Abdi Allah vs Abdi Iblis
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak pantas bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi abdi-abdiku bukan abdi Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (para abdi Allah), karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
(QS. Ali Imran :79)
Para Rasul dari Nabi Nuh ‘alaihis salam hingga Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah ta’ala, dengan maksud menjadikan manusia hanya mengabdi kepada penciptanya, dan itulah hakikat kemuliaan manusia sesungguhnya, sebab Allah telah menciptakan mereka dengan sebaik-baik pencitaan. Manusia akan mulia dengan menjadi abdi Allah bukan dengan yang lain. Ketika seorang manusia meninggalkan pengabdiannya kepada Allah pencipta mereka, maka sesunggunya mereka sedang mengabdi kepada makhluk yang hina, dan itulah sebenarnya kehinaan bagi seorang manusia.
Robbaniyyun, atau para Abdi Allah itulah sematan bagi manusia-manusia mulia, sebab jiwanya bebas dari belenggu penghambaan sesama makhluk, bahkan mereka bisa mengalahkan nafsu jahatnya. Kecintaannya tertuju dengan tepat hanya karena Allah yang maha Agung, rasa takutnya sudah dihabiskan untuk Allah yang maha Kuasa, harapan hidupnya telah sempurna hanya mencari ridho-Nya. Maka jelaslah bahwa manusia yang paling mulia dihamparan muka bumi ini adalah mereka para Rabbaniyyun, lalu siapa mereka dan bagaimana sifat-sifatnya ?.
Sifat -sifat rabaniyyun
Mari kita simak, bagaimana ciri-ciri mereka yang telah Allah sebutkan sendiri dalam kitab-Nya Al Qur’anul Karim. Terdapat dibanyak tempat dalam al Qur’an sifat-sifat Rabbani yang mana satu dan lainnya saling melengkapi,
Pertama, mereka tsaabat / teguh dalam jihad serta sabar diatasnya dalam menghadapi setiap ujian-ujian perjuangan. Allah ta’ala berfirman :
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS.Ali Imran : 149)
Kedua, mereka sangat semangat dan berhasrat menegakkan syariat (tahkimusy syari’ah) serta membela agamanya, Allah ta’ala berfirman ;
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al Maidah : 44)
Ketiga, mereka disiplin dalam amar ma’ruf nahi mungkar, senantiasa mengajak pada kebaikan dan melawan setiap kebathilan. Allah berfirman :
لَوْلَا يَنْهَىٰهُمُ ٱلرَّبَّٰنِيُّونَ وَٱلْأَحْبَارُ عَن قَوْلِهِمُ ٱلْإِثْمَ وَأَكْلِهِمُ ٱلسُّحْتَ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَصْنَعُونَ
“Mengapa rabbaniyyun dan para pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.” (QS. Al Maidah :63)
Ayat diatas menjelaskan bahwa bukan termasuk rabbaniyyun mereka yang tidak melarang dari kemungkaran berupa perkataan bohong dan memakan yang haram. Syaikh As sa’di menjelaskan dalam tafsirnya Taisirul Karimir Rahman Fi Kalamil Manan bahwa rabbaniyun adalah mereka yang diberi ilmu dan hikmah, sehingga sudah sepantasnya bagi mereka rabbaniyyun / ulama, untuk memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar.
Keempat, Allah memberikan kepada mereka Rabbaniyyun hikmah dan ilmu, sehingga merupakan sifat mereka adalah senantiasa mengkaji kitabullah, dan menjaga semangat tholabul ‘ilmi serta mengajarkannya. Allah ta’la berfirman ;
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحُكْمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا۟ عِبَادًۭا لِّى مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا۟ رَبَّٰنِيِّۦنَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ ٱلْكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” (QS. Ali Imran :79)
Abdi Allah / Rabbaniyyun berusaha membangun jiwanya serta kehidupannya dengan wahyu ilahi, mempelajarinya dengan semangat ikhlas mengharap karunia Rabbnya, serta memperjuangkannya, mendakwahkannya, hingga benar-benar kalimat Allah tinggi dimuka bumi. Adapun lawan mereka Abdi Iblis, menghinakan hidupnya dengan melampiaskan nafsunya, melawan serta berusaha menghalangi jalan Abdi Allah, maka celakalah mereka, dan pasti Allah binasakan mereka, wa iyyadzubillah.
(Ust. Muhammad Kusnan)