Bukan Followers Yang Menyelamatkanmu, Tapi Takwa Dan Rasa Malumu
Oleh: Ust. Burhan Sodiq
Berlomba lomba dalam kebaikan itu baik. Semua akan melakukan itu. Terutama di era milenial saat ini, orang dituntut untuk menjadi sosok yang keren dan jadi pembicaraan orang. Maka tidak heran jika mereka harus tampil wow dalam setiap postingan medsos yang dimiliki.
Itulah kenapa muslimah pun terbawa dalam urusan ini. Ingin sekali punya follower yang beribu ribu. Bukan apa apa, tapi akan merasa keren saja jika followernya bisa spektakuler. Efeknya bisa menjadi selebgram yang laku endorsenya dan lain sebagainya.
Mendapatkan follower banyak tentu tidak mudah. Ada yang pakai cara instan dengan membeli akun. Tapi ada punya yang secara organic membangun akunnya agar punya banyak pengikut. Tapi apakah dengan banyaknya pengikut membuat bahagia?
Munculnya banyak follower tentu saja memunculkan anxiety anxieaty yang banyak. Yakni sebauah perasaan tidak aman manakala apa yang diposting tidak membuat pengikutnya bertahan. Mati matinya mencari follower tapi ternyata mereka memutuskan unfollow hanya karena postingan yang tidak mereka suka.
Muslimah yang terjebak dalam suasan ini pada akhirnya merasa harus selalu tampil sempurna dalam setiap postingannya. Mereka akan merasa tidak nyaman manakala poto dirinya nampak tidak bagus. Ia akan menggunakan standar yang cukup tinggi dalam setiap postingannya.
Tidak cukup itu, muslimah yang terjebak pada situasi ini akan merasa selalu butuh diperhatikan. Jika tidak ada komen dalam postingannya akan merasa sedih dan kecewa. Maka ia akan terus berpikir bagaimana kehidupannya punya sisi menarik untuk ditanggapi dan dikomentari. Bahasa lainnya, harus selalu ada drama dalam hidupnya.
Insecure Insecure Club
Pedihnya lagi, ia akan merasa selalu insecure hampir dalam segala situasi. Jika ada postingan kawan dan dia tidak ada di situ, ia merasa tidak nyaman dan merasa terancam. Bakalan ditinggalin, kok tidak diundang dan merasa tidak dianggap lagi.
Belum lagi soal pose yang dilakukan saat difoto, baju yang dipakai nampak ketinggalan zaman, atau sekedar kacamata yang terlalu tidak cocok dengan bentuk wajahnya, menjadi sebuah horror yang mengancam dirinya.
Tumbuhlah muslimah muslimah yang selalu merasa insecure dengan dirinya sendiri. Tidak pernah merasa terkondisikan dengan baik. Selalu tidak nyaman dan tidak aman dengan pandangan followernya. Ini jelas tidak sehat dan berbahaya.
Follower Tidak Akan Menyelamatkanmu
Jutaan follower sekalipun tidak akan mampu menyelamatkan kita saat nanti berurusan dengan hisabnya Allah. Maka terlalu berpikir soal apa kata follower dan meninggalkan Allah adalah tindakan yang tidak baik. Sudah sepatutnya kita berpikir ulang untuk tindakan tidak menarik itu.
Karena kehidupan kita bukan untuk mendapatkan like dari follower. Melainkan kehidupan yang sudah kita niatkan untuk beribadah kepada Allah. Pertanyannya, kenapa kita sibuk mencari rido follower dan tidak cukup peduli dengan ridonya Allah.
Geserlah sedikit cara berpikir kita. Berlelahlelahlah untuk menggapai cintaNya. Berasyik asyiklah dalam beribadah kepada Nya. Sepenuh hati sepenuh jiwa dan sepenuh usaha. Periksa ibadah kita, apakah sudah sesuai dengan syariah dan ketentuannya. Jangan jangan selama ini kita salah dan tidak pernah benar.
Sibuk mencari jempol follower sampai akhirnya meninggalkan jalan yang seharusnya. Tidakkah ini sebuah kebingungan yang menyedihkan. Carilah Allah sebagai tujuan hidup. Bukan semata mata mencari suka dan citra dari para follower yang tidak bisa menyelematkan kita dari panasnya neraka.