Download Materi Khutbah Jum’at : 4 Tempat Mengistirahatkan Hati

Materi Khutbah Jum’at
4 Tempat Mengistirahatkan Hati
Oleh: Ust. Oemar Mita, Lc

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى  إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

قال الله تعالى: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وقال رسول الله :إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Setiap manusia memiliki hati yang menjadi karunia Allah. Namun kondisi hati manusia berbeda-beda satu dengan lainnya, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam kitab Ighatsatul Lahfan menyebutkan tiga jenis hati; yaitu hati yang sehat, hati yang mati dan hati yang sakit. Ketiga jenis hati ini Allah telah sebutkan pula dalam Al Qur’an.

Tentang hati yang sehat, Allah Ta’ala berfirman:

يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَال وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡب سَلِيم

“(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara: 88)

Tentang hati yang mati, Allah Ta’ala berfirman:

أَوَمَن كَانَ مَيۡتا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ لَيۡسَ بِخَارِج مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلۡكَٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Dan apakah orang yang mati (hatinya) lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 122)

Adapun tentang hati yang sakit, Allah Ta’ala pun berfirman:

فِي قُلُوبِهِم مَّرَض فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu ; dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10)

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Inilah tiga kondisi hati yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an. Setiap manusia tidak lepas dari salah satu dari ketiganya. Sebagaimana tubuh yang bisa sehat dan sakit bahkan mati, maka demikian pula hati.

Hati yang sehat adalah hati yang merasa nyaman dalam ketaatan. Sedangkan hati yang mati adalah yang telah terperosok dalam jurang kekufuran dan maksiat. Adapun hati yang sakit yang dalam satu waktu condong kepada keburukan dan dalam kondisi lainnya condok kepada kebaikan.

Maka, mengibaratkan dengan tubuh jika sedang sakit maka harus diistirahatkan agar bisa pulih dan sehat kembali, maka begitupula dengan hati yang sedang sakit maka butuh untuk diistirahatkan. Bagaiman cara mengistirahatkan hati yang sakit dan dimana tempatnya? Maka ada empat tempat mengistirahatkan hati, yaitu:

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Pertama, Berteman dengan orang shalih

Berteman dengan orang orang shalih menjadi tempat pertama untuk mengistirahatkan hati yang sedang sakit. Maknanya berteman dengan mereka mampu menyembuhkan hati yang sedang digoda oleh syaitan dan diperbudak oleh nafsu.

Karena orang shalih yang obsesi dalam hidupnya tertuju kepada akhirat akan mengajak dan mengarahkan orang sekitarnya kepada jalan yang sama. Bahkan orang shalih akan menyelamatkan kita baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلاً لاَ يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ شَفَّعَهُمُ اللَّهُ فِيهِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan syafa’at (doa) mereka untuknya.” (HR. Muslim)

Lihatlah pada list pertemanan kita, apakah mencapai 40 orang?. Jika ia, maka merekalah yang akan menyolatkan kelak saat kita meninggal. Namun jika belum, maka kita harus khawatir siapa yang akan menyolatkan serta mendoakan kita.

Jika kita tidak mendapati teman shalih dalam kehidupan ini, maka kita harus introspeksi diri. Karna Allah itu akan mempertemukan kita dengan orang yang sesuai dengan kecondongan jiwa kita. Kalau jiwa kita condong kepada akhirat maka tidak mungkin Allah mempertemukan kita dengan orang yang condongnya kepada dunia.

Sebaliknya, kalau jiwa kita condong kepada dunia tidak mungkin Allah mempertemukan kita dengan orang yang condong kepada akhirat, kecuali jika Allah mempersiapkan sarana hidayah untuk kita. Orang yang sering datang ke diskoting akan dipertemukan dengan orang yang senang ke diskotik, dan orang yang sering ke masjid akan dipertemukan dengan orang yang suka ke masjid.

Berdo’alah kepada Allah untuk mendapatkan teman shalih, dengan doa:

اَللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ

“Ya Allah, aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243, dan dishahihkan al-Albani.)

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Kedua, bermajelis ilmu.

Mengapa bermajelis ilmu bisa mengistirahatkan hati yang sedang sakit? Karena Fungsi ilmu ketika dipelajari adalah untuk menghidupkan hati yang mati dan membasahi jiwa yang kering. Oleh sebab itu, Rasulullah mempermisalkan ilmu seperti air hujan, sebagaimana sabda beliau:

مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا

“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah…” (HR. Bukhari Muslim)

Mengapa demikian?, Karena fungsi air hujan adalah menghidupkan yang mati dan membasahi yang kering. Maka ketika kita duduk di majelis ilmu maka Allah sedang merencanakan untuk memulihkan hati kita yang sedang sakit dan jiwa kita yang kering.

Maka agar ilmu mampu menyembuhkan hati yang sakit maka jagalah adab-adab saat bermajelis ilmu. Agar keberkahan ilmu kita dapatkan. Kalau kita pada hari ini telah banyak menghadiri majelis ilmu, namun tidak ada perubahan pada kehidupan kita, bisa jadi karena kita kurang memperhatikan adab dan akhlak saat bermajelis ilmu.

Namun jika kita memperhatikan adab majelis ilmu, meski ilmu yang didapat sedikit namun bisa merubah banyak dalam kehidupan kita, ini karena itu yang kita dapatkan berbarokah.

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Ketiga, membaca Al Qur’an

Cara mengetahui apakah hati kita sakit ataukah sehat sangat mudah. Yaitu dengan mendekatnya dengan Al Qur’an. Jika hati merasa nyaman  bersamanya maka  pertanda hati yang sehat. Namun jika hatinya gelisah dan merasa cepat bosan mendengarkan dan membaca Al Qur’an, maka  pertanda hati nya sakit.

Maka sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu berkata,

لَوْ طَهَرَتْ قُلُوْبُنَا لَمَا شَبِعَتْ مِنْ كَلاَمِ رَبِّنَا

“Jika hati kita sehat, niscaya kita tidak akan merasa bosan dengan Al Qur’an.”

Hati yang jarang interaksi dengan Al Qur’an baik dengan membacanya, merenunggi kandungan makna di dalamnya menunjukkan hatinya  sedang sakit bahkan bisa berujung kepada kematian hati. Allah Ta’ala berfirman:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ

“Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur`ān, ataukah hati mereka sudah terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الذِيْ لَيْسَ فِيْ جَوْفِهِ شَيْئٌ مِنَ القُرْآنِ كَالبَيْتِ الخَرَبِ

“Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya tidak ada Alqur’an walaupun sedikit, dia itu seperti rumah yang telah usang. (HR. Tirmidzi no.2913, beliau berkata: hadits hasan)

Maka jika bertanya, seberapa banyak kita harus membaca Al Qur’an? Maka jawaban para ulama adalah seberapa banyak kebahagiaan yang kita ingin dapatkan. Maka kadar sehatnya hati kita ditentukan dengan seberapa banyak kita dalam interaksi dengan Al Qur’an.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، أَسْتَغْفِرُاللهَ لِيْ وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

Khutbah Kedua

الحَمْدُ لله وَكَفَى والصَّلاَةُ والسَّلاَمُ عَلَى النَّبيِّ المُصْطَفَي وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ اقْتَفَى. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah

Keempat, mengingat kematian

Memperbanyak ingat kematian adalah anjuran Nabi shallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana sabda beliau:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat penghancur segela kenikmatan (kematian).” (HR. Timidzi)

Apa kaitan antara mengingat kematian dengan hati yang sakit?, Hati yang sakit adalah kondisi dimana orientasi hati sedang berpaling dari oreintasi akhirat kepada orientasi dunia. Hatinya sedang dilalaikan dengan pernak-pernik dunia. Maka dengan mengingat kematian akan memutus ketergantungan itu.

Maka Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata:

لوْ فَارَقَ ذِكْرُ الْمَوْتِ قَلْبِيْ لَخَشِيْتُ أَنْ يَفْسُدَ عَلَيَّ قَلْبِيْ

“Seandainya mengingat kematian hilang dariku maka saya khawatir hatiku akan rusak.”

Salah satu sebab hati menjadi sakit adalah banyak memikirkan dunia dan lalai dari akhirat. Mengutamakan urusan dunia daripada urusan akhirat. Memakan harta haram, tega mendzalimi orang lain hanya untuk mendapatkan uang, hingga akhirnya hatinya menjadi keras.

Maka tidak ada cara lain untuk mengobati hati yang sakit karena dunia selain dengan memperbanyak mengingat kematian. Suatu ketika seorang shahabiyah mengadukan prihal kekerasan hatinya kepada Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha. Maka Ibunda Aisyah menjawab, udzkuri al mauta tariqat qalbaki “perbanyaklah mengingat kematian niscaya hatimu akan menjadi lunak.”

Inilah empat tempat mengistirahatkan hati yang sedang sakit, jika saat ini  hati kita sedang sakit maka jangan biarkan mati. Maka semoga dengan beristirahat di empat tersebut hati kita menjadi sehat kembali. Semoga Allah senantiasa memberi kita semua hati yang sehat, istiqomah dalam ibadah.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ اكْفِنأ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ إِنِّا نسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالفَحْشَاءَ وَالشَّدَائِدَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم

Jangan lupa klik tombol share di bawah, Semoga Bermanfaat!
Terimakasih, Jazakumullah Khairan, Barakallahu Fiikum.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *