Empat Kelompok Manusia
اَلْحَمْدُ لِلّهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا صِرَاطَهُ الْمُسْتَقِيْمَ، صِرَاطَ اْلأَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ وَ الصِّدِيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَ حَسُنَ أُوْلٓـئِكَ رَفِيْقاً.
أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
Ikhwan fiddin Arsyadakumullah
Marilah bersama-sama kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan senantiasa berusaha agar di saat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memanggil kita ke haribaan-Nya, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memanggil kita dengan panggilan yang sangat indah dan merindukan, “Hai jiwa-jiwa yang tenang, jiwa orang-orang yang beriman. Kembalilah kehariban Rabb-Mu dalam keadaan ridha dan diridhai Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Masuklah kalian ke dalam golongan hamba-hambaku yang Aku cintai dan masuklah kalian ke dalam jannah-Ku.”
Bulan yang lalu telah kita singgung firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Surat al-Imran ayat 91.
ﷺ
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
Sesungguhnya orang kafir yang mati dalam keadaan kafir. Berarti ada orang kafir yang mati dalam keadaan iman. Ada orang iman mati dalam keadaan kafir dan ada orang yang beriman mati dalam keadaan beriman. Islam mengelompokkan manusia di dalam mengambil kehidupannya menjadi empat kelompok:
Pertama: Seseorang yang dilahirkan dalam keadaan iman, hidup dan mati dalam keadaan iman.
Kedua: Seseorang yang lahir dalam keadaan kafir, hidup dalam keadaan kafir dan mati dalam keadaan kafir.
Ketiga: Seseorang yang lahir dalam keadaan kafir, hidup dalam keadaan kafir dan mati dalam keadaan iman.
Keempat: Seseorang yang lahir dalam keadaan iman, hidup dalam keadaan iman dan mati dalam keadaan kafir.
Dari keempat-empatnya yang paling berbahagia, tentu saja orang yang dilahirkan dalam keadaan iman, hidup dan mati dalam keadaan iman. Dan seseorang yang lahir dalam keadaan kafir, hidup dalam keadaan kafir tapi mati dalam keadaan iman. Dan akan sangat merugi dan akan menyesali kehidupanya adalah orang yang lahir dalam keadaan kafir, hidup dan mati dalam keadaan kafir, khasira khusranan mubina, rugi dengan kerugian yang amat sangat.
Tetapi yang paling rugi dari empat kelompok tadi adalah orang yang lahir dalam keadaan iman, hidup dalam keadaan iman dan mati dalam keadaan kafir, waiyyadzubillah, kita berlindung kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dari hal demikian.
Ikhwan fiddin Arsyadakumullah
Berangkat dari obyektifitas kebenaran Islam yang haq, telah diakui oleh orang-orang beriman, bahkan orang-orang Ahlul Kitab, Yahudi, maupun Nasrani. Seperti yang telah Allah terangkan di dalam Surat al-Baqarah 146.
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
”Orang-orang yang telah Aku karuniakan al-Kitab kepada mereka, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka mengenal Muhammad ﷺ seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.”
Jadi, pada hakekatnya hati mereka mengakui kebenaran Islam. Nilai-nilai dunia saja yang menyebabkan kebenaran itu mereka tinggalkan.
Ikhwan fiddin Arsyadakumullah
Dari sanalah keyakinan Islam seseorang yang dahulunya Yahudi, ataupun Nasrani, apalagi seseorang yang menganut agama ardhi; Hindu, Budha, Konghucu, dan lain-lain, itu bisa muncul kembali disebabkan karena di dalam sanubari mereka masih ada getaran kebenaran walaupun hanya sedikit. Akhirnya mereka menerima Islam, lisan mereka mengucapkan syahadat, dan mereka wujudkan penerimaan Islam dan bacaan syahadat tadi dalam amaliyah sehari-hari.
Sebaliknya, seseorang yang sudah menyatakan dirinya sebagai seorang muslim, yakin dengan kebenarannya, mengamalkan ajaran-ajarannya, sempurna rukun Islamnya, syahadatnya, shalatnya, shiyamnya, zakatnya, hajinya. Kemudian dia tinggalkan agama Islam, dan mengikuti agama lain. Permasalahannya bisa dipastikan yang menyebabkan mereka murtad adalah nilai-nilai dunia yang menggiurkan mereka. Padahal dunia yang diagung-agungkan pasti akan berakhir dan tidak ada nilainya sama sekali di mata Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Sebesar apapun nilai dunia tidak akan bisa menebus nilai akhirat yang paling kecil. Sebagaimana yang telah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى terangkan di dalam Surat al-Imran ayat 91 yang artinya kalau dengan bahasa saya, “Ya Allah, Pindah saya dari neraka, dan masukkan saya ke dalam Surga, uang pelicinnya, salam tempelnya yaa Allah, bumi seisinya yang terbuat dari emas.”
Ikkwan fiddin arsyadakumullah
Peristiwa ini barangkali bisa menimpa orang-orang yang masih awam. Karena mereka tidak mengetahui secara detail nilai akhirat disisi lain dan nilai dunia disisi yang lain. Ketika nilai dunia dihadapkan kepadanya, ia terima nilai dunia dan ia campakkan nilai akhirat. Ia tinggalkan Islam dan ia masuk agama lain.
Tetapi penyakit kemurtadan ini, penyakit menolak nilai-nilai yang ada di dalam agama Islam, itu bisa saja terjadi pada orang yang telah dianggap sebagai alim, orang-orang terdekat mereka seperti ayah, saudara, dan lain sebagainnya. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman di dalam Al-Qur’an, surat ke 58 ayat 22
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Kamu Muhammad tidak akan mendapati orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Meskipun mereka bapak-bapak mereka, paman-paman mereka, dan kerabat mereka. Bapaknya memusuhi Allah, sedangkan dia mencintai Allah, tidak mungkin dia berkasih sayang. Dia akan posisikan bapaknya sebagai musuh dan posisikan dirinya sebagai musuh bapaknya.
Ikhwan fiddin Arsyadakumullah
Kalau ada orang yang beriman dan berperilaku seperti itu, maka muncul tanda tanya besar, sebenarnya apa status keagamaannya. Di satu sisi dia memakai pakaian yang sangat sarat bernuansa Islami; memakai jubah, peci, surban yang besar, akan tetapi dengan berani ia menyatakan, “Yang dilarang oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى itu menjadikan orang kafir sebagai kekasih, teman karib. Tetapi apabila menjadikan orang kafir sebagai pemimpin itu tidak apa-apa.”
Logika yang paling dangkal, kalau sekedar kekasih saja tidak diperbolehkan, kalau teman karib saja tidak diperbolehkan, apalagi mengangkat mereka sebagai pemimpin yang akan menentukan nasib mereka. Bukan satu hari dua hari, satu tahun dua tahun atau minimal Lima tahun, tetapi sampai di akhirat kelak.
Mengapa mereka seperti ini? Keberadaannya tetap sebagai seorang muslim, penampilannya sebagai seorang muslim. Tetapi dengan Jelas ia menolak ayat-ayat yang melarang orang-orang beriman mengangkat orang kafir sebagai pemimpin. Sebenarnya Apa yag ada dibalik itu? Kalau orang awam meninggalkan Islam, itu mungkin karena calon istrinya adalah seorang non-muslim atau karena diiming-imingi pekerjaan dengan gaji sekian juta perbulan.
Ikhwan fiddin arsyadakumullah
Tetapi kalau seorang yang ditokohkan, bahkan dianggap alim, berani menolak nilai-nilai yang ada di dalam ajaran Islam. Mungkin saja salah satu penyebabnya adalah ia telah kepincut dengan iming-iming dunia yang sangat besar, bisa jadi harta, jabatan, dan wanita.
Hatinya telah tertutup, sehingga tidak bisa memahami, bahwa dunia seisinya tidak ada nilainya sama sekali. Sementara secara sadar ia jual jannah yang harganya lebih mahal dari emas sebesar bumi dengan beberapa nilai dunia yang pada hekekatnya amat sangat murah.
Dua rakaat sebelum shubuh lebih aku cintai dari pada dunia dan seisinya
KHUTBAH KEDUA
Saya ingatkan sekali lagi. Kalau ada non-muslim masuk Islam, kita yakin karena hidayah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Kalau ada orang Islam meninggakan Islam masuk agama lain, bisa jadi masuk agama Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan bisa jadi ‘agama’ Syi’ah.
Syi’ah bukan Islam, istiqomahlah dengan faham ahlusunnah wal jamaah. Di awal-awal mengakui kebenaran Islam, mengakui kebenaran para sahabat, mengakui kesucian istri-istri mereka. Kemudian berbalik arah 180 derajat dan berbalik menjadi Syi’ah yang mengatakan mushaf Utsmani itu palsu, Abu bakar itu adalah berhala-berhala Quraisy, istri-istri Rasululah n terlebih Aisyah dan Hafshah, itu dituduh pelacur yang telah menjual agama mereka.
Mereka bisa vokal berkata tentang kebenaran syiah, tetapi kata-kata mereka bertolak belakang dengan hati nurani mereka. Saya yakin nilai-nilai dunia menjadi penyebab utama, sehingga mereka berani menolak kebenaran yang sebenarnya telah terpatri di dalam benak mereka, yang telah mereka ucapkan dengan lisan mereka, dan telah mereka amalkan dengan anggota tubuh mereka sejak bertahun-tahun sampai dia dewasa.
Nila-nilai dunia yang pada hekekatnya adalah semu itu telah meyebabkan mereka berani membohongi hati nurani dan membohongi agama yang telah mereka yakini.
Mudah-mudahan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjaga kita dari paha-paham yang sesat dari iming-iming dunia yang sesaat. Menjadikan kita tetap istiqomah dengan paham Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, sahabat, tabi’in, dan tabi’uttabai’in.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنا ، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمة ، إِنّكَ أنتَ الوَّهابُ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
oleh: Ust. Abdullah Manaf Amin