Belajar Dari Rumah Tangga Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wasallam
Sebagai Nabi terakhir yang diutus kepada semua manusia dan menjadi rahmat bagi alam semesta, maka sangat pantas jika beliau menjadi teladan dan panutan bagi seluruh manusia. termasuk dalam hubungan suami-istri dalam hidup berumah tangga. Seluruh rahasia rumah tangga dan kehidupan pribadi beliau menjadi milik semua umat manusia untuk diambil pelajarannya. Sungguh, beliau adalah teladan dan panutan yang sempurna, yang dibimbing oleh Rabbnya, dengan sebaik-baik bimbingan. Kita tidak membutuhkan nasehat pernikahan atau buku teori apa pun tentang membangun rumah tangga, sekiranya kita meneladani Nabi saw yang pernah dipuji Allah dalam firman-Nya,
“Dan sungguh engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(al-Qalam: 4).
Maka, di dalam salah satu ceramahnya, Syaikh Muhammad Mukhtar asy-Syinqithi menjelaskan bahwa di antara sarana yang bisa membantu untuk membangun keharmonisan dan kebahagiaan dalam hidup berumah tangga adalah mengikuti petunjuk Nabi SAW dalam kelembutan, kasih sayang, cinta, ketawadhuan, akhlak terpuji dan seluruh perilaku beliau terhadap istri-istrinya.
Beliau adalah sebaik-baik suami bagi istrinya. Beliau pernah bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah orang terbaik dari kalian terhadap keluargaku.”
Di dalam hadits ini, beliau bersaksi bahwa beliau adalah orang terbaik bagi keluarga dan istrinya.
Meneladani Nabi shalallahu’alaihiwasallam
Ketika beliau hendak masuk rumah, maka di dalam hati beliau tidak pernah memiliki niatan buruk terhadap keluarganya, sampai-sampai Ummul Mukminin, Aisyah mengatakan, “Ketika masuk rumah, beliau tidak masuk dari depan pintu.” Beliau tidak masuk dari depan pintu untuk mengkhianati keluarganya. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau. Bahkan dalam tata cara masuk rumah pun, beliau menjadi teladan.
Ketika hendak masuk rumah. beliau bersiwak terlebih dahulu. Agar tidak tercium dari beliau kecuali aroma yang wangi, karena beliau adalah orang yang wangi. Beliau berperilaku mewangi, dan Allah mewangikan beliau. Pun, hendak masuk ke rumah istrinya, beliau masuk dengan cara termulia, dan beliau memuliakan keluarganya. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau.
Jika ada hari-hari besar dan hari-hari bahagia, beliau membahagiakan keluarganya,dan membahagiakan istrinya. Di dalam Ash-Shahihain disebutkan bahwa ketika orang-orang Habasyah bermain tombak di masjid pada hari raya, Aisyah meminta kepada Nabi SAW untuk menonton mereka. Lihatlah, hari itu adalah hari raya, dan hari bahagia. Tetapi beliau tidak menghancurkan keinginannya, dan tidak pula mengatakan, “Apakah aku menunggumu untuk menonton mereka padahal aku adalah Nabi dari umat ini?” Tidak, tetapi beliau juga ikut menonton dan berdiri dengan sebaik-baik berdiri. Beliau berdiri di dua daun pintu, sementara Ummul Mukminin melihat orang-orang Habasyah yang sedang bermain tombak dari belakang punggung beliau.
Ketika beliau bertanya, “Apakah kamu sudah selesai?”
Aisyah menjawab, “Belum.”
Beliau bertanya lagi, “Apakah kamu sudah selesai?”
Aisyah menjawab, “Belum.” Lihatlah berapa lama beliau berdiri, dan lihatlah betapa lama ibunda Aisyah terus-menerus ingin menonton orang-orang Habasyah. Sehingga Aisyah tahu bahwa beliau begitu penyayang dan lembut kepada istrinya. Padahal ketika itu usia beliau sudah 60an sementara ibunda Aisyah masih kecil. Aisyah mengatakan, “Hormatilah anak kecil yang tidak tahu menahu.”
Betapa tawadhu’nya beliau SAW
Sementara kita, kita seringkali meminta istri untuk tunduk, berbuat baik dan taat kepada suami, tetapi kita tidak pernah melihat dengan sebenarnya apa yang sudah kita persembahkan kepada istri-istri kita.
Terkadang hanya karena salah seorang suami istri memikirkan tentang cara berinteraksi yang baik, ada syetan jin dan manusia yang membisikinya, “Jika kamu berbuat baik kepada istrimu, maka ia akan menyakitimu pada hari masa depanmu. Jika kamu bersikap tawadhu’ kepadanya, ia akan mengendalikanmu. Jika kamu bersikap lembut kepadanya, ia akan merendahkanmu.” Bisikan-bisikan ini akan senantiasa ada, sehingga akan memenuhi relung hati si suami dengan perasaan buruk sangka kepada keluarganya, termasuk istrinya. Sehingga ia tidak mendapati satu perbuatan baik pun dari istrinya.
Di antara kita juga ada yang menemui keluarganya dengan wajah yang selalu masam, suka menyinggung perasaan, berteriak-teriak dan banyak berbicara. Sehingga, demi Allah, Anda benar-benar takjub kepada salah seorang di antara kita yang ketika bertemu orang lain, ia tersenyum dan berwajah ceria, dan jika ada yang menyakiti hatinya, ia berlapang dada dan memaafkan.Tetapi hal itu tidak ia lakukan ketika berinteraksi dengan keluarganya. -nas’alullas salamata wal ‘afiyah.
Aduhai, alangkah berhajatnya kita untuk mendalami dan mengkaji lebih dalam lagi kehidupan Nabi SAW dalam hidup berumah tangga. Wallahu a’lam. (majalah ar-risalah)