Download Materi Khutbah Jum’at: 3 Ciri Orang Ingat Kematian

Materi Khutbah Jum’at
3 Ciri Orang Ingat Kematian
Oleh: Ust. Farid Ahmad Okbah, MA

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى  إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

قال الله تعالى: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وقال رسول الله :إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

Maasyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Tidak ada kepastian dalam hidup ini melebihi pastinya kematian. Tidak ada seorang pun yang hidup abadi, tetapi semua dibatasi dengan kematian. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Ali Imran:

كُلُّ نَفۡسٍ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali ‘Imran: 185)

Ayat ini menjelaskan bahwa setiap manusia pasti akan mati. Orang tua mati, orang muda mati, yang kaya mati, yang miskin mati. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian).” (HR. Ahmad)

Karena orang yang mengingat kematian pastilah ia akan bersiap-siap menemuinya. Orang yang sadar dirinya akan menghadap kepada Allah maka ia akan senantiasa waspada. Saking pentingnya mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menemuinya maka Allah menyandingkannya di antara dua perintah takwa. Allah berfirman:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Maasyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Oleh karena itu, para ulama menjelaskan tanda orang yang mengingat kematian ada tiga, yaitu:

Pertama, Ta’jiilut Taubah (Segera Dalam Taubat)

Orang yang sadar dia akan mati, maka ia akan bersegera untuk bertaubat. Makna sebaliknya tanda orang yang lalai terhadap kematian adalah dia akan suka menunda-nunda taubatnya. Barangsiapa mendapati dirinya suka menunda-nunda taubat maka dirinya sedang diperdaya oleh syaithan untuk lupa terhadap kematian.

Maka Rasulullah shallau ‘alaihi wasallam mengingatkan kita agar memperbanyak istighfar dalam sehari antara 70 hingga 100 kali. Sebagaimana diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata: Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً

“Demi Allah aku sungguh beristighfar dan bertaubat kepada Allah setiap harinya lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari)

Siapa manusia yang tidak pernah berbuat dosa? Setiap kita pasti pernah berbuat salah dan dosa. Maka sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertaubat kepada Allah. Maka sekali lagi tanda orang yang sadar terhadap kematian maka ia tidak bosan-bosan untuk terus meminta ampunan kepada Allah.

Maasyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Kedua, Bersikap Qona’ah

Yaitu perasaan puas dalam hati atas semua nikmat yang diperoleh dari Allah. Maka orang yang sadar terhadap kematian ia tidak akan mengeluh kepada manusia. Jika ia punya masalah ia hanya akan mengeluh kepada Allah dengan tetap bersyukur kepada-Nya, kerena apa yang ia peroleh itulah yang terbaik untuknya.

Sahabat Ali bin Abi Thalib menyebutkan barangsiapa yang mengeluh kepada manusia maka hakikatnya ia sedang mengeluhkan Allah kepada manusia. Ini adalah bentuk pelecehan terhadap Allah ta’ala. Makanya jangan kita mengeluh kepada manusia sebelum kita mengeluh kepada Allah.

Ketika hati telah bersifat qonaah terhadap setiap nikmat Allah maka ia akan mensyukuri nikmat tersebut dengan menjadikannya sebagai sarana taqarrob kepada-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam satu perkataan:

كُلُّ نِعْمَةٍ لاَ تُقَرِّبُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَهِيَ بَلِيَّةٌ.

“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.”

Orang yang tidak bersikap qona’ah maka ambisi hidupnya hanyalah mencari kenikmatan dunia. Ambisi hidupnya tidak pernah selesai, selalu merasa kurang. Obsesi tertinggi dalam hidupnya adalah bersenang-senang hingga akhirnya lalai dari mengingat kematian.

Ada seorang penduduk Negara Kuwait, ketika meninggal dunia didapati banyak memiliki simpanan harta. Harta yang ia cari dengan susah payah akhirnya berpindah tangan, meski pertanggungjawaban di akhriat tetap pada dirinya.

Maka letakkanlah dunia di tanganmu, jangan sampai letakkan di hatimu hingga membuat kita cinta dunia dan lupa terhadap kematian.

Maasyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Ketiga, Semangat Dalam Ibadah

Bagi orang yang sadar akan kematiannya maka akan semangat dalam ibadah. Bukan justru bermalas-malasan. Banyak orang yang ketika mendengar suara adzan mengatakan, “yah adzan lagi.” sangat berat hatinya mendengarkan panggilan adzan. Padahal seharusnya ia senang karena itu panggilan dari Allah ta’ala.

Termasuk bentuk semangat dalam ibadah adalah berpindah dari satu kebaikan menuju kebaikan berikutnya. Karena Allah berfirman:

فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah: 7-8)

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah menyebutkan dalam kitab Al Wabilus Shayyib:

النَّفْسُ إِنْ لَمْ تُشْغِلُهَا بِالحَقِّ شَغَلَتْكَ باِلبَاطِلِ

“Jika engkau tidak menyibukkan dirimu dengan kebaikkan, niscaya akan disibukkan dengan keburukan.”

Oleh karena itu, sibukkanlah dirinya kita dengan kebaikan, agar amal kita semakin baik dan banyak dalam catatan amal shalih kita.

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua

Maasyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Beruntunglah orang mukmin yang sadar bahwa hidup ini adalah ujian sesaat, sebentar lagi kita akan meninggalkan dunia ini menuju kehidupan yang abadi, merugilah mereka yang menjadikan dunia ini tempat untuk bersenang-senang, tempat untuk mencari kesenangan sesaat, lupa dengan tanggungjawab akhiratnya.

Karena setiap manusia akan melalui lima fase kehidupan, yaitu:

Pertama, yaumun mafqud (hari yang telah lalu). Silahkan masing-masing melihat apa yang telah terjadi pada masa lalunya, jika ia melihat banyak pelanggaran baik terhadap Allah, sesama manusia dan lainnya maka hendaknya ia meminta ampunan. Jika melihat ia telah banyak melakukan kebaikan, mintalah kepada Allah agar Allah menerima segala amal shalihnya.

Kedua, yaumun masyhud (hari ini). inilah yang ada di tangan kita. Jangan sampai kita gunakan sedikitpun untuk hal sia-sia bahkan untuk maksiat kepada Allah. Gunakan semaksimal mungkin untuk ketaatan. Inilah fase yang menentukan kehidupan kita selanjutnya. Terlebih di penghujung hayat kita yang menjadi penentu diterima atau tidaknya amal kita.

Ketiga, yaumun maurud (hari esok). Jangan banyak berharap terhadap hari esok, karena tidak ada jaminan apakah besok kita masih hidup. Jangan menunda amal hingga esok jika hari in kita bisa mengerjakannya.

Keempat, yaumun mau’ud (hari yang dijanjikan). yaitu hari kematian. Kapan kita mati, di mana kita mati dan bagaimana kita mati tidak ada yang mengetahui. Namun yang terpenting adalah kita harus mati dalam keadaan beriman.

Kelima, yaumun mahdud (hari yang terbatas). yaitu hari akhirat, pada hari ini kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap amalan kita. Hari ini kita akan digiring apakah masuk surga taukah masuk neraka. Barangsiapa yang terhindari dari neraka dan masuk ke dalam surga maka itulah hakikat orang yang sukses.

Maasyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Inilah kelima fase kehidupan yang akan dijalani manusia. Maka saat kita masih diberi umur, waktu oleh Allah maka hari ini adalah hari memperbanyak amal.  Bersama-sama kita berdoa, memohon kepada Allah agar menjadi muslim yang istiqomah dalam ibadah.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
صَلَاةً وَسَلَامًا عَلَى حَبِيبِنَا المُصْطَفَى –صلى الله عليه وسلم- وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّين
أُوصِيْكُمْ وَإٍيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ ,وَقَدْ قَال الله تَعَالى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ اكْفِنأ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ إِنِّا نسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالفَحْشَاءَ وَالشَّدَائِدَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم


Jangan lupa klik tombol share di bawah, Semoga Bermanfaat!
Terimakasih, Jazakumullah Khairan, Barakallahu Fiikum.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *