Download Materi Khutbah Jum’at : Kiat Menjadikan Pekerjaan Halal Dan Baik

Materi Khutbah Jum’at
Kiat Menjadikan Pekerjaan Halal Dan Baik
Oleh: Ust. Risdi ar-Rasyid

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

قال تعالى: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وقال رسول الله:

اتَّقِ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ ثُمَّ أَمَّا بَعْدُ،

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

            Niat ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah merupakan hal yang sangat penting dalam ibadah. Tak lain karena keduanya merupakan syarat diterimanya amal di sisi Allah. Dalam ibadah,  orang ikhlas saja tidak cukup, kecuali jika ibadahnya sesuai dengan tutunan. Pun demikian apabila telah sesuai tuntunan, amalnya tidak berguna kecuali dengan keikhlasan.

            Selain dari dua hal diatas; ikhlas dan mutabaah. Terdapat perkara yang tidak kalah penting terkait dengan ibadah, salah satunya adalah status halal dan tayyib dari hal yang dikonsumsi dan dimakan. Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِى ٱلۡأَرۡضِ حَلَـٰلاً۬ طَيِّبً۬ا

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik ,dari apa yang terdapat di bumi, (Al-Baqarah: 168) 

Imam As-Sa’di menjelaskan, ayat ini adalah khitab yang ditujukan kepada manusia seluruhnya, baik mukmin maupun kafir, bahwa Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka yaitu dengan Allah perintahkan mereka agar memakan dari seluruh yang ada di muka bumi berupa biji-bijian, buah-buahan, dan hewan-hewan selama keadaannya halal.

Lantas, apa hubungannya antara memakan yang halal dan baik bagi amalan?.  Allah ﷻ berfirman:

يَـٰٓأَ أَيُّهَا ٱلرُّسُلُ كُلُواْ مِنَ ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَٱعۡمَلُواْ صَـٰلِحًا‌

Artinya: “Hai rasul-rasul, makanlah dari ath-thayyibaat, dan kerjakanlah amal yang shalih (al-Mukminun: 51)

            Dalam ayat ini para ulama menjelaskan tentang keharusan mengkonsumsi makanan yang baik, tentu saja yang sudah jelas kehalalannya. Mereka juga menjelaskan adanya keterkaitan yang kuat antara makanan yang baik (thayyib) dan amal shalih, yaitu barang siapa yang ingin dimudahkan untuk beramal shalih maka hendaknya memakan makanan yang baik setelah dijamin kehalalannya. Sebaliknya memakan makanan haram dan khabits (jelek) bisa menjadi penghambat beramal shalih. Malah bahkan bisa menjadi pendorong untuk berbuat dosa. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 126).

            Dari penjelasan diatas bisa dipahami juga bahwa dalam hal makanan, ada dua sifat melekat yang harus senatiasa dijaga oleh seorang hamba. Halal dan thayyib. Maka ketika seorang hamba mengkonsumsi sesuatu, ia tidak sedekar memerhatiakan kehalalannya saja, namun thayiibnya juga,  karena yang halal terkadang belum tentu tayyib , baik dalam kacamata kesahatan maupun menurut Syariat.

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

            Adapun jalan mendapatkan rezeki yang halalan thayyiba tentu tak berbilang jumlanya.  diantara wasilah untuk mendapatkan makanan yang halal lagi baik adalah dengan melakoni pekerjaan yang baik pula.

 Untuk itu Rasulullah bersabdaﷺ:

يأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani).

Ibnul Qayyim rahimahullah  menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara maslahat dunia dan akhirat dalam hadits “Bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki.” Nikmat dan kelezatan akhirat bisa diraih dengan ketakwaan pada Allah. Ketenangan hati dan badan serta tidak rakus dan serakah pada dunia, dan tidak ada rasa capek dalam mengejar dunia, itu bisa diraih jika seseorang memperbagus dalam mencari rezeki.

Oleh karenanya, siapa yang bertakwa pada Allah, maka ia akan mendapatkan kelezatan dan kenikmatan akhirat. Siapa yang menempuh jalan yang baik dalam mencari rezeki (ijmal fii tholab), maka akan lepas dari rasa penat dalam mengejar dunia. Hanyalah Allah yang memberikan pertolongan.” (Lihat Al Fawaid, hal. 96).

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

            Lalu, apa standar pekerjaan itu dianggap baik sehingga menghasilkan harta yang baik juga. Syaikh Abu Laits as-Samarqandi memberikan arahan, bahwa barang siapa yang rezekinya ingin dianggap baik dihadapan Allah ﷻ maka ia harus menjaga lima hal berikut ini:

Pertama: pekerjaan yang dilakukan tidak menjadikan seorang hamba mengakhirkan kewajibannya kepada Allah, terlebih lagi meninggalkannya.

            Contoh yang paling mudah adalah ibadah shalat, yang merupakan ibadah harian yang hukumnya wajib. Berbeda dengan ibadah semisal shaum Ramadan, zakat, atau bahkan haji, intensitas pertemuan dengan ibadah ini sehari sampai lima kali dalam sehari. Yang kemudian tak jarang Sebagian orang mengakhirkan ibadah ini atau bahkan meninggalkannya oleh sebab pekerjaan.

            Terlepas dari itu, ibadah shalat merupakan di antara ibadah yang sangat penting, karena shalatlah yang akan yang akan ditanya pertama kali dihadapan Allah ﷻ. Maka, bagi seorang muslim yang berkeinginan pekerjaan yang dilakoni ternilai baik dan menghasilkan rezeki yang baik, sudah sepatutnya untuk senantiasa menjaganya. Dan tentu saja hal demikian juga dengan ibadah-ibadah lainnya.

Kedua. Tidak mengganggu orang lain dalam berusaha.

            Dewasa ini acap kali terjadi, dalam permainan bisnis terkadang didapati seseorang tidak mengindahkan hubungan dan persaingan. Demi keuntungan, orang rela rela menjatuhkan bahkan sampai menghancurkan usaha orang lain.

            Lantas, jika seorang ingin agar pekerjaannya tidak hanya bernilai halal, namun baik juga. Hendaklah seseorang menjaga adab dengan sesama dalam usaha, Sebab rezeki seseorang telah ditentukan oleh Allah, maka bersainglah secara sehat tanpa merasa iri dan hasad. Lebih baik jadikan persaingan sebagai pemicu untuk semakin berinovasi dan mengembangkan ide usaha.

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Ketiga. Dengan usaha itu dia berniat untuk menjaga kehormatan diri dan keluarganya,  bukan untuk memperbanyak dan menumpuk-numpuk harta.

Yang ketiga ini lebih kepada orientasi dalam bekerja, bagi siapa yang orientasinya tak lagi untuk mencari ridha Allah tentu saja ada cela, terlebih yang bertujuan untuk menumpuk harta dan menghamburkannya.

Allah berfirman:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (Qs. At-Takatsur: 1-8)  

Keempat. Tidak memaksakan diri dalam bekerja, yang berimbas kepada kewajiban yang lain ditinggalkan, sebagai contoh; kewajiban mendidik anak, bercengkrama dengan keluarga, masyarakat, maupun kewajiban antara hamba dan Rabbnya.

Maka, hendaklah kita mengusahakan yang terbaik dalam bekerja hingga batas maksimal yang bisa  diusahakan, namun jangan sampai memaksakan diri. Jika kita merasa telah melakukan yang terbaik maka hal terakhir adalah bertawakal kepada Allah Swt, ikhlas dan serahkan hasil akhir kepada-Nya.

Kelima. Tidak menganggap bahwa rezeki itu semata-mata hasil usaha, akan tetapi harus menyadari bahwa rezeki itu berasal dari Allah Swt, dan usaha yang dijalankan itu hanyalah sebagai sebab.

 Dan ini adalah sifat dari mukmin yang ikhlas dan syukur, yang meyakini sepenuh hati bahwa rezeki itu semata-mata dari Allah, Adapun pekerjaan hanyalah wasilah.

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Itulah lima kiat yang harus ditunaikan seorang muslim jika ingin rezeki dari pekerjaanya halal dan baik dihadapan Allah ﷻ, dan tentu saja hal ini sangat besar efeknya terhadap baik dan tidaknya amal yang dilakukan.

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿2﴾ إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

صَلَاةً وَسَلَامًا عَلَى حَبِيبِنَا المُصْطَفَى –صلى الله عليه وسلم- وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّين

أُوصِيْكُمْ وَإٍيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ ,وَقَدْ قَال الله تَعَالى

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ اكْفِنأ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ إِنِّا نسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالفَحْشَاءَ وَالشَّدَائِدَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم


Jangan lupa klik tombol share di bawah, Semoga Bermanfaat!
Terimakasih, Jazakumullah Khairan, Barakallahu Fiikum.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *