Materi Khutbah Jum’at
Tiga Tanda Hidayah Menyapa
Oleh: Ust. Risdhi ar- Rasyid
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
قال الله تعالى: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وقال رسول الله :إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat jum’ah rahimakumullah
Ada satu dari sekian banyak anugrah dan kenikmatan yang Allah ﷻ berikan kepada kita, ia lebih baik dari sekedar nikmat harta benda, lebih dari nimat dunia dan seisinya, bahkan lebih berharga dari kesempatan kita untuk membauka mata kembali di pagi hari tadi. Yaitu adalah anugerah petunjuk dan hidayah.
Hidayah adalah kunci keselamatan manusia, dengan adanya hidayah orang akan tersinari jalan kehidupanya dan jauh dari jurang kesesatan.
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS. Al-A’raf:178)
Adalah hidayah sesuatu yang diperlukan oleh semua insan, tak hanya orang yang belum berislam, namun juga bagi orang Islam sekalipun. Sebab, hidayah bagi kaum muslimin adalah ruh untuk keimanan. Mereka bisa tau tentang Islam, mampu mengamalkan ilmunya, serta Istiqamah dalam keIslaman tak lain karena petunjuk dan hidayah-Nya. Untuk itulah manusia hendaknya selalu mencari dan meminta hidayah, karena hidayah haq mutlaq Allah ﷻ, Ia akan menunjuki siapa yang Ia kehendaki.
Ibnu Taimiyah berkata ketika menjelaskan makna dari ayat,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”.
“Kebutuhan seorang hamba sangat mendesak terhadap kandungan doa (dalam ayat) ini, karena sesungguhnya tidak ada keselamatan dari siksa (Neraka) dan pencapaian kebahagiaan (yang abadi di Surga) kecuali dengan hidayah (dari Allah Ta’ala) ini. Maka barangsiapa yang tidak mendapatkan hidayah ini berarti dia termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allah (seperti orang-orang Yahudi) atau orang-orang yang tersesat (seperti orang-orang Nashrani)” (Majmu’ Fatawa :14/37)
Ibnu katsir juga menjelaskan ketika beliau ditanya bagaimana mungkin seorang mukmin selalu meminta hidayah di setiap waktu, baik di dalam shalat maupun di luar shalat, padahal dia telah mendapatkan hidayah, apakah ini termasuk meminta sesuatu yang telah ada pada dirinya atau tidak demikian?
Imam Ibnu Katsir berkata: “Jawabannya: tidak demikian, kalaulah bukan karena kebutuhan seorang mukmin di siang dan malam untuk memohon hidayah maka Allah ﷺ tidak akan memerintahkan hal itu kepadanya. Karena sesungguhnya seorang hamba di setiap waktu dan keadaan sangat membutuhkan (pertolongan) Allah Ta’ala untuk menetapkan dan meneguhkan dirinya di atas hidayah-Nya, juga membukakan mata hatinya, menambahkan kesempurnaan dan keistiqamahan dirinya di atas hidayah-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir: 1/50)
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat jum’ah rahimakumullah
Lantas bagaimana cara kita bisa tahu, apakah kita termasuk dari orang yang diberi nikmat hidayah oleh Allah atau tidak. Allah ﷺ berfirman:
فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam..” (QS. Al-An’am: 125)
Dalam ayat ini Allah ﷺ menjelaskan bahwa tanda ketika Allah memberikan hidayah kepada hambanya adalah ia akan menjadikan hatinya lapang. Rasulullah menjelaskan maksud dari insyaratul qalbi (kelapangan hati) adalah ketika cahaya telah Allah masukan kedalam hati hamba-Nya.
يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَهَلْ يَنْشَرِحُ الصَدْرُ؟ فَقَالَ: (نَعَمْ يَدْخُلُ القَلْبَ نُوْرٌ) فَقَالَ: وَهَلْ لِذَلِكَ مِنْ عَلاَمَةٍ؟ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (التَجَافِيْ عَنْ دَارِ الغُرُوْرِ وَالإِنَابَةُ إِلَى دَارِ الخُلُوْدِ وَالاِسْتِعْدَادُ لِلْمَوْتِ قَبْلَ نُزُوْلِ المَــــوْتِ)
“ para sahabat bertanya, apakah hati ini bisa lapang? Beliau menjawab: ya, yaitu ketika cahaya mesuk kedalamnya. Para sahat bertanya: apakah ada tandanya? Beliau menjawab: tandanya adalah ketika seseorang hatinya sudah tidak lagi gandrung terhadap dunia, rindu untuk menjumpai kehidupan surga, dan senantiasa mempersiapka diri menghadapi kematian”
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat jum’ah rahimakumullah
Maka, dari hadits yang Rasulullah ﷺ sampaikan, dapat kita ketahui, bahwa tanda atau alamah seseorang mendapat hidayah ada 3:
Pertama: Hilangnya kegandrungan Hati Terhadap Dunia.
Yaitu ketika hati hamba tak lagi terpaut dengan dengan dunia, namun sebaliknya tumbuh keyakinan besar bahwa dunia adalah sementara, tempat senda gurau, dan tipu daya. Bahwa hakikat kehidupan seorang manusia di dunia tak lain ibarat musafir yang menumpang rehat, lantas meninggalkannya untuk melanjutkan perjalanan yang amat Panjang. Allah ﷻ berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? (QS. Al-An’âm: 32)
Rasulullah ﷺ bersabda
مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Tidaklah saya di dunia ini kecuali seperti seorang musafir yang sedang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya“
Maka, orang yang mendapat hidayah adalah orang mantap hatinya bahwa apa yang dunia ini layaknya permainan tidak ada yang perlu diseriusi, tidak yang harus dikerjar dengan susah payah. Kecuali apa yang menghantarkan kebaikan dana keselamatan di kehidupan akhirat, seperti pentingnya bekal bagi seorang musafir.
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat jum’ah rahimakumullah
Kedua, Hati yang rindu dan terpaut dengan kehidupan akhirat
Yakni keyakinan bahwa yang kekal adalah kehidupan akhirat, muncul dan kuatnya perasaan rahbah (harap) dan raghbah (cemas) terhadapat janji dan ancaman Allah, setiap kebaikan maupun keburukan sekecil apapun, di akhiratlah tempatnya terbalas. Serta semakin memuncaknya rasa rindu untuk bertemu wajah Allah.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ – وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Ketiga, Senantiasa mempersiapkan diri meghadapi kematian.
Yakni semakin meningkatnya gairah untuk beramal dan beramal, mempersiapa bekal sebanyak mungkin untuk kehidupan selanjutnya, setelah kematian. Serta mempersiapakn diri untuk menghadap haribaan Allah.
فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS. Al-Kahfi: 110)
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat jum’ah rahimakumullah
Itulah tiga tanda seorang hamba diberikan hidayah oleh Allah, sekaligus menjadi barometer bagi kita. Seberapa besar dan kualitas tanda-tanda tersebut dalam diri kita, menentukan besaran nikmat hidayah yang kita dapatkan.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ؛ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat jum’ah rahimakumullah
Rasulullah adalah manusia yang ma’shum dan dijamin masuk surga, tapi beliaulah orang yang paling banyak berdoa meminta hidayah, minta ditsabatkan hatinya.
Imam Abu Daud meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab berkata “Aku mendatangi Ummu Salamah dan bertanya “Beritahu aku doa yang paling sering diucapkan Nabi,” Ummu Salamah pun menjawab “Doa yang paling sering dibaca Nabi adalah:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu” (HR. Tirmidzi)
Mari kita akhiri, kutbah pada siang hari ini dengan berdoa; meminta kebaikan dunia akhirat, keteguhan hati, hidayah dan istiqamah sampai ajal menjelang.
إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينِنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ فِيهِ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ اكْفِنأ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ اللَّهُمَّ إِنِّا نسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالفَحْشَاءَ وَالشَّدَائِدَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم
.Jangan lupa klik tombol share di bawah, Semoga Bermanfaat!
Terimakasih, Jazakumullah Khairan, Barakallahu Fiikum.