Oleh: Ust. Burhan Sodiq
Himayah Foundation – Ada kalanya nanti kita akan sampai pada memilih dan memilah aktivitas. Karena prioritasnya bukan lagi bagaimana berkegiatan tapi bagaimana kegiatan yang kita lakukan benar benar kita butuhkan.
Dulu mungkin semua kita lakukan. Sebab kita butuh akan aktivitas yang positif. Tetapi kini, tidak semua aktivitas harus dikerjakan. Harus tahu prioritas mana yang harus didahulukan. Karena semua yang baik pasti ada yang terbaik. Semua yang bagus pasti ada yang paling bagus.
Hal ini terutama berlaku untuk para ayah. Ayah sibuk boleh saja tapi jangan sampai terlalu sibuk. Kalau terlalu sibuk maka hak keluarga tidak terpenuhi dengan baik. Mereka sibuk di luar rumah sementara penghuni rumah tidak pernah mendapati mereka di rumahnya.
Tiba Tiba Gede
Banyak ayah yang selama ini tidak sadar akan pertumbuhan anak anaknya. Tiba tiba anak anaknya sudah besar. Padahal perasaan baru kemarin masuk TK. Saking sibuknya mereka, tidak ada waktu untuk ngobrol santai dengan anak anaknya.
Pekerjaan di luar dibawa ke rumah. Seharusnya di rumah bersantai, tapi tetap saja mikirin kerjaan yang tidak selesai selesai.
Para ayah itu jarang duduk santai bertanya anaknya bagaimana harimu nak. Tidak pernah mendapat cerita cerita mereka saat bermasalah dengan temannya. Tidak pernah mendengar cerita anaknya saat mereka pertama kali jatuh cinta.
Para ayah itu juga tidak sempat memantau pr anak anaknya. Karena para ayah menganggap itu bukan tugasnya. Tapi itu tugas ibu ibunya. Yang ayah tahu adalah listrik harus segera dibayar. Air harus segera dilunasi. Spp juga harus segera dipenuhi.
Otak para ayah terus bekerja. Sehingga hatinya pelan pelan tertutupi dengan sibuknya dunia. Tubuhnya hadir, tapi pikirannya tidak. Kalaulah ada waktu, baru sebentar sudah harus pamit. Aku ada meeting. Aku ada klien. Aku ada pertemuan.
Pentingnya Tata Kelola Waktu
Kini ayah harus menghela napas sejenak. Melihat selama ini aktivitasnya seperti apa. Apakah aktivitasnya menjauhkannya dari keluarga. Atau malah aktivitasnya mendukung pendidikan anak anaknya.
Sudah saatnya ayah memilih aktivitas yang mendukung pendidikan anak anaknya. Terus mengusahakan yang terbaik buat mereka. Jangan sampai para ayah kehabisan waktu sehingga membuatnya kehilangan hal hal baik dari hidupnya.
Ada waktu untuk beraktivitas di luar rumah. Tapi ada pula waktu untuk membersamai anak anak tumbuh di usia mereka. Ada waktu menjadi teladan bagi orang banyak tapi juga ada waktu menjadi teladan untuk anak anak dan keluarga.
Karena apalah guna jika kita hebat di luar sana. Tapi tidak ada dan tidak bermakna di keluarga sendiri. Apalah guna kita menjadi sangat luar biasa di luar sana tapi menjadi tidak ada artinya di rumah sendiri.
Pagi hari sudah tak ada. Siang sudah tidak menyapa. Ditelpon tidak bisa. Dikirim pesan centang satu saja. Ayah yang mahal untuk keluarga sendiri. Tak terjangkau posisinya dan tidak bisa selalu bersama.
Karena Ayah itu Qawam
Sebuah mobil akan tabrak ke sana ke sini kalau tidak ada drivernya. Ia bisa melaju tapi tidak bisa sampai kemana mana. Karena yang tahu arah adalah pengemudinya. Sedangkan penumpang terbiasa diam dan duduk manis saja.
Para ayah harus tetap beradi di kursi kemudi. Agar mereka bisa menghantar anak anaknya terus berlari. Menuju tujuan mereka, dan berproses menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Para ayah harus memastikan hadir di samping anak anaknya saat mereka butuh. Agar bahu mereka yang besar siap untuk bersandar manakala keluarganya membutuhkan.