Download Materi Khutbah Jum’at: Keburukan Harta Haram

Materi Khutbah Jum’at
Keburukan Harta Haram
Oleh: Ust. Oemar Mita, Lc

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى  إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

قال الله تعالى: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وقال رسول الله :إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Tidak ada perkara yang paling penting dan pokok dalam memaknai pertemuan indah dalam shalat Jum’at siang hari ini kecuali adalah syukur kita kepada Allah atas semua kenikmatan yang telah dilimpahkan dalam kehidpan kita. Diantara kenikmatan yang harus kita syukuri tersebut adalah keberkahan waktu yang dibukakan oleh-Nya. Karena sesungguhnya makna keberkahan waktu, ketika waktu tersebut menambah ketaatan dan ibadah kita di jalan Allah. Dan diantara tanda seorang yang dicintai oleh Allah adalah ia akan disibukkan dalam ketaatan dan ibadah.

Semoga kesibukan kita pada siang hari ini untuk melaksanakan shalat jum’at adalah bagian dari kecintaan Allah sehingga meringankan langkah kita untuk berkumpul dalam salah satu rumah-Nya.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa sallam yang telah membawa ajaran Rabbaniyah. Siapapun yang mencukupkan diri terhadap apa yang ditinggalkan oleh nabi, maka ia telah mendapatkan ketetapan cahaya yang sempurna hingga ia bisa berjalan dalam kegelapan malam. Sebaliknya, siapapun yang mencampakkan syariat nabi-Nya, membuang sunnah nabi-Nya dalam parit-parit kehidupan maka sungguh Rasulullah mengatakan bahwa mereka adalah orang yang celaka dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Semoga cinta kita kepada nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bukan hanya menjadikan kita pandai memuji dan fasih menyanjung beliau, tapi kita buktikan cinta tersebut dengan mengamalkan setiap sunnah yang beliau ajarkan dalam kehidupan.

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Sebagai khatib tidak lupa mengingatkan untuk mempersiapkan diri menghadapi hari perhitungan dimana tidak bermanfaat harta dan anak-anak yang kita miliki, kecuali orang yang datang kepada Rabb-Nya dengan membawa hati yang salim, tidak tercampur dengan noda kesyirikan dan kekufuran.

Ketika kita dihadapkan kepada satu makanan basi, setiap kita sepakat bahwasanya itu adalah sesuatu yang menjijikkan, jiwa dan diri kita sangat membencinya. Berapa banyak orang menjadi marah ketika bertamu kepada temannya lalu disajikan makanan basi dan kadaluwarsa. Karena mereka paham bahwa makanan tersebut banyak memberikan madharat dan keburukan dalam tubuh.

Namun, perhatikanlah ada perkara yang lebih menjijikkan dan lebih buruk daripada makanan basi dan kadaluwarsa. Tetapi banyak diantara kita yang justru menikmati perkara tersebut. Apakah perkara itu? Perkara itu adalah rizki-rizki haram dan syubhat.

Kalaulah makanan basi mampu menjadikan seseorang keracunan, maksimal ia akan masuk rumah sakit untuk diobati organ pencernaannya. Tetapi tahukah kita akibat yang ditimbulkan dari rizki yang haram dan syubhat?? Bukan hanya mendapatkan keburukan di dunia tetapi ia menembus dua dimensi yaitu dimensi dunia dan akhirat menjadi rusak.

Perhatikanlah bagaimana para ulama salafus shalih ketika menyampaikan kepada kita akan betapa buruknya dan menjijikkannya makanan serta rizki yang haram sehingga mereka betul-betul menjauhkan dirinya dari semua itu.

Pokok kebaikan seseorang terletak pada kebersihan dan kesucian hartanya. Dan cukuplah seorang dikatakan buruk, ketika ia tidak memperhatikan rizki yang ia dapatkan, syubhat maupun haram. Lalu, barangsiapa yang tidak mengenal betapa buruknya rizki yang haram dan syubhat, maka ia tidak akan mampu membencinya sebaliknya ia akan menikmatinya. Padahal ia merusak kehidupan dunia dan akhiratnya.

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Setidaknya ada 3 keburukan yang Allah letakkan pada rizki dan harta haram. Harapannya, akan menjadi pertimbangan dan renungan bagi kita, karena kita hidup pada zaman dimana orang tidak peduli lagi darimana ia memperoleh materi. Selama perutnya kenyang, fasilitas hidup ia dapatkan dengan mudah, rumah ia dapatkan dengan gampang, ia tidak peduli dengan harta yang ia dapatkan apakah halal atau haram.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan perilaku semacam ini sebagaimana tersebut dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram”. (HR Bukhari)

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Pertama, Doanya Tidak Akan Membuka Pintu Langit

Bisa kita bayangkan betapa kasihannya orang-orang yang tidak pernah dikabulkan doanya oleh Allah. Darimana kehidupannya akan mendapatkan pintu pertolongan, kalaulah doanya tidak dikabulkan oleh Allah. Doa seorang anak tidak akan bermanfaat bagi orangtuanya, disebabkan anaknya selalu memakan barang yang haram. Begitu juga betapa kasihannya istri dan anak-anak, jika doa suami dan ayah mereka tidak pernah membuka pintu langit disebabkan memakan dari sesuatu yang haram.

Betapa besar madharat yang ditimpakan Allah kepada orang-orang menggampangkan makanan yang masuk ke dalam perutnya. Mereka tidak memperhatikan apakah makanan tersebut diperoleh dengan cara yang haram (termasuk dari hasil riba), halal, maupun syubhat. Sehingga meskipun dirinya berdoa untuk maslahat dirinya, istri, anak-anak maupun orangtuanya, ia terhalang dari dikabulkannya doa disebabkan makanan yang ia telan. Rasulullah pernah mengingatkan dalam sebuah haditsnya tentang seorang yang telah lama bepergian, rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit,

….. يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ؟

…. ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Doanya tidak dikabulkan, dikarenakan makanan, minuman, pakaiannya, serta dagingnya tumbuh dari barang yang haram, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganggapnya jauh untuk dikabulkannya doa tersebut.

Sebaliknya, barangsiapa yang senantiasa memperhatikan kehalalan dan kebersihan setiap rizki yang ia dapatkan, maka ia menjadi orang yang paling mudah diterima doanya. Diantara sahabat yang paling banyak dikabulkan doanya adalah Sa’ad bin Abi Waqqash.

Pada suatu ketika Rasullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ditanya oleh Sa’ad yang meminta petunjuk kepada beliau bagaimana caranya supaya do’anya kepada Allah Ta’ala selalu dikabulkan. Rasulullah menjawab,

اطعم مطعمك تكن مستجاب الدعوة

“Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya”.

Inilah yang menjadikan kita membenci setiap rizki yang haram. Apa yang kita peroleh dari rizki yang haram tidak sebanding dengan apa yang kita korbankan. Dan ingat, tidak perlu untuk mengambil sesuatu yang haram jika itu adalah rizki bagi kita. Tapi jika kemudian beranggapan bahwa dengan yang haram akan mendapatkan rizki, maka anggapan ini adalah salah. Karena rizki telah ditentukan oleh Allah sebagaimana ditetapkannya maut.

Malik bin Dinar Rahimahullah berkata, “Suatu kali saya sedang menyantap makananku. Tiba-tiba datanglah seekor kucing. Maka aku lemparkan secuil daging kepadanya. Lalu aku memandanginya heran, kenapa ia tidak mau memakannya? Apakah ia takut?

Lalu aku melihat kucing itu membawa daging itu dan meletakkannya di sisi sebuah lubang yang dalam. Aku memperhatikannya dari kejauhan. Ternyata kudapati ada ular yang keluar dari lubang itu, pelan mendekati daging itu dan kemudian menyantapnya. Tampaknya ular itu buta dan lemah, tak mampu berjalan mencari makanan. Dan Allah mengirim rejekinya melalui hewan yang secara tabiat menjadi musuhnya.

Begitulah rizki…jika memang tercipta untuk kita, niscaya ia akan mendatangi kita.

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Kedua, Rizki Haram Mematikan Sel-Sel Ketaatan

Kemudahan untuk taat datang dari makanan yang baik lagi halal. Dan kesulitan serta beratnya untuk beramal shalih salah satunya juga bersumber dari makanan yang haram atau syubhat.

Rasulullah sangat memperhatikan setiap makanan yang dimasukkan ke dalam perutnya, begitu juga beliau sangat memperhatikan keluarganya untuk tidak menyentuh atau memakan yang haram.

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membagikan kurma shadaqah/zakat. Saat itu Hasan ibn ‘Ali sedang ada dalam pangkuannya. Ketika selesai, Nabi menggendongnya ke atas pundaknya. Tiba-tiba menetes air ludahnya pada tubuh Nabi. Beliau lalu menengadahkan kepalanya, ternyata ada kurma di mulut Hasan. Beliau pun kemudian memasukkan tangannya pada mulut Hasan dan mengambil kurma tersebut, lalu bersabda: “Tidakkah kamu tahu bahwa zakat/shadaqah tidak halal bagi keluarga Muhammad?” (HR. Ahmad)

Dalam hadits ini terkandung pelajaran bahwa mendidik anak akan hal yang bermanfaat, mencegah mereka dari perkara yang madharat termasuk mengambil barang yang haram, walaupun mereka belum mukallaf (terkena taklif/tuntutan syari’at), agar mereka membiasakan diri dengan hal itu.

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Ketiga, Sulit Mendapatkan Keturunan Yang Shalih Dan Shalihah

Salah satu kebaikan dari makanan dan rizki halal adalah diberikan keturunan yang shalih dan shalihah oleh Allah Ta’ala. Betapa banyak ulama’ lahir dari orangtua yang senantiasa memperhatikan makanan dan rizki mereka. Mari kita lihat tiga kejadian yang tergores dalam tinta sejarah emas, agar kita tahu kualitas iman anak tergantung dari kualitas dan kebersihan harta orangtua.

Masih ingatkah Anda, kisah seorang wanita penjual susu pada masa Khalifah Umar bin Khattab? Ketika Khalifah Umar Bin Khatab mengadakan pengamanan langsung untuk menjaga keamanan rakyatnya di malam hari. Beliau memang terkenal sangat perhatian dengan keadaan rakyatnya.

Lama beliau berjalan ditemani seorang pembantunya. Rasa lelah mulai menggelayuti tubuhnya. Hingga akhirnya beliau memutuskan untuk istirahat sejenak. Beliau bersandar melepas lelah di sebuah dind-ing rumah sederhana di sebuah perkampungan di Madinah. Tiba-tiba beliau dikejutkan dengan percakapan antara seorang ibu dengan puterinya, pemilik rumah tersebut.

“Campurkan air pada susu yang mau kita jual, nak!” kata ibu kepada puterinya. “Bagaimana mungkin aku mencampurnya dengan air, bu! Bukankah Amirul Mukminin telah melarang para penjual susu untuk melakukan itu???”

“Penjual-penjual susu yang lain juga mencampur susu mereka dengan air. Sudahlah, nak, campur saja! Amirul Mukminin pasti tidak tahu apa yang kita lakukan!”

“Bu, jika Amirul Mukminin tidak mengetahuinya, maka Tuhan Amirul Mukminin tentu menge-tahuinya…”

Umar bin Khattab tak kuasa menahan air matanya ketika mendengar ungkapan sang anak kepada ibunya. Ungkapan yang sederhana, tapi keluar dari jiwa yang bertakwa, sehingga mengun-dang air mata orang yang mendengarnya. Air mata takwa, dari jiwa yang takwa, ketika mendengar ungkapan ketakwaan.

Umar bin Khattab gembira mendengar kata-kata itu. Ia bergegas menuju masjid untuk mela-kukan shalat subuh, kemudian pulang ke rumah dan memanggil salah satu puteranya, ‘Ashim, lalu memintanya untuk menimba informasi tentang keluarga penjual susu tersebut.

‘Ashim datang menemui Umar bin Khattab, menyampaikan semua informasi tentang perempuan penjual susu dan putrinya. Kemudian Umar menceritakan percakapan antara mereka yang didengarnya tadi pagi menjelang fajar. Ia menyuruh ‘Ashim untuk menikah dengan puteri penjual susu itu.

“Pergilah kepadanya dan nikahilah ia, nak! Aku melihat ia adalah wanita yang diberkahi. Mudah-mudahan suatu saat nanti ia akan melahirkan orang hebat yang akan memimpin Arab !”

Keduanya pun akhirnya menikah dan dikaruniai anak perempuan yang diberi nama Laila, atau biasa dipanggil dengan Ummu ‘Ashim. Mereka mendidik Laila dengan baik, dalam suasana keluarga yang kental dengan nilai-nilai Islam, sampai ia tumbuh menjadi seorang gadis yang memahami dan mengamalkan Islam dalam hidupnya.

Laila menikah dengan putera khalifah Daulah Umawiyah yang keempat, namanya Abdul Aziz. Dari perkawinannya itulah lahir seorang anak yang nantinya akan memenuhi dunia dengan keadilan. Dialah Umar bin Abdul Aziz.

أقول قولي هذا ، أستغفرالله لي ولكم إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. ياأيها الناس، اتقوا الله حق تقاته في السر والعلانية لعلكم تفلحون

 
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ اكْفِنأ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ إِنِّا نسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالفَحْشَاءَ وَالشَّدَائِدَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم

Sumber: Darussalam.id

Jangan lupa klik tombol share di bawah, Semoga Bermanfaat!
Terimakasih, Jazakumullah Khairan, Barakallahu Fiikum.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *