Download Materi Khutbah Idul Fitri 1442H : Al-Qur’an, Ruh Kehidupan

Al Quran, Ruh Kehidupan
Oleh: Abu Athif, Lc. –غفر الله له ولوالديه-
Khutbah pertama:

الحمد لله وحده، لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير، سبحان الله وبحمده عدد خلقه، ورضا نفسه، وزنة عرشه، ومداد كلماته.

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر كبيرا، والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا، صدق وعده، ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده، لا إله إلا الله، والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.

اللهم صلِّ وسلِّم على رسول الله الذي بلغ الرسالة، وأدى الأمانة، ونصح الأمة، وجاهد في سبيل الله حق جهاده حتى تركنا محجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها إلا هالك أفضل الصلاة وأتمّ التسليم وعلى أهله وأصحابه ومن سار على نهجه إلى يوم القيامة.

عباد الله، أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ۝﴾

﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا۝﴾

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا۝ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا۝﴾

أما بعد، فإن أصدق الحديث كتاب الله، وخير الهدي هدي النبي محمد ﷺ، وإن شر الأمور محدثاتها، فإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلاله، وكل ضلالة في النار.

Ma’aasyirol muslimin rohimakumulloh…!

Bulan Ramadhan 1442 H telah berlalu dari kita. Namun bagi hamba beriman, berlalunya bulan Ramadhan bukan menjadi pertanda berakhirnya aktivitas ibadah. Justru menjadi awal penunaian tugas untuk membuktikan kejujuran iman yang telah ditempa selama satu bulan di dalamnya.

Hakikat puasa sejatinya mengantarkan seorang hamba untuk mempersiapkan diri menerima al Quran sebagai pedoman hidup yang kemudian terinstal di dalam hati dan jiwanya. Secara eksplisit, Allah ﷻ mengaitkan antara ibadah puasa dengan turunnya al Quran dalam firmanNya:

﴿شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ﴾

Artinya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. [QS. Al Baqoroh: ayat 185]

Dari sini kita bisa menangkap sebuah pesan penting, ketika puasa bertujuan untuk mendidik kita agar bertaqwa, maka kita harus sadar bahwa tidak ada jalan petunjuk yang mengantarkan kepada ketaqwaan kecuali hanya al Quran. Sementara ibadah puasa hadir sebagai wahana untuk melatih serta membentuk karakter yang siap menjalankan Al Quran dalam kehidupan nyata.

Tugas utama seorang mukmin dan mukminah adalah menjaga konsistensi dalam berpegang teguh dengan petunjuk Al Quran dan menjadikannya sebagai aturan kehidupan yang berlaku bagi seluruh manusia. Di tengah derasnya arus informasi dan pemikiran seperti saat ini hendaknya setiap mukmin menyadari peran pentingnya sebagai agen perubahan yang selalu aktif menyampaikan kebenaran al Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan nyata.

Masyarakat muslim haruslah sadar bahwa tantangan kehidupan hari ini berupa perang pemikiran. Virus-virus pemikiran yang berdasarkan pada syubhat dan syahwat telah banyak menyebar di tengah umat manusia. Mulai dari materialisme, sekulerisme, komunisme, kapitalisme, atheisme hingga pemujaan setan berkeliaran dan berseliweran menyasar akal hamba beriman untuk memadamkan cahaya keimanan dan ketaqwaannya.

Secara sistemik dan dilakukan secara massif, penyebaran konten narasi anti Islam dipropagandakan hingga muncul islamphobia di tengah masyarakat. Di saat yang bersamaan gaya hidup hedonis dipertontonkan agar menjadi tuntunan. Di sisi lain, pembodohan umat Islam tentang ajaran Islam terus dilakukan dengan mengatasnamakan semangat pemikiran progresif. Di tambah lagi dengan pembonsaian fungsi masjid sebagai rumah Allah dari peran pentingnya dalam membangun peradaban sekaligus wahana penerapan syariat hukum Allah ﷻ.

Tidak berhenti sampai di sini, peranan ulama sebagai pengawal syariat Islam dibatasi gerakannya. Bahkan diberikan stigma buruk ketika bersikap kritis terhadap penguasa suatu negri. Ini semua bertujuan agar umat jauh dari bimbingan ulama. Semakin lengkap sudah derita umat ini dengan jauhnya mereka dari ulama sebagai pelita kehidupan.

Menambah berat beban yang harus dipikul umat manusia saat ini dengan munculnya gerakan destruktif yang menyasar generasi muda. Beredarnya minuman khomer, gaya hidup bebas, narkoba, pornografi dan pornoaksi dijajakan di tengah mereka. Semuanya bermuara pada memperturutkan hawa nafsu dan menjadikannya sesembahan selain dari Allah ﷻ.

Wahai kaum muslimin, tidak sadarkah kita tentang kondisi berbahaya saat ini ?!

Jika kondisi seperti ini dibiarkan maka peradaban manusia akan hancur. Sebagaimana hancurnya kaum-kaum terdahulu dikarenakan memperturutkan hawa nafsu serta bersikap abai dengan peringatan dari Allah ﷻ dan rasul-Nya. Allah befirman mengisahkan kepada kita tentang kaum yang ingkar kepada ajaran Allah ﷻ dan rasul-Nya:

﴿فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ۝﴾ -(العنكبوت: ٤٠)-

Artinya: “Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. [QS. Al ‘Ankabut: ayat 40]

Inilah yang sedang terjadi! Hancurnya peradaban diawali dengan kematian jiwa para hamba. Sementara matinya jiwa dan ruh para hamba diawali dengan menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya. Allah ﷻ berfirman :

﴿أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ۝﴾ -(الجاثية: ٢۳)-

Artinya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS. Al Jatsiyah: ayat 23].

Imam Ibnu Qoyyim al Jauziyah menjelaskan bahwa kondisi matinya jiwa atau ruh seorang hamba adalah saat memperturutkan syahwat dan hawa nafsunya. Dalam dirinya tidak ada lagi kepedulian dan perhatian terhadap keridhoan ataupun kemurkaan Allah. Perhatian utamanya tertuju pada pelampiasan syahwat hawa nafsu. Pikiran utamanya hanya tertuju pada kenikmatan duniawi yang semu dan fana. Saat itulah dirinya sedang diperbudak oleh hawa nafsu. [1]

Kondisi suatu umat yang menjadi budak syahwat hawa nafsu adalah karakter peradaban jahiliyah. Bagi yang memperhatikan kajian sirah nabawiyah pastilah mengetahui bahwa peradaban jahiliyah terbentuk karena kebodohan tentang kebenaran dan petunjuk dari Robb Penguasa alam semesta. Ditambah lagi dengan dominasi peradaban hawa nafsu. Inilah kondisi terburuk peradaban manusia. Level kehidupan mereka sama seperti binatang ternak bahkan lebih rendah darinya. Allah ﷻ berfirman:

﴿أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا۝ أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا۝﴾ -(الفرقان: ٤۳-٤٤)-

Artinya: “Tidakkah egkau perhatikan tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. [QS. Al Furqon: 43-44]

Wahai kaum muslimin! Tugas kita hari ini adalah menyelamatkan kehidupan manusia dan peradabannya dengan menghidupkan ajaran Al Quran. Sungguh hidupnya jiwa dan hati umat manusia hanya dengan Al Quran. Allah berfirman:

﴿وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ۝﴾ -(الشورى: ٥٢)-

Artinya: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. [QS. Asy Syuro: 52]

Imam Adh Dhohak dan Imam Malik bin Dinar menjelaskan bahwa makna kata “ruh” dalam ayat tersebut adalah al Quran. Disebutkannya al Quran sebagai ruh karena di dalamnya terdapat kehidupan dari kematian jahiliyah.[2]

Imam Muqotil menambahkan penjelasan terkait ayat tersebut, bahwa al Quran menjadi ruh kehidupan karena hanya dengan petunjuknya kehidupan sejati bisa didapatkan. Sekaligus menjadi penyelamat dari kematian hati berupa kekufuran.[3]

Sesungguhnya seluruh manusia menghajatkan hadirnya petunjuk dari Allah Robb semesta alam. Kebutuhan mereka terhadap ilmu dan petunjuk dari Allah ﷻ melebihi kebutuhan mereka terhadap makan dan minum.

Imam Ahmad bin Hanbal –رحمه الله- pernah berkata:

“النَّاسُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، لِأَنَّ الرَّجُلُ يَحْتَاجُ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فِي الْيَوْمِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ، وَحَاجَتُهُ إِلَى الْعِلْمِ بِعَدَدِ أَنْفَاسِهِ”

Artinya: “Manusia lebih membutuhkan ilmu melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum, karena seseorang membutuhkan makan dan minum hanya sekali atau dua kali dalam sehari, sementara kebutuhannya terhadap ilmu adalah setiap hitungan nafasnya”.[4]

Sebagaimana kita ketahui bahwa unsur kehidupan manusia terdiri dari dua unsur penting; ruh dan jasad. Dari keduanya, unsur yang memiliki peranan paling penting dan dominan adalah ruh. Jasad tak lebih hanya sekedar pembalut (cover) bagi ruh. Kalaupun setiap hari kita berfikir untuk nutrisi penguat jasad, lalu mengapa kita sering melupakan atau bahkan mengabaikan nutrisi untuk ruh kita ?! kalau saat pandemi seperti sekarang ini kita sering mengkhawatirkan kesehatan jasmani kita, lalu mengapa kita tidak khawatir tentang kesehatan ruhani kita dari ancaman virus-virus aqidah yang jauh lebih berbahaya dari virus corona?!

Wahai kaum muslimin!

Sadarilah! Hadirnya al Quran dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan primer kita. Kebutuhan primer untuk ruh dan jiwa seluruh manusia. Sejatinya, inti kebahagian seluruh manusia adalah ketika kebutuhan primer ruh dan jiwanya terpenuhi. Allah berfirman:

﴿ يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ۝ قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ ۝ ﴾ -( يونس: ٥۷-٥۸ )-

Artinya: “Wahai sekalian manusia telah datang dari Tuhan kalian kepada kalian pelajaran, obat penawar untuk (penyakit-penyakit) di dalam dada, petunjuk dan kasih sayang bagi orang-orang beriman. (maka) katakanlah (wahai Muhammad): dengan karunia dan rahmat Allah sajalah maka dengan itulah hendaknya mereka bergembira, (petunjuk) itulah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan”. [QS. Yunus: ayat 57-58]

Imam al Qurthubi –رحمه الله- menjelaskan bahwa semua sifat yang disebutkan dalam ayat tersebut,  seperti mau’idzoh (pelajaran dan nasihat), syifa’ (obat penawar), petunjuk dan rahmat (kasih sayang) adalah merujuk kepada al Quran. Abdulloh bin ‘Abbas –رضي الله عنه- menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan karunia Allah adalah Al Quran dan yang dimaksud dengan rahmat-Nya adalah Islam.[5]

Dari sinilah kita memahami bahwa hilangnya esensi kehidupan saat jauhnya ruh dari petunjuk dan pelajaran ilmu dari wahyu-wahyu Allah ﷻ. Perhatikan apa yang membuat Fir’aun berlaku melampaui batas dengan mengaku sebagai tuhan dan memerintahkan untuk membunuh anak-anak laki-laki tak berdosa ?! apa yang membuat Qorun berlaku angkuh, kikir, sombong serta merasa harta kekayaannya adalah hasil jerih payahnya sendiri ?! apa yang membuat kaum Madyan berlaku curang dan suka menipu ?! semua disebabkan karena matinya ruh dan jiwa mereka yang jauh dari petunjuk Allah ﷻ dan bahkan mengingkarinya. Lalu masihkah kita bisa merasakan kehidupan jika yang ada di permukaan bumi ini adalah segala macam bentuk keburukan dan keangkaramurkaan ?!

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد، أقول ما تسمعون، وأستغفر الله من كل ذنب وخطيئة وموبقة، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah kedua:

الحمد لله الواحد الأحد، الفرد الصمد، من جلّ عن زوج وكفء وولد، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، النبي المصطفى، والرسول المجتبى، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن لأثرهم اقتفى

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر الله أكبر، ولله الحمد

Jama’ah hadirin dan hadirot rohimakumulloh …

Sungguh kemulian seseorang dan suatu kaum dilihat dari ruhnya bukan jasadnya. Ketika seseorang meninggal dunia maka jasadnya dikuburkan di dalam liang lahad. Sementara ruhnya naik ke langit menghadap Allah ﷻ. Karena jasad manusia terbuat dari tanah maka ia dikembalikan ke tanah. Sementara ruh diciptakan dari sisi Allah ﷻ maka ketika ruh dicabut, ia pun akan pergi menghadap ke Penciptanya.

Saat jasad membutuhkan nutrisi, maka nutrisinya dari bumi. Karena jasad diciptakan dari tanah. Sementara ketika ruh membutuhkan nutrisi maka nutrisinya dari langit. Dan nutrisinya adalah wahyu dari langit (Al Quran).

Ruh menjadi kehidupan bagi jasad. Sementara al Quran adalah kehidupan bagi ruh seorang hamba. Maka ketika ruh tidak ada di dalamnya al Quran, ketahuilah bahwa ruhnya telah mati. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

وعن ابن عباس قال : قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : ” إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ ” رواه الترمذي والدارمي وقال الترمذي : هذا حديث صحيح

Artinya: dari Ibnu Abbas ia berkata: telah bersabda Rasulullah : “sesungguhnya orang yang tidak ada di dalam hatinya sesuatu dari Al Quran maka perumpamaannya seperti rumah yang rusak”. [HR. At Tirmidzi dan Ad Darimi, dan berkata At Tirmidzi: ini adalah hadits hasan shohih]

Hanya kepada Allah kita menyerahkan diri dan bersandar kepada-Nya. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita istiqomah di atas Iman dan Islam hingga akhir hayat nanti. Semoga Allah ta’ala menjadikan kita semua bagian dari orang-orang yang dicintai oleh-Nya dan menjadi bagian dari ahlul Quran.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم

﴿وَالْعَصْرِ۝ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ۝ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ۝﴾

اعلموا عباد الله… أن الله أمر أمرا بدأ بنفسه، وثنّى بملائكته، وثلَّث بالمؤمنين حيث قال تبارك وتعالى:﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا۝﴾

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.

اللهم يا ربنا لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك وعظيم سلطانك، اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات

اللهم إنا نسألك حبك وحب من يحبك وحب عمل يبلغنا به حبك. اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا، وأصلح لنا آخرتنا التي إليه معادنا، واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير، واجعل الموت راحة لنا من كل شر

اللهم إنا نسألك موجبات رحمتك وعزائم مغفرتك، والسلامة من كل إثم، والغنيمة من كل بر، والفوز بالجنة، والنجاة من النار

اللهم اقسم لنا من خشيتك ما تحول به بيننا وبين معصيتك، ومن طاعتك ما تبلغنا بها جنتك، ومن اليقين ما ما تهون به علينا مصائب الدنيا، ومتعنا بأسماعنا وأبصارنا وقوتنا ما أحييتنا، واجعله الوارث منا، واجعل ثأرنا على من ظلمنا، وانصرنا على من عادانا، ولا تجعل مصيبتنا في ديننا، ولا تجعل الدنيا أكبر همنا، ولا مبلغ علمنا، ولا تسلط علينا من لا يرحمنا

اللهم أعزّ الإسلام والمسلمين، وأذلّ الشرك والمشركين، وانصر من نصر الدين، واخذل من خذل الدين

اللهم احفظ أحياءنا، وارحم موتانا، واشف مرضانا، وداو جرحانا، وفكّ أسرانا وأسرى المسلمين، وتقبل شهداءنا يا خير الحافظين

اللهم تقبل منا صيامنا، وتقبل قيامنا، وركوعنا، وسجودنا، وتضرعنا، وجميع أعمالنا يا رب العالمين

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه وسلم. وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين


[1] Ibnu Qoyyim al Jauziyah, Syamsudin Muhammad bin Abu Bakar, Ighotsatu al Lahafan min Mashoid al Syaithon (Kairo: Dar Ibnu al Jauzi, cetakan I, tahun 2012) hal 8

[2] Al Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al Anshori, Al Jami’ li Ahkam al Quran (Kairo: Dar al Hadits, tc, 1423 H/ 2002 M) juz 16 hal 370

[3] Al Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad, Fath al Qodir (Beirut: Dar al Kitab al Arobi, cetakan II, tahun 1422 H/ 2001 M) jilid 2 hal 765

[4] Ibnu Qoyyim al Jauziyah, Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr, Madarij al Salikin (Kairo: Dar Ibnu al Jauzi, cetakan I, tahun 2012) jilid 2 hal 175

[5] Al Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al Anshori, Al Jâmi’ li Ahkâm al Qurân , juz 8, hal 353


Jangan lupa klik tombol share di bawah, Semoga Bermanfaat!
Terimakasih, Jazakumullah Khairan, Barakallahu Fiikum.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *