Balasan selalu mengintai, baik untuk kebaikan maupun keburukan. Salah satu bentuk keterpedayaan adalah seorang pelaku dosa yang menganggap dirinya sudah diampuni lantaran ia tak melihat balasan atas dosanya. Kadang hukuman memang baru diberikan setelah selang waktu tertentu.
Sangat jarang orang yang tak dihukum karena dosa yang dilakukannya. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” (an Nisa’ : 123).
Nabi Adam ‘Alaihis salam telah memakan sesuap makanan, dan kita semua sudah tahu apa yang telah terjadi padanya; dikeluarkan dari tempat kenikmatan, surga.
Wahab bin Munabbih bercerita,
“Allah Azza wa Jalla menanyai Nabi Adam ‘Alaihis salam, “Bukankah Aku telah memilihmu untuk diri-Ku? Bukankah Aku telah mengizinkanmu tinggal di istana-Ku? Bukankah Aku telah menyuruh para malaikat-Ku bersujud kepada-Mu? Tapi kemudian kamu menentang perintah-Ku dan melupakan janji-Mu kepadaku, demi kebesaran-Ku. Andai Aku telah memenuhi dunia dengan orang-orang sepertimu yang selalu beribadah dan bertasbih di sepanjang siang dan malam, lalu mereka mendurhakai-Ku, tentu Aku akan memosisikan mereka pada posisi para pelaku kemaksiatan!”
Jibril lantas melepaskan mahkota dari kepalanya, sementara Mika’il menanggalkan perhiasan dari pelipisnya, kemudian ia menyeret ubun-ubun Adam dan menurunkannya ke bumi. Adam ‘Alaihis salam lantas menangis selama 300 tahun di atas gunung India. Air matanya mengalir di lembah-lembah pegunungannya, lalu ia menumbuhkan pepohonan yang menjadi bahan wewangian kalian ini.
Demikian pula Nabi Dawud ‘Alihis salam, beliau telah melepaskan pandangannya sekali, lalu ia pun dicela dan mesti menangis dalam waktu yang sangat lama, hingga rerumputan tumbuh dari air matanya.
Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam menyembelih seekor peranakan sapi di depan ibunya, lalu beliau dihukum dengan perpisahan dengan Nabi Yusuf ‘Alaihis salam
Nabi Yusuf ‘Alaihis salam dihukum karena bersitan hatinya pada Zulaikha. Seluruh saudaranya mempunyai 12 anak sedang beliau sendiri hanya mempunyai 11 anak karena bersitannya tersebut.
Nabi Ayyub ‘Alihis salam agak teledor dalam mengingkari kemungkaran seorang raja zalim lantaran kawanan kudanya yang ada di tempatnya, maka beliau pun diuji dengan ujian yang telah ditimpakan kepadanya.
Nabi Yunus ‘Alaihis salam meninggalkan kaumnya tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu beliau pun dimakan ikan hiu.
Ada seseorang yang menceritakan, “Aku menghina seseorang yang telah rontok giginya, maka gigi-gigiku pun rontok semua, dan aku menatap yang tak halal dipandang, lalu istriku pun dipandang oleh seseorang yang tidak kusukai.”
Seorang anak yang durhaka memukul bapaknya dan menyeretnya ke suatu tempat, lalu sang bapak tiba-tiba berteriak, “Sampai di sini saja, karena dulu aku menyeret bapakku hanya sampai ke tempat ini, dan aku membunuhnya di sini!”
Oleh sebab itu, hendaklah seseorang mewaspadai balasan dosa, karena ia sangat mungkin akan mendapatkannya, dan hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam bertaubat.
Bahkan, sekalipun sudah bertaubat, ia harus tetap mewaspadai hukuman atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya, karena, sekalipun Allah Azza wa Jalla telah menerima taubat para Nabi ‘Alaihimus salam, namun dalam ash Shihhah disebutkan; Orang-orang pergi menemui Adam ‘Alaihis salam seraya berseru, “Berilah syafa’at kepada kami!” maka ia menjawab, “Dosaku.” Lalu mereka pergi menemui Nuh ‘Alaihis salam seraya berseru, “Berilah syafa’at kepada kami.” Maka ia menjawab, “Dosaku.” Kemudian mereka pergi menemui Ibrahim, Musa dan Isa ‘Alaihimus salam.
Sungguh, kecelakaan besar bagi orang yang mengetahui pahitnya balasan abadi namun tetap memilih kesenangan maksiat yang teramat sebentar! [ditulis ulang oleh Ibnu Abdil Bari el ‘Afifi, dari Shaidul Khâthir karya Ibnul Jauzi]. (oaseimani.com)