Materi Khutbah Jum’at
Tiga Sifat Taklid Buta
Oleh: Ust. Oemar Mita, Lc
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
قال الله تعالى: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وقال رسول الله :إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
Sebaimana kita ketahui bersama bahwa Ilmu dien (agama) memiliki kedudukan yang tinggi dalam kehidupan seorang muslim. Karenanya, tidak ada amalan yang dapat menandingi ketika seseorang sedang berada di jalan itu jika niatnya benar. Imam Ahmad berkata:
العِلْمُ لاَ يَعْدِلُهُ شَيْءٌ لِمَنْ صَحَّتْ نِيَّتَهُ
“(amalan) mencari ilmu tidak dapat ditandingi oleh amalan apapun bagi yang berniat benar.”
Setelah kita faham bahwa mencari ilmu merupakan amalan yang agung, perlu kita fahami pula bahwa setiap perkara itu pasti ada perusaknya. Sebagaimana amalan shalat, ia akan rusak (tidak sah) jika tertawa ketika melaksanakanya. Puasa pu n akan rusak jika kita makan minum ketika melaksanakannya.
Begitu pula ilmu, ia akan rusak manakala ada unsur-unsur perusaknya. Salah satunya adalah sifat taklid buta. Ibnu Rajab Al-Hambali mejelaskan bahwa makna taklid buta adalah:
الإتْبَاعُ بِلاَ دَلِيْلٍ
“Mengikuti tanpa dalil (tuntunan syariat).”
Inilah penyakit yang diserupakan dengan debu yang mengotori kaca sehingga sulit tertembus oleh cahaya. Ilmu yang terjangkit oleh sifat taqlid buta akan sulit menerima kebenaran.
Dengan ini pula kita paham bahwa ketika seseorang menolak kebenaran itu bukan karena ia sulit memahami kebenaran itu, namun karena penyakit dalam hatinya sehingga menutupi mata hatinya untuk melihat dengan jernih kebenaran yang ada.
Perlu kita ketahui bersama bahwa ada tiga macam taklid yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an. Kita harus memahami ketiga macam taklid ini agar ilmu yang kita miliki tidak dirusak olehnya.
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
Pertama, Taklid Terhadap Adat Istiadat.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?.” (QS. Al-Baqarah: 170)
Inilah akar masalah mengapa orang Quraisy tetap tertahan pada kemusyrikannya, bukan karena mereka sulit memahami kebenaran yang dibawakan oleh Nabi. Mereka mengakui bahwa apa yang dibawa Rasulullah adalah kebanaran, mereka mengakui bahwa Rasulullah adalah al-Amin (orang yang dipercaya) ketika menyampaikan pesan apapun.
Namun, yang menyebabkan mereka tetap tertahan dalam kemusyrikan adalah karena mereka bertaqlid kepada adat istiadat nenek moyang mereka.
Lihatlah kisah Abu Thalib paman Rasulullah, selama hidupnya ia selalu membela dakwah Rasulullah, karena memahami kebenaran yang dibawa Rasulullah. Namun ketika di akhir hayatnya, Rasulullah mengajak beliau untuk memeluk Islam:
أَيْ عمِّ، قل: لا إله إلا الله، كلمةً أحاجُّ لك بها عند الله
“Wahai paman, ucapkanlah: Laa Ilaaha Illallah, satu kalimat kelak aku akan jadikan saksi untumu di hadapan Allah.”
Namun Abu Thalib lebih memilih ajakan Abu Jahal untuk tetap bertaqlid kepada nenek moyangnya. Abu Jahal berkata:
أترغب عن ملة عبد المطلب؟!
Apakah engkau akan berpaling dari ajaran Abdul Muthallib?!
Hingga akhirnya Abu Thalib wafat dalam keadaan bertaklid buta terhadap adat istiadat nenek moyangnya. Taqlid terhadap adat istiadat telah merusak ilmu Abu Thalib untuk menerima kebenaran yang diakuinya.
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
Kedua, Taklid Kepada Ulama Yang Menyesatkan
Allah ta’ala berfirman:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Rabb yang Esa, tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah:31)
Ketika orang Yahudi dan Nasrani berbuat syirik dan kufur dengan meyakini Nabi Isa dan Uzair sebagai anak Allah, itu bukan karena mereka tidak kenal dengan ajaran Rasulullah. Mereka sangat mengenal Rasulullah melebihi dari mengenal anak-anak mereka. Sebagaimana firman Allah:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 146)
Orang Yahudi dan Nasrani paham betul tentang siapa itu Muhammad, karena kabar tentang Muhammad dijelaskan secara detail dalam Taurat dan Injil. Maka tidak heran ketika Buhairo melihat Muhammad muda yang akan melakukan perjalanan ke Syam, ia berkata: ini Muhammad, dia adalah Nabi di akhir zaman.
Jika demikian, apa sebab tersesatnya kaum Yahudi dan Nasrani? Hal itu karena mereka taklid buta terhadap pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka.
Sifat ini pun ternyata menular pada kehidupan kaum Muslimin, mereka bukan taklid kepada adat istiadat, namun mereka taklid kepada para ulama dan kyai-kyai yang mereka agungkan. Mereka lebih mengikuti para ulamanya daripada Al-Qur’an dan Sunnah.
Hari ini pula kita dapatkan kaum muslimin menolak kebenaran dikarnakan kebenaran yang ada tidak sesuai dengan para pemuka agama mereka.
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
Ketika, Taklid Kepada Penguasa
Allah ta’ala berfirman:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا (67) رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
Dan mereka berkata: “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 67-68)
Betapa banyak mereka yang membela mati-matian para pemimpinnya dan penguasanya, walaupun mereka terang-terangan meninggalkan Kitabullah dan sunnah Nabinya. Kita tidak dibolehkan memberikan ketaatan yang mutlak kepada para pemimpin, sebab ketaatan yang mutlak hanya boleh kita berikan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Lihatlah tentara Fir’aun yang selalu menaati setiap perintah pemimpinnya. Akhirnya mereka ditenggelamkan bersama-sama pemimpinnya.
أقول قولي هذا ، أستغفرالله لي ولكم إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ وَكَفَى والصَّلاَةُ والسَّلاَمُ عَلَى النَّبيِّ المُصْطَفَي وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اقْتَفَى
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
Dari penjelasa di atas kita faham bahaya taklid kerusakan taklid buta terhadap ilmu seorang hamba. Bersihkan hati kita dari sifat taklid buta. Jangan bertaklid melebihi apa yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya.
Jauhkanlah diri kita taklid terhadap adat istiadat, dari taklid kepada ulama dan pemimpin agama yang menyesatkan dan dari para pemimpin yang senantiasa menentang Allah dan Rasul-Nya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ اكْفِنأ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ إِنِّا نسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالفَحْشَاءَ وَالشَّدَائِدَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم
Jangan lupa klik tombol share di bawah, Semoga Bermanfaat!
Terimakasih, Jazakumullah Khairan, Barakallahu Fiikum.