Dakwah Sunan Gresik,
Konsep Memenangkan Hati dan Pikiran Ummat
Melacak jejak ajaran wali songo bagi umat Islam di Jawa khususnya di Indonesia pada umumnya sangat penting. Saat ini terjadi distorsi terhadap sejarah Wali Songo. Tidak sedikit cerita maupun ajaran yang dinisbatkan kepada Wali Songo penuh dengan unsur mistis, keramat, sakti (sekti mondroguno). Cerita tersebut lebih dekat kepada mitos, dongeng, dan legenda darpada ajaran Islam yang sesungguhnya mereka bawa.
Mengetahui siapakah mereka, apa peranan, dan bagaimana mereka menyebarkan islam merupakan suatu hal yang urgent. Dengan memahami sejarah mereka bisa memberikan sebuah inspirasi dan pelurusan sejarah dalam proses Islamisasi di tanah jawa.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas dakwah Sunan Gresik. Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim. Ia merupakan seorang da’i yang diutus oleh Sultan Muhammad I dari Turki Ustmani.
Beliau merupakan pimpinan tim dakwah yang berjumlah sembilan tokoh yang disebut dengan wali Songo. Maulana Malik Ibrahim pertama kali menapakkan kaki di tanah Jawa di desa Sembalo. Di dekat desa Leran yang kini masuk kecamatan Manyar kabupaten Gresik, Jawa Timur. Jaraknya sekitar 9 km arah utama Gresik.
Gresik sejak dulu dikenal sebagai kota pelabuhan. Gresik menjadi jalur pelayaran dan perdagangan yang di dalamnya juga terjadi aktivitas transaksi jual beli oleh kapal-kapal dari Gujarat, Calicut, Bangelan, Siam, Cina, Maluku dan Banda. Oleh karenanya, Gresik juga termasuk salah satu kota pelabuhan yang paling kaya dan paling penting di seluruh tanah Jawa.
Sejak kedatangan Maulana Malik Ibrahim, gelora dakwah semakin berkobar di Gresik. Perjuanga menyebarkan ajaran Islam ditempuh Syaikh Maulana Malik Ibrahim selama sekitar 15 tahun , yaitu sejak kedatangan beliau di Gresik pada tahun 1404 M hingga beliau wafat pada tahun 1419 M.
Winning the Heart and Mind
Sebenarnya Maulana Malik Ibrahim bukanlah orang pertama yang berdakwah di Gresik. Walaupun demikian, gelora dakwahnya memberikan pengaruh luas bagi orang-orang di Jawa Timur hingga sejumlah besar dari mereka bersedia masuk Islam.
Beliau berusaha menarik hati masyarakat saat mereka ketikaitu tengah dilanda krisis ekonomi akibat perang Paregreg. Pecahnya perang Paregreg mengakibatkan berbagai peristiwa tragis yang memilukan.
Tangisan kelaparan, rasa kesakitan dan penderitaan rakyat Jawa semakin mengerikan keadaannya. Semua itu akibat dari keserakahan para penguasa yang bernafsu lagi berambisi merebut kekuasaan meskipun harus menelan banyak korban pembunuhan yang berjatuhan antara pasukan Wikromo Wardhono dengan Bhre Wirabhumi.
Untuk memenangkan hati dan pikiran masyarakat Sunan Gresik menerapkan beberapa strategi.
Pertama, Seruan dakwah Islam kepada raja Majapahit.
Sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk menyerukan dakwah sesuai kemampuan dan kesanggupannya. Tujuannya adalah agar setiap hamba mentauhidkan Allah dengan memurnikan ibadah hanya kepadanya serta menjauhi segala bentuk kesyirikan kepadanya.
Di kerajaan Majapahit yang masih tenggelam dalam agama Syiwaisme dan Budha dnegan melakukan penyembahan terhadap para dewa yang terkadang diwujudkan dalam bentuk patung-patung berhala maupun candi-candi. Maulana Malik Ibrahim mulai menyerukan dakwah Islam di dalamnya. Meskipun saat itu juga telah ada orang-orang Islam dalam kerajaan.
Kedua, Strategi dakwah dengan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
Pasca peperangan antara bangsawan kerajaan, fonomena kelaparan dan timbulnya berbagai macam penyakit merajarela di kalangan rakyat jelata. Oleh karenanya, strategi dakwah Maulana Malik Ibrahim untuk memenuhi kebutuhan hidup ang pokok adalah berdagang, dengan cara membuka warung dan melayani pengobatan terhadap berbagai penyakit yang membawa wabah saat itu.
Sebagai seorang pelaut sekaligus saudagar yang ahli dalam pergadangan, Maulana Malik Ibrahim menyediakan kebutuhan pokok di warung itu dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menjadi tabib agar dapat mengobati masyarakat secara gratis sebagi sarana dakwah.
Maulana Malik Ibrahim juga seorang ahli dalam mengatur negara, termasuk irigasi, sebagai agraria, gresik masih banyak hutan, sawah, dan ladang sebagai mata pencaharian utama daerah pedalaman. Keberadaan sistem irigasi mutlak dibutuhkan untuk mengairi barbagai tanaman seperti padi agar tumbuh berkembang sampai panen.
Oleh karenanya, peran Maulana Malik Ibrahim sangat penting bagi Gresik sehingga mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini merupakan jawaban yang tepat untuk masalah yang dihadapi masyarakat, di mana ekonomi rakyat sedang hancur akibat perang Paregreg. Kehadiran Maulana Malik Ibrahim pun disambut gembira oleh masyarakat luas, baik rakyat kebanyakan maupun para tokohnya.
Maulana Malik Ibrahim tidak menentang secara frontal terhadap keyakinan dan kepercayaan para penganut Syiwo dan Budho. Oleh karenanya, dalam waktu yang relatif singkat banyak orang-orang Jawa yang beralih keyakinan dari Syiwo-Budho kepada Islam.
Ketiga, Strategi dakwah dengan mendirikan pondok pesantren sebagai pusat kaderisasi.
Selain berdakwah dengan pendekatan pemenuhn rakyat Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga membangun pondokan tempat belajar Islam di Leren, Gresik. Kehadirannya bagaikan tetesan embun saat panas kemelut perebutan kekuasaan di kerajaan Majapahit dalam perang Paregreg yang mengantarkan ke lembah kehancuran berakhir pada keruntuhan.
Setelah diberi sebidang tanah di pinggiran kota Gresik, yang kemudian bernama desa Gapura, Maulana Malik Ibrahim mendirikan pondok pesantren. Tujuan utama pendirian pondok pesantren ini adalah untuk mendidik kader-kader pemimpin umat dan penyebar Islam yang diharapkan melanjutkan cita-citanya, menyampaikan kebenaran Islam kepada masyarakat di wilayah Majapahit yang merosot akibat perang saudara.
Demikianlah Maulana Malik Ibrahim menyebarkan Islam di Jawa bagian timur. Dari tempat inilah beliau memulai mengyingsingkan lengan bajunya, berjuang ntuk mengembangkan Islam. Pertama-tama Maulana Malik Ibrahim berusaha memahami keadaan, situasi, dan kondisi orang-orang pribumi. Dengan keramah-tamahan bahasa beliau yang halus ketinggian akhlak yang tinggi dan teladan kebaikan yang nyata mendaptkan simpati yang kuat dari masyarakat.
(Anwar majalah An Najah: 139 )