Cara Allah Menjaga Iman Hamba-Nya
Oleh: Ust. Abu Umar Abdillah
Selalu ada target dan tujuan dalam setiap langkah kita. Dan tak sedikit dari tujuan itu tertunda atau bahkan luput dari kita, meskipun tujuan itu berupa kebaikan atau sesuatu yang nantinya kita niatkan sebagai sarana kebaikan. Ingin segera kaya agar bisa sedekah, ingin segera sembuh dari sakit agar kuat menjalankan ibadah, atau ingin berhaji menyempurnakan rukun Islam namun belum diberi kemampuan.
Namun tak perlu patah arang saat tujuan baik belum terpegang. Bisa jadi Allah ingin kita lebih gigih untuk berjuang. Yang dengannya Allah berikan pahala atas kesungguhan dan kesabaran. Atau dengannya Allah hendak menjaga hati kita dari kotoran, yang jika hari ini tujuan kebaikan dalam genggaman boleh jadi ada ujub yang justru menihilkan pahala kesungguhan.
Selagi kita menjaga hak Allah, niscaya Allah menjaga kita _ihfazhillaha yahfadzka_. Menjaga hak Allah dalam hal perintah yag harus kita kerjakan. Dan juga dalam hal larangan yang harus kita tinggalkan. Selagi ini yang kita kerjakan, niscaya Allah akan melindungi, menolong dan menjaga kita. Dan penjagaan yang paling berfaedah bagi kita adalah penjagaan iman, agar ia tetap bersemayam di hati, dan terus bertambah kadarnya dan semakin terang cahayanya.
Karena Allah Mahatahu tentang keadaan hati para hamba-Nya, maka Dia menjaga dengan cara-Nya, meskipun cara itu tidak langsung dimengerti oleh hamba-Nya.
Di antara hamba Allah ada yang terjaga keimanannya di suatu kondisi dalam keadaan fakir, yang jika dihamparkan banyaknya harta untuknya saat itu, niscaya akan rusaklah imannya, maka Allah menjaganya dengan cara menunda pemberiannya hingga saat yang paling tepat. Ada pula di antara hamba-Nya yang terjaga keimanannya ketika diberi kekayaan, yang jika dia ditimpa kefakiran niscaya imannya akan rusak. Di antara hamba Allah ada yang imannya terjaga dengan diuji sakit, yang seandainya ketika itu dia dalam keadaan sehat, maka akan rusaklah imannya, atau dia akan menggunakan sehat untuk maksiat. Di antara hamba Allah ada yang punya keinginan menjalankan sebagian jenis ibadah, namun Allah belum memperkenankannya, Karena Allah hendak menghindarkan ia dari ujub yang akan merusak pahala amalnya. Seperti orang yang belum berkesempatan untuk berhaji, tak selalunya ia dalam kondisi buruk. Begin pula tentang jabatan dan pangkat, yang jelas Allah mengatur dan mengurus hambaNya sesuai dengan ilmu-Nya, sedangkan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, tetaplah husnuzhan, berprasangka baik kepada Allah, niscaya yang kita panen adalah kebaikan. Wallahu a’lam.