Cinta Kebenaran dan Benci Kemaksiatan
Oleh: Ust. Oemar Mita, Lc
Di antara dimensi kebaikan iman seorang hamba kepada Allah ta’ala ialah membenci kepada setiap larangan Rabb alam semesta dalam setiap inci kehidupan, karena membenci kesyirikan, kekufuran, kemunafikan plus kemaksiatan berbanding lurus dengan kenikmatan iman. Hati yang beriman ialah hati yang bergegas dalam kebaikan,mencintai ketaatan sekaligus pula membenci kemaksiatan terjadi dihadapanya.
Tidaklah sempurna iman di dalam hati yang senantiasa dingin ketika aturan Allah ta’ala dilanggar, tumpul mati hatinya ketika aturan agama Allah dilecehkan, dan bisu ketika sunnah Rasulnya dilecehkan. Karena mendiamkan kemaksiatan tidak lebih menjadikan seseorang sebagaimana syaithan akhros (setan bisu), karena apabila mendukung kemaksiatan maka ia disebut dengan syaithan naathiq (syaithan yg berkoar-koar).
Abu Ali Daqaq berkata, “Barang siapa yang berdiam diri dari menyampaikan kebenaran serta membiarkan kemaksiatan terjadi dihadapannya maka sungguh ia telah memiliki sifat sebagai syaithan akhros. “( Lihat kitab Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi). Tak pelak, iman mengarahkan ketaatan dan kebencian terhadap dosa,sehingga kedudukan iman dengan menolak kemaksiatan adalah perkara yang menyatu sebagaiman gula dengan rasa manisnya,maka apabila ada yg merasa memiliki iman tapi tidak membenci kemaksiatan maka ibarat gula tanpa rasa manisnya.
Maka apabila seseorang manusia tidak bergemuruh dadanya melihat kemaksiatan diatas bumi AllAh, maka tak pelak imannya belum lah sempurna hingga ia mengerahkan apa yang bisa ia berikan untuk memadamkan api kemaksiatan tersebut. Al Humaidi mengkabarkan dari Sufyan bin Uyainah, “Bahwa ada malaikat yang diperintahkan untuk membenamkan suatu daerah,malaikat itu berkata “Wahai Rabb-ku sesungguhnya di daerah tersebut terdapat fulan yang senantiasa beribadah,ia adalah ahli ibadah, maka Allah mewahyukan kepada malaikat, “Mulailah dengan membenamkan fulan ahli ibadah itu dalam adzab karena sesungguhnya raut wajahnya tidak pernah berubah marah karena Aku.” ( Lihat Kitab Adda’ wa Dawa’, Imam Ibnu Qoyyim: 1/ 86)
Ya Allah jadikan iman menjadi penghias hati kami, iman yang menjadikan kami mencintai ketaatan dan membenci kekufuran dan kemaksiatan.
Barokallah fikum
–(Himayah Foundation)–