshoot obrolan orang. Orang mengobrol dengan kita lalu dengan gampangnya kita screenshoot obrolannya dan kita sebarkan kepada orang lain.
Anak sekarang bilang hal ini sebagai tindakan tidak ada akhlak. Karena seharusnya setiap obrolan kita dengan pihak lain ada privasi yang harus dijaga. Jadilah hasil poto itu menjadi bahan untuk digunjingkan dan disebar sebarkan kemana mana.
Korbannya Bisa Siapa saja
Obyek yang menjadi korban dari ghibah online ini bisa siapa saja. Bisa kawan dekat, bisa tetangga, bisa artis, politisi bahkan ustad sekalipun. Jika ada kabar yang tidak enak, langsung menjadi sebuah isu yang mudah dikembangkan.
Hendaknya para muslimah berhati hati dalam persoalan ini. Akhlak dalam menggunakan dunia maya harus dijaga dengan baik. Jangan sampai menjadi pribadi yang mengurangi kehormatan saudaranya dengan cara cara buruk yang tidak disyariatkan.
Selalu Waspada Jebakan Setan
Bisikan bisikan setan bisa darimana saja. Bahkan bisa jadi kawan dekat yang selama ini akrab. Mulai dari kata, “aku cerita ya, engga ghibah sih, cuman pengen cerita aja daripada aku simpen sendiri.” Maka mulailah perghibahan itu terjadi dengan sangat deras.
Untuk itu marilah kita bertakwa kepada Allah taala. Kita hentikan keburukan kita di dunia maya. Kita ganti dengan kebaikan kebaikan tanpa jeda. Karena memutuskan untuk menjadi baik itu butuh sebuah usaha yang tidak sedikit. Butuh tetesan keringat dan juga kerja keras luar biasa.
Jadikanlah dunia maya jalan cahaya penuh hidayah. Berlimpah kebaikan dan juga kemanfaatan di dalamnya. Bukan malah menjadi pundi pundi keburukan yang bisa menyeret kita kepada neraka. Naudzulbillahi minzalik. (Himayah Foundation)